Benteng Somba Opu

ᨅᨙᨈᨙ ᨔᨚᨅ ᨕᨚᨄᨘ (aksara lontara)
Revisi sejak 10 Januari 2025 09.41 oleh Silentwinner (bicara | kontrib) (Penambahan Deskripsi)

Benteng Somba Opu adalah benteng peninggalan Kesultanan Gowa yang dibangun oleh Raja Gowa ke-9 Daeng Matanre Karaeng Tumapa'risi' Kallonna pada tahun 1525. Benteng ini terletak di Jalan Daeng Tata, Kelurahan Benteng Somba Opu, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.[1][2]

Benteng Somba Opu
LokasiSulawesi Selatan
JenisBenteng
Sejarah
PendiriRaja Gowa IX, Karaeng Tumapa'risi' Kallonna
Didirikantahun 1525
Catatan situs
Kondisitelah direkonstruksi
Akses umumYa
Benteng Samba Opu
Dinding benteng sebelah barat
Museum dan meriam di benteng Samba Opu

Pada masanya tempat ini pernah menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan di mana rempah-rempah yang diperjualbelikan untuk beberapa pedagang baik dari Asia, sekitar Indonesia dan wilayah Eropa. Sayangnya tempat yang sering dikunjungi oleh beberapa masyarakat lokal dan internasional ini telah dikuasai oleh VOC pada tahun 1669, kemudian dihancurkan hingga terendam oleh ombak pasang. Pada tahun 1980-an pun benteng ini ditemukan kembali oleh beberapa ilmuwan yang datang ke tempat itu. Pada tahun 1990 benteng ini telah direkonstruksi sehingga terlihat lebih baik lagi. Pada saat ini pun Benteng Somba Opu telah menjadi sebuah objek wisata bersejarah karena di dalamnya terdapat beberapa bangunan rumah adat Sulawesi Selatan. Tidak hanya itu saja, tempat ini juga memiliki sebuah meriam dengan panjang 9 meter dan berat sekitar 9.500 kilogram, serta ada sebuah museum yang berisi benda- benda bersejarah peninggalan Kesultanan Gowa.[3]

Sejarah

Kompleks Benteng Somba Opu terletak kira kira 7 km ke arah Selatan dari pusat kota Makassar. Di antara sekian banyak benteng kerajaan Gowa, yang terbesar dan terkuat adalah Benteng Somba Opu. Benteng ini merupakan benteng utama Kerajaan Gowa, tempat kediaman Sultan atau Raja Gowa. Benteng Somba Opu dan kota di sekitarnya dijadikan pula ibukota dan pelabuhan terbesar Kerajaan Gowa. Benteng Somba Opu dikawal oleh amat banyak benteng pertahanan yang seolah-olah bertebaran di wilayah kawasan inti Kerajaan Gowa antara lain: Benteng Tallo, Benteng Ana Tallo, Benteng Ujung Tana, Benteng Patunuang, Benteng Ujung Pandang, Benteng Bariboso, Benteng Mariso, Benteng Pannakukang, Benteng Garassi, Benteng Galesong, Benteng Sanrobone, Benteng Barombong, Benteng Bontorannu, dan Benteng Kale Gowa[4]

Benteng Somba Opu sebelumnya merupakan bandar yang ramai dan penting dalam lalu lintas perdagangan dunia pada abad ke-16. Kira-kira tahun 1600, Somba Opu menyediakan berbekalan bagi kapal yang akan melanjutkan pelayaran baik ke timur maupun ke barat dan merupakan pelabuhan yang sangat ramai. Rempah-rempah yang dapat diperoleh di pelabuhan Somba Opu kadang-kadang lebih murah daripada di Maluku sendiri. Peranan dan posisi Somba Opu sebagai bandar semakin meningkat pada abad ke-17[5]

