Puri Agung Tabanan

bangunan kuil di Indonesia

'Puri Agung Tabanan adalah sebutan untuk Puri (Rumah) Raja Tabanan, yang merupakan salah satu Puri di Bali Indonesia.

Di Bali rumah jabatan tempat tinggal raja disebut Puri Agung, Keberadaan Puri Agung Tabanan, adalah berkaitan dengan Arya Kenceng, yang ikut bersama Gajah Mada ke Bali sebagai utusan Kerajaan Majapahit untuk menaklukan Kerajaan Bedulu Bali tahun 1343. Setelah dapat menaklukan maka diangkat Dalem Sri Kresna Kepakisan sebagai Raja Bali, Kerajaannya di Samprangan. Beliau memberikan kekuasaan kepada Arya Kenceng untuk memerintah Tabanan, Kerajaan/Puri Agung nya terletak di Pucangan/Buahan (Tabanan).

  • Arya Kenceng adalah Raja Tabanan I, yang Kerajaannya berada di Pucangan/Buahan mempunyai putra :
    • 1. Dewa Raka /Sri Megada Perabhu
    • 2. Dewa Made /Sri Megada Natha
    • 3. Kiayi Tegeh Kori
    • 4. Nyai Tegeh Kori. Yang selanjutnya
  • Sri Megada Natha, Raja Tabanan II, berputra :
    • 1. Sirarya Ngurah Langwang
    • 2. Ki Gusti Made Utara ( Madyatara )
    • 3. Ki Gusti Nyoman Pascima
    • 4. Ki Gusti Wetaning Pangkung
    • 5. Ki Gusti Nengah Samping Boni
    • 6. Ki Gusti Batan Ancak
    • 7. Ki Gusti Ketut Lebah
    • 8. Kiyai Ketut Pucangan/Sirarya Ketut Notor Wandira. Yang selanjutnya
  • Sirarya Ngurah Langwang, Raja Tabanan III. Beliau menggantikan Ayahnya Sri Megada Natha menjadi raja, yang kemudian mendapat perintah dari Dalem Raja Bali agar memindahkan Kerajaannya/Purinya di Pucangan ke daerah selatan, hal ini kemungkinan disebabkan secara geografis dan demografis sulit dicapai oleh Dalem dari Gegel dalam kegiatan inspeksi. Akhirnya Arya Ngurah Langwang mendapat pewisik, dimana ada asap (tabunan) mengepul agar disanalah membangun puri. Setelah melakukan pengamatan dari Kebon Tingguh, terlihat di daerah selatan asap mengepul ke atas, kemudian beliau menuju ke tempat asap mengepul tersebut, ternyata keluar dari sebuah sumur yang terletak di dalam area Pedukuhan yaitu Dukuh Sakti(di Pura Pusar Tasik Tabanan sekarang). Akhirnya ditetapkan disitulah beliau membangun Puri, setelah selesai, dipindahlah secara resmi Puri Agung/Kerajaannya beserta Batur Kawitannya dari Pucangan ke Tabanan(Sekitar Abad 14). Oleh karena asap terus mengepul dari sumur seperti tabunan sehingga puri beliau diberi nama Puri Agung Tabunan, yang kemudian pengucapannya berubah menjadi Puri Agung Tabanan, sedangkan Kerajaannya disebut Puri Singasana dan Raja bergelar Sang Nateng Singasana.

Letaknya

  • Batas Utara : Rurung/Jalan, Pasar(di area pohon beringin sekarang)dan Dangin Peken
  • Batas Timur : Jalan sebelah barat Pura Sakenan dan Jero Oka(Pasar Tabanan sekarang)
  • Batas Selatan : Jalan Gajah Mada
  • Batas Barat : Jero Subamia, Pekandelan Puri Gede/Agung dan Jero Meregan.

Selanjutnya Puri Agung Tabanan ditempati oleh Raja-Raja Tabanan berikutnya, yang juga menurunkan Pratisentana/Keturunan Arya Kenceng di berbagai Jero/Puri yang ada di Tabanan.

Raja Tabanan ke :

  • IV....Sirarya Ngurah Tabanan/Prabu Winalwan/Betara Mekules.
  • V.....Ki Gusti Wayahan Pemadekan
  • VI....Ki Gusti Made Pemadekan
  • VII...Sirarya Ngurah Tabanan/Prabu Winalwan/Betara Mekules. (Pelinggih/Tempat memuja dan mengaturkan sembah bakti kepada Beliau ada di Pura Batur Wanasari Tabanan. Petoyan/Odalan pada dina Anggara/Selasa Kliwon Dukut)
  • VIII..Sirarya Ngurah Tabanan/Betara Nisweng Penida
  • IX....Ki Gusti Nengah Malkangin dan Ki Gusti Made Dalang
  • X.....Ki Gusti Bola
  • XI....Ki Gusti Alit Dawuh/Sri Megada Sakti
  • XII...Putra Sulung Sri Megada Sakti/Ratu Lepas Pemade
  • XIII..Ki Gusti Ngurah Sekar/Cokorda Sekar
  • XIV...Ki Gusti Ngurah Gede/Cokorda Gede Ratu
  • XV....Ki Gusti Ngurah Made Rai/Cokorda Made Rai
  • XVI...Kiyayi Buruan
  • XVII..Ki Gusti Ngurah Rai/Cokorda Rai. Berpuri di Penebel Tabanan
  • XVIII.Ki Gusti Ngurah Ubung
  • XIX...Ki Gusti Ngurah Agung/Ratu Singasana
  • XX....Sirarya Ngurah Tabanan/Ida Betara Ngeluhur
  • XXI...Ki Gusti Ngurah Rai Perang/Cokorda Rai Perang dari 1903 s/d 1906

