Wikipedia:Bak pasir

Revisi sejak 5 Februari 2010 13.25 oleh Abdielbopha (bicara | kontrib) (taman getsemani)

Bopha


     "taman getsemani"
       —Abdiel Bopha

bophaadalah wiraswasta

taman getsemani tafsir narasi markus 14:32-42

Letak kisah ini ada pada blok tiga diantara dua kernel yaitu: kisah transfigurasi Yesus dan kebangkitan-Nya. Kisah ini berada dalam sebuah satelit 14:10-52 yang mengisahkan tentang penyerahan Yudas hingga penangkapan Yesus. Di dalam satelit itu sendiri terdapat beberapa kisah. Dimulai dari Yudas yang bersekongkol dengan para imam kepala untuk menyerahkan Yesus, perjamuan makan paskah sekaligus penetapannya, perjalanan Yesus bersama para murid menuju Bukit Zaitun yang di dalamnya terdapat nubuat Yesus akan penyangkalan Petrus. Kemudian berakhir di Getsemani, tempat Yesus berdoa sebelum ditangkap. Peristiwa perjamuan makan hingga penangkapan Yesus terjadi di hari yang sama yaitu pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi (Kamis). Kisah doa Yesus sebelum penangkapan-Nya dimulai dari kedatangan Yesus bersama murid-murid-Nya di sebuah tempat bernama Getsemani, sebuah tempat di kawasan Bukit Zaitun. Yesus setidaknya diceritakan sebelumnya dua kali berada di Bukit Zaitun dan baru kali ini nama Getsemani muncul. Narator tidak menceritakan secara detail latar di tempat ini. Namun, dapat disimpulkan bahwa tempat ini sunyi dan berlangsung pada malam atau dini hari. Murid-murid yang bisa tidur dan Yesus yang berdoa membuktikan kesimpulan diatas. Di Getsemani, Yesus meninggalkan sebagian besar murid-murid-Nya dan membawa serta Petrus, Yakobus dan Yohanes untuk berjaga ketika Yesus berdoa. Ketiga murid Yesus ini merupakan lingkaran inti para murid Yesus. Dari kedua belas murid Yesus hanya mereka yang diberi nama lain oleh Yesus. Setelah itu, narator memberitahukan bahwa Yesus merasa sangat takut dan gentar bahkan seperti mau mati rasanya. Sebuah kondisi psikologis yang tidak lazim bagi Yesus. Dalam seluruh narasi Markus, hanya disini Yesus digambarkan dalam keadaan seperti itu. Perubahan kondisi psikologis Yesus yang terkesan tiba-tiba itu pun juga terasa aneh mengingat dalam kisah-kisah sebelumnya, Yesus tampil amat percaya diri dan berkuasa. Bahkan sesaat sebelum memasuki Getsemani, ketika dalam perjalanan menuju Bukit Zaitun, Yesus masih tampak dalam kondisi mental yang luarbiasa. (14:27-28) Oleh Yesus kondisi diri-Nya yang demikian diungkapkan kepada ketiga murid-Nya, lalu Ia memisahkan diri untuk berdoa secara pribadi setelah meminta mereka untuk berjaga-jaga. Dalam keadaan takut dan gentar, Yesus merebahkan diri ke tanah dan berdoa. Narator memberitahukan bahwa Yesus berdoa supaya, sekiranya mungkin, saat itu lalu dari pada-Nya. Tidak jelas apa yang dimaksud dengan “saat” yang ditunjuk oleh Yesus supaya lalu dari-Nya. Apabila “saat” itu yang dimaksud oleh Yesus mengandung pengertian eskatologis, yaitu saat datangnya hari apokaliptik, hari Allah menentukan berakhirnya sejarah dunia dan umat-Nya mengacu Markus 13:32. Pertanyaan yang muncul di benak saya adalah mengapa Yesus meminta agar lalu dari-Nya? Karena di dalam keseluruhan Injil Markus justru pada saat itu pemerintahan Allah ditegakkan dan Yesus adalah sarana pewartaan pemerintahan Allah. Bagi saya, ini sulit untuk bisa diterima dan dipahami bila dilihat dari sudut tokoh Yesus. Narasi Markus hanya mengungkap sisi misteri kapan saat itu