Perusahaan militer swasta

Kontraktor Militer Swasta atau dalam dunia internasional lazim dikatakan sebagai PMC (Private Military Contractors) bisa dikatakan sebagai perusahaan yang menyediakan logistik, personel dan keperluan lainnya bagi militer sebuah negara secara resmi. Bisa dikatakan memiliki garis abu-abu dengan kontraktor hankam meskipun kontraktor hankam biasanya perupa pabrikan atau industri. PMC merupakan lembaga sipil yang diberi wewenang kerjasama dengan unit-unit militer di dalam negerinya atau bahkan negara lain yang disetujui oleh departemen pertahanan.

Tumbuh suburnya Industri seperti ini biasanya dilatar belakangi oleh banyaknya pensiunan militer atau bahkan pengurangan personel militer aktif dari negara-negara yang bersangkutan sehingga untuk menghadapi gejolak gejolak sosial yang timbul dari pengangguran kaum militer, serta adanya konflik-konflik di berbagai negara atau bahkan kepentingan negara tertentu terhadap negara yang mengalami konflik seperti pertambangan, masalah perdagangan obat bius dan lain-lain bahkan mengarah pada praktek tentara bayaran (mercenaries).

Umumnya order yang dilakukan oleh PMC secara resmi adalah pelatihan militer dan pelatihan unit khusus seperti unit khusus anti teroris misalnya. Pengawalan bersenjata untuk VIP/VVIP. Pengadaan dan peminjaman peralatan militer. Survei wilayah. Pengamanan fasilitas penting bahkan operasi pengejaran/pencarian. Namun terkadang juga menjurus hal hal yang berbau subversif di negara lain bahkan memelihara dan mecptakan konflik termasuk menggulingkan dan menaikkan kekuasaan suatu rezim yang merupakan praktek praktek non legal alias tak resmi. Sejumlah sipil bersenjata sering terlihat berkeliaran di medan medan konflik di Kongo, Komoro, nigeria, bekas Yugoslavia dan Serbia misalnya. Aksi aksi inilah yang melahirkan istilah yang dikenal dalam dunia militer the dogs of war alias tentara bayaran (mercenaries) Di Irak misalnya bahkan sampai terlibat dalam proses interogasi para tawanan perang.

Keberadaan PMC selalu diikutkan dalam operasi operasi Militer. Ketika Amerika Serikat mengadakan operasi Desert Storm dalam Perang Teluk I. Perbandingan antara kontraktor dengan personel di lapangan adalah 1:100. namun di Bosnia Herzegovina bahkan dikatakan lebih gila lagi yakni 1:1 atau setara dengan tentara reguler.

Bisnis ini di Amerikat Serikat saja bisa meraup trilyunan dolar dan biasanya berkutat dengan markas besar angkatan bersenjata bahkan politisi baik negara negara adikuasa maupun negara negara lain.

Umumnya bisnis ini tumbuh subur di Amerika Serikat, namun demikian bukan hanya negara lain tidak memilikinya. Tercatat Inggris dan Afrika Selatan juga memiliki PMC yang tangguh. Jika Inggris memiliki Sandline International , Afrika Selatan memili Executive Outcome. Kedua PMC inilah yang dikabarkan membantu Kopassus Indonesia dalam operasi pembebasan sandera di Irian Jaya tahun 1996.

Dilindungi Geneva

Keberadaan PMC dilindungi oleh undang-undang. Secara jelas Konvensi Geneva 1949 mengatakan bahwa mereka tidak bisa dijadikan target serangan militer. Konvensi ini juga memuat bahwa PMC tidak boleh dilibatkan dalam operasi militer walau hanya sebagai pendukung.

Ketidakbolehan PMC dijadikan target militer sangat beralasan. Pertama karena mereka memang kalangan sipil yang diberi otoritas dan tugas khusus. Dan kedua, dari segi contractor sesungguhnya sangat rentan terhadap serangan. Mereka hanya bermodalkan senapan laras panjang (seperti M4 atau M16 atau HK-MP5) dalam pengawalan VIP. Dari segi perlindungan pun tidak selengkap tentara. Sering terlihat anggota PMC hanya menggunakan topi baseball.

Walaupun secara teori mereka dilarang dilibatkan dalam operasi operasi militer, pada kenyataannya PMC banyak dilibatkan secara sengaja dalam operasi militer atau bahkan target operasi militer. Agak sulit diungkap apakah hal demikian direstui sejak awal atau ada perjanjian kontrak baru dilapangan.

Pro Kontra

Karena keterlibatan PMC (juga marcenary atau tentara bayaran) di sejumlah negara menimbulkan pro-kontra, membuat agak repot untuk mengungkap kebenaran aktivitas mereka dalam sebuah order. Akftifitas mereka di negara-negara nerkembang biasanya disimpan dengan rapi dan segala bukti diminamilisir. Walau jelas-jelas keberadaan mereka seering atas permintaan negara bersangkutan. Lagipula di Amerika Serikat yang mempunyai banyak kontraktor PMC, keterlibatan mereka diikat dalam sejumlah aturan legal. Terutama jika mereka bertugas di luar negeri. Kekebalan hukum juga diberikan bila diperlukan. Seperti kasus Irak misalnya.

Disejumlah negara, keterlibatan PMC bbiasanya diikuti oleh sorotan negatif media massa. Seperti dialami Sandline, CACI atau Titan Corporation. Sering pula berakhir di meja persidangan . Karena tidak kuat menahan sorotan publik dan takut ancaman pengadilan, sejumlah PMC dibubarkan atau dibeli PMC lain. Seperti pada 17 Juni 2004, David Passaro , contractors yang bekerja untuk CIA melakukan penyiksaan di Afganistan dan dikenakan tuduhan menyerang dengan senjata berbahaya di markas Angkatan Darat Amerika Serikat di Asadabad, Afghanistan.

Lihat juga

Sumber

  • Edisi Koleksi Angkasa, "Dirty War", Gramedia, Jakarta, 2005