Pada 27 September 1906, jaman penjajahan Belanda, Kerajaan Tabanan dikuasai oleh Belanda, Raja Tabanan saat itu, Cokorda Ngurah Rai Perang beserta Putra dan Saudara-Saudaranya ditawan oleh Belanda di Puri Denpasar. Tanggal 28 September Puri Agung Singasana, Puri Mecutan Tabanan, Puri Dangin Tabanan, Puri Denpasar Tabanan dan beberapa yang lainnya dihancurkan oleh Belanda. Raja Tabanan Cokorda Ngurah Rai Perang dan seorang Putra Beliau (I Gusti Ngurah Gede Pegeg) dengan keberaniannya melakukan puputan(bunuh diri) di Puri Denpasar, karena tidak mau tunduk atau menjadi tawanan Belanda. Tanggal 29 September 1906 putra dan saudara-saudaranya di Puri Dangin Tabanan, Puri Pemecutan Tabanan dan Puri Denpasar Tabanan diselong/diasingkan ke Sasak Lombok.

Setelah beberapa tahun diselong di Lombok, masih dalam masa penjajahan Belanda, putra dan saudaranya Alm. "Cokorda Ngurah Rai Perang" lagi dikembalikan ke Tabanan.

Dalam rangka memilih Kepala Pemerintahaan di Tabanan, Belanda juga mencari dan menerima saran-saran dari beberapa Puri/Jero yang sebelumnya ada dalam struktur kerajaan, tentang bagaimana tatacara memilih seorang raja di Tabanan sebelumnya. Setelah mempertimbangkannya, pada tanggal 8 Juli 1929, diputuskan sebagai Kepala/Bestuurder Pemerintahan Tabanan adalah I Gusti Ngurah Ketut putra I Gusti Ngurah Putu (putra Sirarya Ngurah Agung Tabanan, Raja Tabanan ke XX) dari Puri Mecutan, dengan gelar Cokorda. Selanjutnya Beliau membangun puri di bekas area Puri Agung Tabanan yang telah dihancurkan Belanda. Karena adanya keterbatasan saat itu, luas area yang digunakan tidak seluas area yang semula.

Pada tanggal 1 Juli 1938 Tabanan menjadi Daerah Swapraja, Kepala Daerah Swapraja tetap dijabat oleh I Gusti Ngurah Ketut ( dari Puri Mecutan Tabanan ), kemudian Beliau dilantik/disumpah di Pura Besakih pada Hari Raya Galungan tanggal 29 Juli 1938 dan Mabiseka Ratu bergelar Cokorda Ngurah Ketut, dilihat dari urutan Raja Tabanan, beliau adalah Raja Tabanan ke XXII 1938 s/d 1947.

Cokorda Ngurah Ketut berada di Puri Agung Tabanan bersama saudara-saudaranya : I Gusti Ngurah Wayan, I Gusti Ngurah Made, Sagung Nyoman, Sagung Rai dan Sagung Ketut. Pada jaman kerajaan, hanya raja dan putera mahkota saja yang menempati Puri Agung Tabanan, sedangkan putra-putra lainnya, oleh raja dibuatkan Puri/Jero baru beserta kelengkapannya. Seiring dengan terjadi perubahan jaman dan pemerintahan, di Puri Agung Tabanan hal tersebut tidak berkelanjutan, dimana tidak dibangun lagi Puri Pemecutan Tabanan dan Puri-Puri baru. Sekarang yang berada di Puri Agung Tabanan adalah kelanjutan keturunan Cokorda Ngurah Ketut dan Saudaranya, yang merupakan putera I Gusti Ngurah Putu ( Putera Sirarya Ngurah Agung Tabanan, Raja Tabanan ke XX ) yang berasal dari Puri Pemecutan Tabanan.

Selanjutnya I Gusti Ngurah Gede, Putera Cokorda Ngurah Ketut menjadi Cokorda Tabanan, bergelar Cokorda Ngurah Gede Raja Tabanan XXIII Maret 1947 s/d 1986 dan menjabat Bupati Tabanan Pertama tahun 1950, tempat tinggal Beliau disebut, Puri Gede / Puri Agung Tabanan.

Pada tanggal 21 Maret 2008, I Gusti Ngurah Rupawan putera Cokorda Ngurah Gede Mabiseka Ratu, bergelar Ida Cokorda Anglurah Tabanan merupakan urutan Raja Tabanan ke XXIV, purinya disebut Puri Agung Tabanan.'


Sumber

  • Dari Lontar-Lontar Kuno, Babad Arya Tabanan, artikel-artikel yang dimiliki oleh Keluarga Besar Puri Agung Tabanan, dan buku ' Riwajat Pulau Bali Dari Djaman Ke Jaman" oleh I Made Subaga.

Pranala luar