Benteng Somba Opu merupakan benteng induk Kerajaan Gowa dan menjadi benteng utama dan tempat kedudukan Raja Gowa (Sultan Hasanuddin) pada zaman Kerajaan Gowa. Benteng Somba Opu didirikan pada awal abad ke-16 atas inisiatif Raja Gowa IX Karaeng Tumpakasiri Kallongna selanjutnya diteruskan oleh Karaeng Tunipallanga Ulaweng. Pada tahun 1545 Karaeng Tunipallanga Raja Gowa X memperkuat struktur benteng dengan padas.Kediaman bangsawan dan kerabat para raja terletak dibagian utara di belah 2 oleh sumbu jalan utama yang membujur utara selatan di sebelah utara menempel pada dinding luar terdapat pasar. Jalan utama tersebut berpotong tegak lurus di bagian tengah kompleks, dengan sebuah jalan lainnya yang melintang dalam arah timur- barat. Mesjid terletak di ujung jalan utama, melintang barat-timur beriorentasi ke arah barat. Tempat bermukim raja terletak barat-selatan dekat dan sejajar dengan dinding sebelah barat. Diluar benteng tinggi, bermukim para perajurit, keluarga, tukang-tukang, saudagar dan para pendatang dari berbagai suku bangsa .Sehingga untuk mempertahankan dan mengembangkan daya tarik wisata Benteng Somba Opu, perlu manganalisa dan mengidentifikasi daya tarik wisata Benteng Somba Opu yang ada di Gowa. Benteng Somba Opu merupakan peninggalan sejarah kerajaan perkasa masa lalu di Sulawesi Selatan, sekarang kawasan ini dijadikan pusat budaya miniature atau Taman Mini Sulawesi Selatan dan telah dibangun berbagai rumah adat tradisional dari semua suku/etnis yang ada disana yang dapat menggambarkan budayanya masing-masing. [6]

Lokasi

Benteng Somba Opu terletak di Jl Daeng Tata, Kelurahan Benteng Somba Opu, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa. Jaraknya kurang lebih tujuh kilometer dari arah selatan pusat Kota Makassar. Letak astronomisnya adalah 5o 11’ 22” LS, 119o 24’ 4” BT dengan ketinggian 0 – 10 meter. Benteng Somba Opu dapat diakses dari pusat Kota Makassar (Lapangan Karebosi) dengan angkutan kota (petepete) atau taksi[6]

Koleksi

 
Peta Kawasan Benteng Somba Opu

Kawasan Benteng Somba Opu terlihat bahwa kawasan Somba Opu terdiri dari bagian dinding benteng yang masih ada, bastion, Istana Maccini Sombala, terdapat panggung terbuka, rumah adat Gowa, rumah adat Ujung Pandang (Makassar), rumah adat Mamuju, rumah adat Majene, rumah adat Mandar, rumah adat Kajang, rumah adat Bugis, rumah adat Tator, rumah adat Luwu, rumah adat Bulukumba, rumah adat Soppeng, Baruga, Museum Karaeng Pattingalloang, Taman Situs dan pintu utama. Untuk area A, B, C, D, E, F, G Kawasan Benteng Somba Opu kemudian difungsikan sebagai Gowa Discovery Park yang bisa dilihat pada Gambar 3. Sedangkan Area H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R. S merupakan kawasan Benteng Somba Opu yang diprediksi berbentuk persegi.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ [1][pranala nonaktif permanen]
  2. ^ "Benteng Somba Opu, Makassar"[pranala nonaktif permanen]
  3. ^ [2][pranala nonaktif permanen]
  4. ^ Sagimun, M.D (2012). Benteng Ujung Pandang. Jakarta: Depdikbud. 
  5. ^ Abduh, et.al (1985). Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Sulawesi Selatan. Jakarta: Depdikbud. 
  6. ^ a b Pare Eni, Sri (2019). Revitalisasi Kawasan Benteng Somba Opu Sebagai Kawasan Bersejarah Peninggalan Kerajaan Gowa Sulawesi Selatan. Jakarta: Universitas Kristen Indonesia.