Li Baochen

Revisi sejak 1 Januari 2010 15.28 oleh TXiKiBoT (bicara | kontrib) (bot Menambah: ja:李宝臣)

Li Baochen (Hanzi: 李宝臣, 718-6 Februari 781), alias Zhang Zhongzhi (张忠志) atau An Zhongzhi (安忠志), Pangeran Longxi (陇西王), adalah seorang jenderal pada masa pertengahan Dinasti Tang. Ia tadinya adalah salah satu bawahan kepercayaan An Lushan yang memberontak terhadap pemerintah Tang. Namun setelah pemberontakan itu ditumpas, Li bersama beberapa jenderal pemberontak lainnya menyerahkan diri pada Tang. Setelah penyerahan dirinya, pemerintah Tang mengangkatnya sebagai gubernur militer yang menguasai wilayah yang sekarang meliputi Provinsi Hebei.

Latar belakang

Zhang Zhongzhi dilahirkan tahun 718 pada masa pemerintahan Kaisar Tang Xuanzong di Fanyang (sekarang Beijing). Tidak banyak yang diketahui mengenai silsilah keluarganya dalam sejarah selain latar belakang etnisnya yang berasal dari suku Xi (suku minoritas dari wilayah Manchuria). Ia diadopsi oleh Zhang Suogao, seorang pejabat Tang sehingga menyandang marga ayah angkatnya itu. Sejak muda ia telah mahir dalam berkuda dan memanah. Ia masuk militer di bawah komando An Lushan, gubernur militer Fanyang saat itu. Suatu ketika ia menyertai An ke ibukota Chang’an (sekarang Xi'an, Shaanxi) untuk memberi penghormatan pada kaisar. Kemampuannya membuat kaisar terkesan sehingga ia diangkat sebagai pemanah dalam pengawal kekaisaran dan mendapat akses masuk ke istana kaisar.

Semasa Pemberontakan Anshi

Pada akhir tahun 755, An Lushan memberontak melawan Dinasti Tang dan menyatakan berdirinya Dinasti Yan. Begitu mendengar berita ini, Zhang melarikan diri dari Chang’an dan menuju ke Fanyang untuk bergabung dengan atasannya itu. An terkesan akan kesetiaannya sehingga mengangkatnya sebagai anak dan mengganti marganya menjadi An sehingga namanya sejak itu menjadi An Zhongzhi. Belakangan ia memimpin serangan dadakan terhadap Taiyuan dan berhasil menawan walikotanya, Yang Guanghui. Setelah itu, An Lushan memberinya tanggung jawab lebih besar yaitu menjaga lintasan strategis di Tumen (sekarang Shijiazhuang, Hebei). Januari 757, An Lushan dibunuh oleh putranya sendiri, An Qingxu. An Zhongzhi melanjutkan pengabdiannya pada An Qingxu yang mengangkatnya sebagai kepala daerah Hengzhou (sekarang Shijiazhuang). Tahun itu juga, pasukan Tang mengepung An Qingxu di Yecheng, An Qingxu sendiri pada akhirnya dibunuh oleh Shi Siming, teman dekat dan orang kepercayaan ayahnya. Shi beserta beberapa jenderal Yan lain termasuk An Zhongzhi kemudian menyerahkan pada Tang. Kaisar Suzong, putra dan penerus Kaisar Xuanzong, menganugerahkan gelar Adipati Miyun kepada An dan mengijinkannya tetap memegang jabatannya.