terjadi bukan mengapa saat itu cukup untuk menjadi alasan Yesus ingin menghindar mengingat Yesus di saat itu akan datang dengan penuh kuasa dan kemuliaan. Kalau bukan itu lalu apa? Tahan dulu, saya jelaskan nanti Kemudian berlanjut dengan isi doa Yesus, “ Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.” Yesus berdoa dengan menyapa Allah dengan sebutan Abba-Bapa yang menunjukkan keintiman relasi di antara Mereka. Di bagian pendahuluan Injil Markus, diawali dengan pemberitahuan tentang Yesus Kristus Anak Allah. Yang terjadi disini adalah penegasan hubungan Mereka dari sisi Yesus. Lalu diikuti dengan pengakuan akan Bapa-Nya yang Maha itu dengan kalimat, “tidak ada yang mustahil bagi-Mu” yang sekaligus menggambarkan dengan ringkas pengenalan Yesus dengan Bapa-Nya. Lalu diikuti kalimat, “Ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.” Kalimat ini mengundang pertanyaan karena fakta-fakta berikut ini: 1. Kalimat ini tidak ada tanda baca yang jelas sehingga jika dibaca dengan nada datar berbeda makna dengan nada seru. 2. Istilah cawan yang digunakan dalam perikop ini. Kata cawan dalam seluruh Injil Markus muncul sebanyak 4 kali yaitu, Mrk 7:4; 10:38-39; 14:23; 14:36. Namun, Saya hanya mendapati 14:23 yang mungkin nyerempet makna, cawan berisi anggur lambang darah Yesus, darah perjanjian. Untuk Mrk 10:38-39 penggunaan kata cawan malah mengingatkan 1) misi Allah kepada Yesus dan 2) dua murid-Nya, yaitu: Yohanes dan Yakobus yang juga temasuk lingkaran inti murid Yesus. Jadi menurut saya, cawan ini berkaitan dengan perjanjian yang menyangkut misi Allah yang diamanatkan bagi Yesus, mati dan bangkit. Jika benar demikian, maka cawan adalah sarana yang digunakan Allah yang menyangkut perjanjian dan misi Allah yang diamanatkan bagi Yesus. Seandainya istilah cawan berkaitan dengan hal di atas maka akan lebih mudah memahami yang dimaksud dengan kata “saat” itu. Sebagaimana diketahui dalam Injil Markus, narator sejak awal menyatakan bahwa ini adalah Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah. Maka tampak jelas bahwa Yesus punya keistimewaan dalam relasi sebagai Anak Allah dengan Allah sebagai Bapa-Nya. sehingga wajar jika Yesus dalam seluruh karya, pelayanan, dan tindakan-Nya selalu melibatkan Allah. Yang aneh adalah ketika Allah sebagai Bapa-Nya Yesus dalam Injil ini justru menginginkan kematian Anak-Nya. Yesus sendiri sadar akan hal itu, maka Ia berdoa sekiranya mungkin, “saat” itu lalu daripada-Nya. Yang dimaksud “Saat” itu adalah saat dimana Allah meninggalkan diri-Nya. Ketika Yesus disalib, Ia sempat berseru “AllahKu, AllahKu mengapa Engkau meninggalkan Aku?” sebelum berseru untuk terakhir kalinya untuk menyerahkan nyawa-Nya. Hal ini jelas membuat Yesus sedih dan gentar, mengapa? Jika Allah meninggalkan diri-Nya maka yang ada hanyalah kematian. Jadi wajar pula bila Yesus ingin menghindari cawan, dalam hal ini berarti menolak menjadi sarana Allah, membatalkan misi. Meminum cawan berarti melaksanakan misi, melaksanakan kehendak Sang Bapa. Ini berarti juga, jika Yesus meminum cawan berarti Ia menyetujui kematian-Nya. Narator juga bermain dalam tanda baca, apabila, kalimat-kalimat di atas dibaca dengan nada seru, akan tampak seperti sebuah protes keras kepada Allah. Bayangkan saja, sepanjang hidup-Nya Yesus selalu seturut dengan kehendak Bapa-Nya tapi kok malah akan ditinggalkan Sang Bapa. Jika dibaca dengan nada