Kepulauan Raja Ampat

kepulauan di Indonesia
Revisi sejak 6 Juli 2006 03.32 oleh Muhammad Erdi Lazuardi Yasak (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Bayangkan, dalam sekali penyelaman saja, saya bisa menemukan 283 jenis ikan yang berbeda, komentar Dr. Gerald Allen, seorang ahli biologi laut dari Australia yang melakukan penelitian di Kepulauan Raja Ampat.

Tak heran, Raja Ampat menjadi surga baru bagi penyelam di seluruh dunia, khususnya para fotografer bawah laut dan saintis kelautan. Betapa menakjubkan, CI (Conservation International) dan TNC (The Nature Conservancy) melalui penelitiannya pada tahun 2001 dan 2002 telah menemukan sebanyak 537 species karang. Ini menjadikan 75% spesies karang dunia berada di Raja Ampat. Tak satupun tempat dengan luas area yang sama memiliki jumlah spesies karang sebanyak ini. Dari letak geografis penyebaran karangnya, para saintis sering menyebutnya sebagai The Heart of The World Coral Triangle atau Jantung Segitiga Karang Dunia. Segitiga terumbu karang yang mencakup negara Indonesia, Filipina, Malaysia, Papua New Guinea, Jepang dan Australia. Tak hanya itu, penelitian kedua lembaga tersebut telah mencatat 1074 jenis ikan, 699 jenis moluska dan menemukan sedikitnya 5 jenis penyu berada si kawasan perairan Raja Ampat.

Lokasi Penyelaman Raja Ampat merupakan kepulauan yang berada di barat propinsi Papua, tepatnya di bagian kepala burung Papua (bird’s head seascape). Tak kurang terdiri dari 1500 pulau-pulau kecil yang kebanyakan berupa pulau karst atau pulau kapur dengan luas kawasan 43.000 km2. Empat diantaranya merupakan pulau besar. Keempat pulau besar tersebut adalah P. Waigeo, pulau terbesar yang terletak di utara, P. Misool yang terletak di selatan, P. Batanta dan P. Salawati yang terletak di antara P. Waigeo dan P. Misool.

Ada beberapa kawasan terumbu karang yang masih sangat baik kondisinya dengan persentase penutupan karang hidup hingga 90%, yaitu di selat Dampier (selat antara P. Waigeo dan P. Batanta), Kepulauan Kofiau, Kepualauan Misool Timur Selatan dan Kepulauan Wayag. Tipe dari terumbu karang di Raja Ampat umumnya adalah terumbu karang tepi dengan kontur landai hingga curam. Tetapi ditemukan juga tipe atol dan tipe gosong atau taka. Di beberapa tempat seperti di kampung Saondarek, ketika pasang surut terendah, Anda bisa menyaksikan hamparan terumbu karang tanpa menyelam dan dengan adaptasinya sendiri, karang tersebut tetap bisa hidup walaupun berada di udara terbuka dan terkena sinar matahari langsung. Anda bisa menyaksikannya sambil duduk atau berbaring di pasir yang putih dengan minum kelapa muda di keheningan kampung yang sangat jauh dari kebisingan kota.

Spesies yang unik yang bisa dijumpai pada saat menyelam adalah beberapa jenis pigmy seahorse atau kudalaut mini, wobbegong dan Manta ray. Juga ada ikan endemik raja ampat, yaitu Eviota raja, yaitu sejenis ikan gobbie. Di Manta point yg terletak di Arborek selat Dampier, Anda bisa menyelam dengan ditemani beberapa ekor Manta Ray yang jinak seperti ketika Anda menyelam di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. Jika menyelam di Cape Kri atau Chicken Reef, Anda bisa dikelilingi oleh ribuan ikan. Kadang kumpulan ikan tuna, giant trevallies dan snappers. Tapi yang menegangkan jika kita dikelilingi oleh kumpulan ikan barakuda, walaupun sebenarnya itu relatif tidak berbahaya (yang berbahaya jika kita ketemu barakuda soliter atau sendirian). Hiu karang juga sering terlihat, dan kalau beruntung Anda juga bisa melihat penyu sedang diam memakan sponge atau berenang di sekitar anda. Di beberapa tempat seperti di Salawati, Batanta dan Waigeo juga terlihat Dugong atau ikan duyung.

Karena daerahnya yang banyak pulau dan selat sempit, maka sebagian besar tempat penyelaman pada waktu tertentu memiliki arus yang kencang. Hal ini memungkinkan juga untuk melakukan drift dive, menyelam sambil mengikuti arus yang kencang dengan air yang sangat jernih sambil menerobos kumpulan ikan. Ada juga pesawat karam peninggalan perang dunia ke II yang bisa dijumpai di beberapa tempat penyelaman menjadikan tempat yang bagus untuk wreck dive seperti di P. Wai. Dan masih banyak lagi situs terumbu karang yang sebenarnya belum pernah dijamah. Ini menjadikan penyelaman di Raja Ampat terasa lebih menantang.

Mitos Nama raja ampat sendiri merupakan sebuah mitos yang berkembang dan memiliki beberapa variant di masyarakat setempat. Mitos itu mengatakan bahwa ada seorang wanita yang menemukan 7 telor. 4 butir telor diantaranya menetas menjadi 4 orang pangeran yang berpisah dan masing-masing menjadi raja yang berkuasa di Waigeo, Salawati, Misool Timur dan Misool Barat. Sementara 3 telor lainnya menjadi hantu, seorang wanita dan sebuah batu.