Shi Siming ternyata tidak sepenuh hati menyerah pada Tang, setelah mengkonsolidasi kekuatan, ia kembali memberontak dan menyatakan diri sebagai kaisar Yan berikutnya. Ia mengangkat An sebagai menteri dan menugasinya menjaga Tumen bersama Xin Wanbao. Tahun 761, Shi dibunuh oleh putranya, Shi Chaoyi. An menolak mengabdi pada anak pengkhianat itu, ia memerintahkan bawahannya, Wang Wujun, membunuh Xin, kemudian menyerah pada pemerintah Tang dan membuka akses bagi pasukan Tang melewati lintasan Tumen. Kaisar Daizong (penerus Kaisar Suzong) menerima penyerahan dirinya, ia menganugerahinya marga kekaisaran, Li, dan mengganti namanya menjadi Baochen (yang artinya ‘hamba yang berharga’), sejak itulah ia dikenal dengan nama Li Baochen. Ia dan rekannya sesama jenderal Yan yang telah menyerah pada Tang seperti Xue Song, Tian Chengsi, dan Li Huaixian dibiarkan tetap berkuasa di wilayah masing-masing. Li sendiri diangkat sebagai gubernur militer wilayah Chengde (beribukota di Shijiazhuang) dengan enam prefektur di bawah kekuasaannya. Selain itu kaisar juga menganugerahinya gelar kebangsawanan Adipati Zhao.

Pasca Pemberontakan Anshi

Li bersama ketiga rekannya yang mantan jenderal Yan membentuk aliansi dengan dua gubernur militer lain yaitu Li Zhengji dan Liang Chongyi. Mereka memperjuangkan hak waris jabatan bagi keturunan mereka, status semi-independen dari pemerintah Tang, dan hak untuk mengatur pasukan dan pajak tanpa harus melalui persetujuan dari pusat. Untuk mempererat persekutuan, Li menikahkan adiknya, Li Baozheng, dengan putri Tian; putrinya dengan putra Li Zhengji, Li Na; dan putranya, Li Weiyue, dengan putri Li Zhengji. Dibanding dengan kelima anggota aliansi lain, Li cenderung bersikap lebih tunduk pada pemerintah Tang, contohnya ketika Li Huaixian dibunuh oleh bawahannya, Zhu Xicai, tahun 768. Li menyerang Zhu atas nama pemerintah Tang, namun Zhu berhasil memukul mundur pasukannya dan istana mengijinkannya berkuasa sebagai gubernur militer Lulong menggantikan atasannya.

Dalam aliansi itu sendiri, hubungannya dengan Tian Chengsi paling banyak mengalami gesekan karena sikap arogan Tian yang seringkali memandang remeh pada yang lain dan keserakahannya yang seringkali mencaplok wilayah Zhaoyi (beribukota di Anyang, Henan) milik Xue Song pasca kematian Xue tahun 773. Tahun 775, kesabaran Li terhadap Tian sudah pada puncaknya karena sebuah insiden yang menewaskan adiknya, Li Baozheng. Kejadiannya sekitar tahun itu atau tidak lama sebelumnya, saat itu ketika Li Baozheng dan salah satu putra Tian, Tian Wei, sedang bermain polo di Weibo terjadi kecelakaan tabrakan antara kuda yang ditunggangi keduanya yang menewaskan Tian Wei. Tian Chengsi murka dan memenjarakan Li Baozheng lalu mengirim utusan pada Li Baochen untuk menyatakan protes. Li, yang ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik, memberikan tongkat pada utusan itu dan mengijinkan Tian untuk menghajar adiknya dengan tongkat itu. Namun karena terlalu marah, Tian memukuli Li Baozheng secara berlebihan hingga tewas. Tentu saja hal ini membuat Li Baochen marah dan memutuskan hubungan aliansi dengan Tian. Bersama Li Zhengji, yang juga tidak menyukai Tian, ia mengirim petisi kepada kaisar untuk meminta persetujuan menyerang Tian. Petisi mereka segera mendapat persetujuan kaisar yang bahkan memberi bantuan berupa pasukan dari beberapa wilayah militer yang masih setia pada pemerintah. Li Baochen bersama Zhu Tao (adik Zhu Ci yang membunuh Zhu Xicai tahun 772), dan Xue Jianxun, gubernur militer Taiyuan menyerang Tian dari utara, sementara Li Zhengji dan Li Zhongchen, gubernur militer Huaixi (yang beribukota di Zhumadian, Henan) menyerang dari selatan. Serangan gabungan ini pada awalnya berhasil mengalahkan Tian dan merebut Cizhou (sekarang Handan) darinya.