datar, akan lebih menyerupai permohonan. Namun terlepas dari permainan tanda baca, bagi tokoh Yesus ini tetaplah pergumulan yang amat sulit, bahkan narator memberitahu sampai tiga kali Yesus berdoa demikian. Di kisah-kisah selanjutnya, kita mengetahui bahwa Yesus benar-benar mengikuti kehendak Bapa-Nya. ini berarti di Getsemani-lah Yesus mengalami puncak perenungan-Nya untuk mengambil keputusan yang menyangkut hidup dan mati-Nya. Disini pula integritas dan iman-Nya diuji dan Ia mengambil keputusan untuk taat dan setia. Sayang sekali, ketiga murid malah tidur ketika Yesus berdoa. Setelah doa-Nya yang pertama, Ia menjumpai ketiga murid yang sedang tidur itu dan memanggil Petrus yang dengan nama kecilnya, Simon. Arah pertanyaan kepada Petrus menunjukkan bahwa Petrus-lah pemimpin para murid Yesus. Yesus mengajukan pertanyaan yang menyindir karena perintah-Nya untuk berjaga tidak diikuti oleh ketiga murid utama-Nya. Sindiran ini, diikuti perkataan Yesus, “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah.” Berjaga dan berdoa, apa maksudnya? Yang dimaksud berjaga adalah waspada terhadap gangguan atau ancaman yang mungkin datang baik dari dalam maupun dari luar, internal maupun eksternal. Lalu apa kaitannya berdoa dihubungkan sejajar dengan berjaga? Tampaknya ini lebih ke arah jasmani dan rohani daripada ancaman (kekerasan) fisik. Jadi, berjaga dan berdoa dimaksudkan untuk waspada dari kelemahan-kelemahan diri. Tidur, mengistirahatkan seluruh panca indera dan kesadaran manusia. Sebaliknya, berjaga dan berdoa mengkaryakan seluruh panca indera dan kesadaran yang dalam hal ini berhubungan dengan kemampuan mendengar, merasa dan melihat kehendak Tuhan. Dan maksud ini diperjelas kaitannya dengan perkataan, “roh memang penurut, tetapi daging lemah” yang mengarah pada ancaman kelemahan-kelemahan diri yang seringkali tidak seturut dengan kehendak Allah. Kegagalan ketiga murid untuk kedua kalinya untuk mengikuti perkataan Yesus, membuat mereka tidak tahu harus memberi jawab apa pada Yesus. Narator memberi tahu bahwa sebab ketiga murid tidur adalah mata mereka sudah berat. Kelelahan setelah aktivitas dan perjalanan mereka sebelumnya bersama Yesus tampaknya sudah menguasai mereka sehingga mata menjadi berat. Oleh karena itu wajar pula jika mereka bertiga kemudian tidur. Dan ketika Yesus menjumpai kedua kalinya, mereka bingung bagaimana harus memberi jawab karena ketiga murid ini gagal memahami perkataan Yesus sebelumnya. Kegagalan Petrus, Yakobus dan Yohanes untuk memahami perkataan Yesus semakin terbukti benar adanya setelah mereka untuk ketiga kalinya tidur. Namun, Yesus menjumpai mereka dan mengatakan, “Tidurlah sekarang dan istirahatlah. Cukuplah. Saatnya sudah tiba, lihat, Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat.” Tampaknya Yesus kali ini tidak terganggu dengan para murid yang untuk ketiga kalinya tidur setelah dua kali sebelumnya menjumpai dengan resah. Ada apa ini? Pertama, narator tampaknya telah memindahkan fokusnya dari doa menuju karya, dari refleksi menuju aksi. Kedua, perkataan Yesus menunjukkan bahwa Ia sadar bahwa ketiga muridnya telah gagal memahami perkataan-Nya sehingga Ia harus menghadapi sendiri “saat”-Nya. Ketiga, Yesus telah selesai mengambil keputusan untuk melaksanakan kehendak Bapa-Nya sehingga kondisi psikologis-Nya pulih dan siap menyongsong “saat”-Nya. Abdielbopha (bicara) 13:25, 5 Februari 2010 (UTC)