Emiria Soenassa
Emiria Soenassa (1895–7 April 1964, Ejaan yang Disempurnakan: Emiria Sunassa) adalah seorang pelukis perempuan yang lahir di Tanawangko, Tombariri, Minahasa, Sulawesi Utara dan meninggal di Lampung.[2] Ia lahir kepada seorang sultan di Kesultanan Tidore. Ia mengawali karier seninya pada usia 46 tahun.[3] Selama berkarier di bidang seni ia menggunakan nama Emiria Sunassa Wama’na Poetri Al-Alam Mahkota Tidore, sebagaimana tercatat dalam buku Orang Indonesia Terkemoeka di Djawa terbitan Goenseikanbu tahun 1944.[4]
Emiria Soenassa Wama’na Putri Al Alam Mahkota Tidore | |
---|---|
Nama asal | Emiria Sunassa |
Lahir | Emiria Emma Wihelmina Pareira 1891[1] Tanawangko, Kampung Tidore, Celebes |
Meninggal | 7 April 1964 Lampung |
Pendidikan |
|
Karya terkenal |
|
Kehidupan pribadi
Emiria lahir di Tanawangko, Minahasa, Sulawesi Utara, kepada seorang Sultan Tidore. Ia lahir dalam kemewahan dengan statusnya sebagai bangsawan.[5]
Emiria, oleh ayahnya, hanya diperkenankan mengenyam pendidikan formal sampai kelas 3 di Europeesche Lagere School. Pada tahun 1912–1924 ia mengikuti pendidikan perawat di Rumah Sakit Primaya PGI Cikini, Jakarta. Dua tahun kemudian, ia menikah dengan seorang diplomat asing yang pernah dirawatnya, lantas pasangan ini pun berangkat ke Eropa. Di Eropa, Emiria belajar tari balet di Dalcroze School, Brussel, Belgia.[5]
Setelah bercerai dengan suaminya, pada 1920-an, Emiria kembali ke Hindia Belanda dan dikabarkan bahwa selama 1920an-1930-an Emiria menjelajahi Nusantara, bekerja di perkebunan dan pertambangan serta hidup dengan suku Dayak di Kalimantan dan suku Kubu di Sumatera Selatan.[6]
Emiria kembali ke tanah air dan bertemu dengan Guillaume Frederic Pijper, seorang Kepala Kantor Urusan Bumiputra, yang sangat menyukai seni. Pertemuannya dengan Pijper mulai membuat Emiria terdorong untuk melukis.[7] Karier kepelukisan Emiria didanai dengan sebuah perkebunan di Halmahera yang dimiliki keluarganya.[5]
Karier
Emiria dikatakan pernah bergabung di Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi).[1] Dalam hal ini, ia dikatakan sebagai satu dari tiga seniman perempuan di Persagi, selain Saptarita Latif dan Tridjoto Abdullah. Arsiparis seni Indonesian Visual Art Archive mendaftarkan namanya sebagai salah satu anggota awal ketika organisasi tersebut lahir pada tahun 1938. Namun, Sindoedarsono Soedjojono, sekretaris Persagi pada masa itu, diketahui pernah memberikan tanda silang pada namanya ketika Sanento Yuliman mencoba memastikan keanggotaannya. Tanda silang itu menyatakan bahwa Soedjojono tidak setuju bahwa Emiria pernah bergabung di Persagi. Pelukis Basuki Resobowo menguatkan pernyataan ini dengan menyatakan bahwa Agus Djaya, ketua Persagi, serta Soedjojono, sering sembrono memasukkan nama anggota ke dalam daftar Persagi pada masa itu.[8]
Namun demikian, Emiria tetap tercatat berpameran dengan Persagi. Pada tahun 1940, ia mengadakan pameran pertamanya bersama Persagi di toko buku G. Kolff & Co..[7][8]
Persagi sendiri diubah menjadi Keimin Bunka Shidōsho pada masa penjajahan Jepang. Meskipun keanggotaannya di Persagi sebelumnya diragukan, tetapi ia tercatat sebagai satu-satunya perempuan yang berpameran melalui Shidosho selama 60 hari, dimulai pada 29 Agustus 1942.[8][9]
Kritik dan penerimaan
Ciri khas lukisan Emiria adalah perombakannya terhadap seni primitif menjadi karya seni yang lebih modern. Oleh karena itu, karyanya sering digambarkan sebagai gabungan seni modern pribumi dan neo-primitif.[10]
Daftar karya
Karya lukis
Judul | Tahun | Kolektor | Catatan | Referensi |
---|---|---|---|---|
Pasar | Masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942–1945) | Mendapat penghargaan dari Keimin Bunka Shidoso | [11][12] | |
Angklung | Mendapat penghargaan dari Djawa Shunbun Sjo | |||
Mutiara Bermain | 1946 | [5] | ||
Potret Wanita Tua | sekitar 1930–1960 | Nasirun[13] | [14] | |
Untitled | 1933 | Nasirun[13] | Tidak berjudul, tetapi menggambarkan seorang wanita di depan bunga-bunga | |
Telaga Warna | 1940 | [8] | ||