Sadar dirinya bukan tandingan mereka di medan perang, Tian mulai memakai cara diplomasi menabur perpecahan di antara mereka. Mula-mula ia mendekati Li Zhengji untuk membujuknya menghentikan serangan dan berjanji akan membagikan sebagian wilayahnya pada Li. Langkah pertama ini berhasil, Li Zhengji menarik mundur pasukannya. Saat itu Li Baochen sendiri sedang bermasalah dengan pemerintah pusat, ia merasa sangat terhina ketika utusan kaisar, kasim Ma Chengqian, yang mengunjungi pasukannya tidak puas dengan hadiah pemberiannya dan mencampakkannya ke tanah. Kesempatan ini segera dimanfaatkan oleh Tian untuk menghasut. Ia mengajak Li bergabung dengannya menyerang wilayah Lulong milik Zhu Tao. Li terbujuk oleh bujuk rayu Tian dan iapun berbalik menyerang Zhu secara mendadak. Zhu Tao sendiri berhasil lolos dari maut, namun sejak itu timbul permusuhan yang dalam antara keduanya. Untuk memperbaiki hubungannya dengan Li, Tian menyerahkan Cangzhou, Hebei padanya. Dengan demikian kampanye militer menyerang Tian pun berakhir. Dari perang ini, wilayah kekuasaan Li bertambah hingga tujuh prefektur, hingga tahun 777, pasukannya bertumbuh hingga mencapai 50.000 orang, ia juga dianugerahi kaisar gelar kebangsawanan Pangeran Longxi.

Tahun 778, Li Baochen kembali mengubah marganya ke marga semula, Zhang, adapun alasannya, tidak disebutkan dengan jelas dalam dokumen-dokumen sejarah. Namun tahun 779, ia merasa tidak enak hati berbuat demikian, sehingga atas ijin kaisar, ia kembali mengubah marganya menjadi Li. Tahun itu juga, Tian Chengsi meninggal dunia. Atas bujukan Li lah, kaisar secara resmi menyetujui Tian Yue, keponakan Tian, menempati jabatan pamannya sebagai gubernur militer. Di usia tuanya, Li Baochen berencana untuk menjadikan putranya, Li Weiyue, sebagai penerusnya, namun yang menjadi kekhawatirannya adalah kepribadian putranya yang lemah dan tidak pantas untuk memimpin pasukan. Karena itu, ia secara sistematis membunuhi satu demi satu para perwiranya yang berpengaruh dan berpotensi menjadi saingan putranya. Beberapa yang selamat dari pembunuhan itu termasuk Zhang Xiaozhong, kepala daerah Yizhou (sekarang Baoding, Hebei), yang beberapa kali menolak panggilan Li dan tetap bertahan di daerahnya, serta tetap tunduk pada Li selama atasannya itu masih hidup, Wang Wujun, yang adalah teman dekatnya, dan putranya, Wang Shizhen, yang adalah salah seorang menantu Li. Pada tahun-tahun terakhir kehidupannya, Li mulai percaya takhayul dan terobsesi ramalan seorang tukang sihir yang meramalkan bahwa ia akan berumur panjang dan memiliki kekuatan tak tertandingi. Tahun 781, penyihir itu memberikan sebuah ramuan yang katanya berkhasiat panjang umur. Li percaya begitu saja padahal ramuan itu mengandung zat-zat yang membahayakan tubuh, tiga hari kemudian ia meninggal karena keracunan. Li Weiyue mengklaim jabatan gubernur militer Chengde walau tidak mendapat persetujuan istana. Tahun berikutnya ia dibunuh oleh Wang Wujun, dengan demikian berakhirlah kekuasaan klan Li atas wilayah Chengde.

Referensi