Akses Untuk menuju Kepulauan Raja Ampat, Anda dapat melakukan penerbangan dari Jakarta atau Denpasar menuju Sorong dengan transit di Makassar atau Manado. Setelah mendarat di Bandara DEO (Dominie Edward Osok) Sorong, dengan taksi Rp 50.000,00 perjalanan dilanjutkan menuju pelabuhan Sorong memakan waktu hanya 15 menit. Dari pelabuhan ini Anda bisa naik kapal regular Raja Ampat I, Kie Raha I dan Kie Raha II dengan tiket Rp. 26.000,00 – Rp. 50.000,00 per orang tergantung kelasnya dengan lama perjalanan paling cepat 4 jam dan hanya singgah di beberapa tempat tertentu saja. Namun untuk akses yang lebih cepat anda bisa menyewa speed boat di Pelabuhan Karembeu dengan harga sewa minimal Rp. 700.000,00 tergantung pulau mana yang dituju. Karembeu merupakan pelabuhan kecil di sebelah pelabuhan Sorong dimana banyak bersandar longboat, transportasi umum masyarakat Sorong dan Raja Ampat. Perjalanan dari Sorong menuju Kepuluan Raja Ampat dengan menggunakan speed boat memekann waktu 1 – 6 jam. Tergantung pulau mana yang dituju.

Hanya ada satu pengelola resort di Raja Ampat, yaitu Papua Diving Resort yang berlokasi di P. Kri di Selat Dampier, dimana mengelola dua resort yang terpisah di pulau tersebut yaitu Kri Eco Resort dan Sorido Bay Resort. Jika menuju resort tersebut, dari pelabuhan Sorong Anda akan dijemput oleh Papua Diving speed boat menuju P. Kri dengan waktu tempuh selama 1.5 - 2 jam. Resort tersebut khususnya menyediakan jasa penyelaman, namun bisa juga untuk bird watching, travelling ke pulau-pulau kecil atau sekedar menikmati eksotisnya pantai dan keheningannya. Mengenai Papua Diving Resort bisa dibuka di web: www.papua-diving.com. Disamping Papua Diving Resort, ada juga beberapa liveaboard atau kapal wisata yang beraktivitas di Raja Ampat dengan berangkat dari Sorong, Bali, Manado atau P. Komodo.

Perjalanan dari pelabuhan Sorong ke Raja Ampat seringkali diikuti oleh sekelompok lumba-lumba yang berenang di bawah speed boat, dan bukan tidak mungkin bahwa kalau beruntung Anda juga bisa menjumpai migrasi sekolompok paus yang melewati kepulauan Raja Ampat.

Anda bisa berkunjung setiap saat ke raja ampat, hanya saja pada bulan july-desember umumnya sering hujan dan seringkali terjadi ombak badai, khususnya jika pergi ke P. Misool di selatan atau ke bagian utara P. Waigeo karena perairannya lebih terbuka.

Masyarakat Masyarakat Kepulauan Raja Ampat umumnya nelayan tradisional yang berdiam di kampung-kampung kecil yang letaknya berjauhan dan berbeda pulau. Mereka adalah masyarakat yang ramah menerima tamu dari luar, apalagi kalau kita membawa oleh-oleh buat mereka berupa pinang ataupun permen. Barang ini menjadi semacam ‘pipa perdamaian indian’ di Raja Ampat. Acara mengobrol dengan makan pinang disebut juga “Para-para Pinang” seringkali bergiliran satu sama lain saling melempar mob, istilah di Papua untuk cerita-cerita lucu.

Mereka adalah pemeluk Islam dan Kristen dan seringkali di dalam satu kaluarga atau marga terdapat dua agama tersebut. Hal ini menjadikan masyarakat Raja Ampat tetap rukun walaupun berbeda keyakinan.

Usaha-usaha konservasi Kekayaan keanekaragaman hayati di Raja Ampat telah membuat dirinya memiliki tingkat ancaman yang tinggi pula. Hal itu bisa dilihat dari kerusakan terumbu karang dan hutan. Kerusakan terumbu karang umumnya adalah karena aktifitas penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan seperti bom, sianida dan akar bore (cairan dari olahan akar sejenis pohon untuk meracun ikan). Untuk menanggulangi ancaman-ancaman yang ada, usaha-usaha konservasi sangat diperlukan di daerah ini. Ada dua lembaga internasional yang konsen terhadap kelestarian sumber daya alam Raja Ampat, yaitu CI (Conservation International) dan TNC (The Nature Conservancy). Dua lembaga tersebut berkoordinasi dengan stakeholder setempat untuk saling bahu membahu melakukan kegiatan konservasi di Raja Ampat, untuk melindungi potensinya, merencanakan pengelolaan yang berkelanjutan, dan pada akhirnya untuk kemakmuran masyarakat Raja Ampat sendiri secara berkelanjutan. Dari inisiatif tersebut salah satunya adalah adanya “Deklarasi Tomolol”, sebuah deklarasi bersama dari masyarakat Raja Ampat untuk melindungi potensi sumber daya alam dan dibentuknya Forum Bersama Membangun Raja Ampat, sebuah forum di mana semua komponen masyarakat ikut andil dalam usaha-usaha pelestarian alam Raja Ampat.

Dengan usaha-usaha konservasi, promosi wisata dan pengelolaan kawasan yang optimal dan bijaksana, bukan tidak mungkin bahwa Raja Ampat nantinya menjadi sebuah kawasan wisata baru yang menyajikan keindahan alam luar biasa khususnya terumbu karang dan didukung oleh fasilitas yang profesional. Dengan potensi alamnya yang luar biasa tersebut memungkinkan Raja Ampat – The Heart of the World Coral Triangle- menjadikannya sebagai situs warisan dunia (the world heritage).

Dipetik dari berbagai sumber oleh: M. Erdi Lazuardi Research Station Coordinator Conservation International – Indonesia, Raja Ampat Program