Pekuburan Dayak Penihing | sebelum 1941 | [12] | ||
Kampung di Teluk Rumbolt | sebelum 1941 | [8] | ||
Panen Padi | 1942 | [5] | ||
Pengantin Dayak | antara 1942 dan 1948 | Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta | [8] | |
Orang Irian dengan Burung Cendrawasih | 1948 | [8] | ||
Market | 1952 | [5] | ||
Wanita Berpayung | 1957 | [14] | ||
Kembang Kamboja di Bali | 1958[sumber mendukung?] | [8] | ||
Wanita Sulawesi | 1958[sumber mendukung?] | [8] |
Pameran tunggal
- Pameran masa lalu selalu aktual. Pameran lukisan Emiria Soenassa (1891-1964). Bentara Budaya Yogya dan Jakarta, 2010[15]
Pameran bersama
- Pameran dengan 3 lukisan: “Pekuburan Dayak Penihing”, “Bahaya Belakang Kambang Terate”, dan “Kampung di Teluk Rumbolt” juga pernah tampil dalam pameran perintis pelukis pribumi. Batavia Kunstkring, Bandung, 1941 [16]
- Pameran Bersama in Djawa Baru, 1943[17]
- Pameran Lukisan dan Pahatan (Painting and Sculpture Exhibition, 18-27 Aug. 1951[17]
- Familiar Others: Emiria Sunassa, Eduardo Masferré and Yeh Chi Wei — 1940s-1970s. Pameran Bersama, National Gallery Singapore, 25 Jul 2022 - 14 May 2023[18]
Misteri Kematian dan Peninggalan
Pada 1950-an Emiria yang aktif di lingkaran seni Jakarta tiba-tiba menghilang dari peredaran. Ia kemudian diketahui meninggal di Lampung pada 1964. Lukisan-lukisan peninggalan Emiria disimpan oleh teman dan tetangganya, Jane Waworuntu. Pada Oktober 2010, sebuah pameran di Bentara Budaya Yogyakarta bertajuk "Masa Lalu Selalu Aktual" menampilkan 28 lukisan Emiria dari koleksi keluarga Waworuntu.[1][15]
Daftar referensi
Referensi
- ^ a b c https://nasional.kompas.com/read/2010/10/27/14070768/fakta.dan.mitos.emiria.soenassa
- ^ "Emiria Sunassa". encyclopedia.jakarta-tourism.go.id. Diakses tanggal 2020-02-11.
- ^ Heidi Arbuckle, "Emiria Soenassa Membayangkan Nusa", Kompas, 12 Desember 2010.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-03-06. Diakses tanggal 2018-03-06.
- ^ a b c d e f Setiyono, Budi (2010-03-16). "Emiria Sunassa, Perupa Perempuan Genius". Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2025-01-06. Diakses tanggal 2025-01-06.
- ^ “Bertjakap-tjakap dengen Prinses Tidore tentang Daerahnja: Irian,” Starweekly, no. 203, 20 November 1949, hlm. 10.
- ^ a b Agnes, Tia. "5 Fakta Pelukis Emiria Sunassa di Hari Perempuan Internasional". detikhot. Diakses tanggal 2024-06-02.
- ^ a b c d e f g h i Merdeka, Moyang Kasih Dewi (2 Mei 2020 | 00.00 WIB). "Menemukan Kembali Emiria". Tempo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2026-01-07. Diakses tanggal 2025-01-06.
- ^ "Emiria Sunassa, Perupa Perempuan Genius". Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia. 2010-03-16. Diakses tanggal 2024-06-02.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamahistoria
- ^ Emiria Soenassa, Indonesian Visual Art Archive
- ^ a b Rachman, Fathur (2022-07-06). "Siapakah Emiria Soenassa? Usmar Ismail: Setara Kartini dan Chairil Anwar". Tempo. Diakses tanggal 2025-01-06.
- ^ a b National Gallery Singapore (2023-06-04), Emiria Sunassa | Painting “the Other” in a Decolonising Indonesia, diakses tanggal 2025-01-06
- ^ a b Joesoef, Milla (2023-01-27). "Perupa Perempuan Indonesia: Emiria Soenassa". SULUH PEREMPUAN. Diakses tanggal 2025-01-06.
- ^ a b Katalog Pameran masa lalu selalu aktual. Pameran lukisan Emiria Soenassa, 2010, 48 hlm
- ^ Emiria Sunassa, Perempuan yang Melukis Feminisme. Inibaru.id, 26 Des 2020.[1]
- ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaNGS2023
- ^ FAMILIAR OTHERS: EMIRIA SUNASSA, EDUARDO MASFERRÉ AND YEH CHI WEI, 1940S-1970S.
Pranala luar
- Arsip Indonesian Visual Art Archive, YouTube, 30.Mei 2021: Tentang seniman Emiria Soenassa - Iskandar Waworuntu, Part 1 Part 2 Part 3
- NGOMEN, YouTube, 28.Feb 2023: Peniup Seruling dan Purnama - karya Emiria Soenassa
- HERstory Southeast Asia, YouTube, 06.Mar 2023: The Many Lives of Emiria Sunassa
- National Gallery Singapore, YouTube, 05.Juni 2023: Emiria Sunassa - Painting “the Other” in a Decolonising Indonesia