Anak Agung Pandji Tisna
Anak Agung Pandji Tisna (11 Februari 1908 – 2 Juni 1978), yang dikenal pula dengan nama Anak Agung Nyoman Pandji Tisna atau I Gusti Nyoman Pandji Tisna, adalah raja ke-11 dan terakhir Buleleng, Singaraja, Bali Utara. Ia mewarisi takhtanya dari ayahnya, Anak Agung Putu Djelantik, pada 1944.
Dalam kedudukannya sebagai raja, pada 1946 ia menjadi Ketua Dewan Raja-raja se-Bali (Paruman Agung) dan menjadi pemimpin Bali pada saat itu yang setara dengan jabatan gubernur. Anak Agung Pandji Tisna juga unik karena beragama Kristen, di tengah masyarakat Bali yang umumnya beragama Hindu.
Pendidikan, menjadi sastrawan
Anak Agung Pandji Tisna mendapatkan pendidikan formalnya di HLS di Singaraja dan kemudian MULO di Batavia.
Oleh masyarakat luas, Anak Agung Pandji Tisna lebih dikenal sebagai pengarang novel. Roman-romannya diterbitkan oleh Balai Pustaka, yang semuanya mengambil tempat di Bali, terutama di daerah Singaraja, tempat kelahirannya. Cerita-cerita pendeknya banyak dimuat dalam majalah "Terang Boelan" yang terbit di Surabaya. Ia juga sempat menulis sejumlah puisi, di antaranya "Ni Poetri", yang diterbitkan oleh Sutan Takdir Alisyahbana dalam majalah "Poedjangga Baroe" di Jakarta.
Perintis pariwisata
Pandji Tisna juga terkenal karena ia merupakan tokoh perintis pariwisata Bali, khususnya di daerah pantai utara. Pada tahun 1953 Pandji Tisna memilih lokasi Desa Tukad Cebol (kini Desa Kaliasem) sebagai tempat peristirahatannya. Di situ ia menulis dan menerima tamu-tamunya dari dalam maupun luar negeri. Tempat peristirahannya itu dinamainya Lovina, yang berasal dari kata "Love Indonesia". Setelah itu, Pandji Tisna mendirikan tempat-tempat penginapan di pantai barat Buleleng tersebut, dan seluruh daerah itu kemudian dikenal sebagai pantai Lovina. Karena itu Pandji Tisna juga diakui sebagai "Bapak Pariwisata Bali". Pada tahun 2003, Pemerintah Daerah Bali menganugerahi kepadanya secara anumerta penghargaan "Karya Karana" sebagai pengakuan atas jasa-jasanya dalam pengembangan pariwisata Bali.
Keluarga
Anak Agung Pandji Tisna dilahirkan dari AA Putu Djelantik dengan istriniya Jero Mekele Rengga. Ia sendiri mempunyai empat orang istri, yaitu Anak Agung Istri Manik, Ni Ketut Mayas (Jero Mekele Seroja), Luh Sayang (Mekele Sadpada), dan Jro Mekele Resmi.
Menjadi Kristen
Pandji Tisna memeluk agama Kristen pada masa penjajahan Jepang. Suatu hari istrinya, Mekele Seroja, menjemur sehelai bendera Belanda. Hal ini menimbulkan kecurigaan polisi Jepang yang sedang berpatroli bahwa Pandji Tisna adalah seorang antek Belanda. Ditambah lagi di kamar Pandji Tisna ditemukan sebuah kitab Injil berbahasa Belanda, yang merupakan pemberian adiknya, Djelantik.
Pandji Tisna ditangkap dan ditahan di Singaraja. Namun berkat bantuan Miora, seorang spion beragama Kristen, akhirnya Pandji Tisna diselamatkan. Sejak itu ia berjanji untuk mempelajari Alkitab dan menjadi seorang Kristen. Pada tahun itu pula datang seorang pendeta Kristen yang bernama A.F. Ambesa ke puri Buleleng. Setahun kemudian Pandji Tisna dibaptiskan sebagai orang Kristen.
Karya tulis
- I Made Widiadi (Kembali Kepada Tuhan) (1955)
- I Swasta Setahun di Bedahulu (1938)
- Sukreni Gadis Bali (1936) (pertama-tama terbit dalam bahasa Bali, kini sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa lain)
- "Bali Taruniyan Dedenekuge Kathawa", edisi bahasa Sinhala terj. Dr. P. G. Punchihewa
- "The Rape of Sukreni", edisi bahasa Inggris, terj. George Quinn
- Ni Rawit Ceti Penjual Orang (1935)
- "Panglajar djadi tjoelik", (1940) terjemahan bahasa Sunda oleh Soerjana
Buku tentang Anak Agung Pandji Tisna
- The Last King of Singaraja, Bali, oleh Prof. I Gusti Ngurah Gorda
- Warna lokal Bali dalam novel Sukreni gadis Bali karya Anak Agung Pandji Tisna oleh Made Pasek Parwatha