Matematika murni
Secara umum, matematika murni (bahasa Inggris:pure mathematics) adalah matematika yang sepenuhnya termotivasi lebih pada sebab dan akibat, alasan, berbandingkan sebagai sebuah aplikasi. Hal ini dibedakan dengan oleh adanya ketelitian, abstraksi dan keindahan. Dari abad kedelapan belas dan seterusnya merupakan kategori yang diakui bagi kegiatan matematika, kadang-kadang dicirikan sebagai matematika spekulatif, [1] dan terdapat perbedaan adanya kecenderungan yang untuk memenuhi kebutuhan navigasi, astronomi, fisika, teknik, dan seterusnya.
Sejarah
Yunani Kuno
Matematikawan Yunani Kuno termasuk di antara yang paling awal untuk membuat perbedaan antara matematika murni dengan matematika terapan. Plato membantu menciptakan kesenjangan antara aritmatika yang sekarang disebut teori bilangan dengan logistik yang saat sekarang disebut aritmatika. Plato beranggapan bahwa logistik (aritmatika) sesuai dengan kebutuhan pengusaha dan peperangan yang dikatakannya dengan belajar seni bilangan atau para pengusaha dan peperangan tidak akan pernah bisa mengetahui bagaimana dengan keadaan susunan kekuatan yang sebenarnya dibandingkan dngan aritmatika (teori bilangan) yang lebih sesuai bagi kebutuhan para filsuf karena telah mempunyai untuk muncul dari lautan perubahan dan berusaha untuk menangkap kebenaran.[2] Euclid dari Alexandria, ketika ditanya oleh salah seorang siswaya tentang apa kegunaan untuk belajar mengenai geometri lalu Euclid meminta kepada pelayannya untuk memberikan threepence kepada siswa tersebut sambil mengatakan bahwa karena siswa tersebut mempunyai kebutuhan yang dapat membuat keuntungan dari apa yang siswa tersebut pelajari[3] sedangkan seorang matematikawan Yunani yang bernama Apollonius dari Perga ketika ditanya tentang manfaat atas bagian dari kaidahnya didalam Buku IV Conics dengan bangga ia menegaskan sebagai berikut [4]
They are worthy of acceptance for the sake of the demonstrations themselves, in the same way as we accept many other things in mathematics for this and for no other reason.
And since many of his results were not applicable to the science or engineering of his day, Apollonius further argued in the preface of the fifth book of Conics that the subject is one of those that "...seem worthy of study for their own sake."[4]
Abad ke-19
Istilah itu sendiri diabadikan dalam judul lengkap Sadleirian, Profesor Matematika Murni kadang-kadang disebut pula sebagai Sadlerian Chair,[5] sebagai pencetus (sebagai profesor) pada pertengahan abad kesembilan belas. Gagasannya tentang disiplin terpisah matematika murni mungkin telah muncul pada saat itu. Generasi dari Gauss tidak dapat menyentuh perbedaan antara murni dengan terapan. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya, spesialisasi dan profesionalisasi (terutama di Weierstrass pendekatan untuk melakukan analisis matematis) telah membuka celah yang menjadikannya menjadi lebih jelas.
Abad ke-20
Pada awal abad keduapuluh para matematikawan yang mengambil metode aksiomatik lebih dipengaruhi oleh pemeikiran dari David Hilbert[6]. Perumusan logis matematika murni yang diusulkan oleh Bertrand Russell dalam bentuk struktur pembilang proposisi akan tampak lebih dan masuk akal karena sebagian besar matematika telah menjadi axiomatik dan dengan demikian semua harus tunduk pada kriteria sederhana dari pembuktian yang setepat-tepatnya.
Bahkan dalam pengaturan aksiomatik setepat-tepatnya menambahkan tidak ada ide pembuktian. Matematika murni, menurut pandangan yang dapat dinisbahkan kepada kelompok Bourbaki adalah apa yang telah dibuktikan. Matematikawan murni akan menjadi kemungkinan bila dicapai dengan melalui pelatihan.
Lihat pula
Referensi
- ^ Lihat misalnya beberapa karya dari Thomas Simpson dari abad pertengahan ke-18 antara lain: Essays on Several Curious and Useful Subjects in Speculative and Mixed Mathematicks, Miscellaneous Tracts on Some Curious and Very Interesting Subjects in Mechanics, Physical Astronomy and Speculative Mathematics[1]
- ^ Boyer, Carl B. (1991). "The age of Plato and Aristotle". A History of Mathematics (edisi ke-Second Edition). John Wiley & Sons, Inc. hlm. 86. ISBN 0471543977.
Plato is important in the history of mathematics largely for his role as inspirer and director of others, and perhaps to him is due the sharp distinction in ancient Greece between arithmetic (in the sense of the theory of numbers) and logistic (the technique of computation). Plato regarded logistic as appropriate for the businessman and for the man of war, who "must learn the art of numbers or he will not know how to array his troops." The philosopher, on the other hand, must be an arithmetician "because he has to arise out of the sea of change and lay hold of true being."
- ^ Boyer, Carl B. (1991). "Euclid of Alexandria". A History of Mathematics (edisi ke-Second Edition). John Wiley & Sons, Inc. hlm. 101. ISBN 0471543977.
Evidently Euclid did not stress the practical aspects of his subject, for there is a tale told of him that when one of his students asked of what use was the study of geometry, Euclid asked his slave to hive the student threepence, "since he must make gain of what he learns."
- ^ a b Boyer, Carl B. (1991). "Apollonius of Perga". A History of Mathematics (edisi ke-Second Edition). John Wiley & Sons, Inc. hlm. 152. ISBN 0471543977.
It is in connection with the theorems in this book that Apollonius makes a statement implying that in his day, as in ours, there were narrow-minded opponents of pure mathematics who pejoratively inquired about the usefulness of such results. The author proudly asserted: "They are worthy of acceptance for the sake of the demonstrations themselves, in the same way as we accept many other things in mathematics for this and for no other reason." (Heath 1961, p.lxxiv).
The preface to Book V, relating to maximum and minimum straight lines drawn to a conic, again argues that the subject is one of those that seem "worthy of study for their own sake." While one must admire the author for his lofty intellectual attitude, it may be pertinently pointed out that s day was beautiful theory, with no prospect of applicability to the science or engineering of his time, has since become fundamental in such fields as terrestrial dynamics and celestial mechanics. - ^ For example, Encyclopaedia Britannica, 15th edition
- ^ "David Hilbert". Encyclopædia Britannica. 2007. Diakses tanggal 2009-12-15.