Han Awal

Arsitek Terkenal di Indonesia
Revisi sejak 27 Maret 2010 15.30 oleh OrophinBot (bicara | kontrib) (clean up, added orphan tag using AWB)



Han Awal (lahir 16 September 1930) adalah seorang arsitek Indonesia. Prestasinya dalam merancang bangunan membuahkan penghargaan Internasional Award of Excellence UNESCO Asia Pasific Heritage untuk bangunan Gedung Museum Arsip Nasional. Karya-karya lainnya yang menonjol di Indonesia adalah Kampus Universitas Katolik Atma Jaya di Semanggi dan gedung sekolah Pangudi Luhur di Kebayoran Baru, Jakarta. Han Awal juga terlibat dalam pembangunan Gedung Conefo (Conference of New Emerging Forces) 1964-1972. Gedung yang terletak di Senayan ini kemudian dikenal sebagai Gedung DPR/MPR.

Pendidikan


Han Awal menyelesaikan pendidikan dasarnya di Malang. Setelah lulus SMA tahun 1950, Han sebetulnya ingin belajar arsitektur di Institut Teknologi Bandung. Namun, waktu itu ITB belum memiliki jurusan arsitektur. Terpengaruh brosur program pendidikan ahli bangunan di Technische Hoogeschool di Delft, Belanda, ia melanjutkan studi di sekolah itu dengan beasiswa dari Keuskupan Malang. Di tempat ini, ia berkenalan dengan mahasiswa asal Indonesia, seperti Bianpoen, Soewondo, Pamoentjak, dan Soejoedi.

Namun,akibat ketegangan Indonesia-Belanda akibat sengketa Papua pada tahun 1956, Han terpaksa pindah ke Jerman dan melanjutkan kuliah arsitektur di Technische Universitat, Berlin Barat, dan lulus tahun 1960. "Di Belanda, saya banyak belajar arsitektur dari segi teknis. Mungkin karena negerinya kecil, para arsitek Belanda sangat mementingkan presisi. Perbedaan ukuran sesentimeter saja bisa dipersoalkan. Baru di Jerman saya mendapat pengetahuan tentang konsep-konsep besar arsitektur," ceritanya.

Karier


Han Awal pulang ke tanah air dan mendirikan biro konsultan sendiri yang bernama PT Han Awal & Partners Architect. Di samping berkarya dalam bidang arsitektur, Han Awal juga sangat perhatian terhadap dunia pendiikan perancangan di Indonesia. Tercatat, ia mengabdikan ilmu yang dimilikinya sebagai Pembantu Rektor/Dosen Akademi Pertamanan DKI Jakarta, 1969-1971, Dosen Tak Tetap FTUI Jurusan Arsitektur, 1965-2000 - Dosen Pembina FT Unika Soegiyapranata, Semarang, 1990-2003, Dosen Pembina FT Universitas Merdeka, Malang, 1997-2004, dan Dosen Tak Tetap Program Pascasarjana FT UI, 2003. Selain itu, ia juga aktif mendorong berdirinya Ikatan Arsitek Indonesia, ikut mendirikan Pusat Dokumentasi Arsitektur dan memfasilitasi berdirinya ajang diskusi Arsitek Muda Indonesia.

Mendalami Konservasi


Han belakangan lebih dikenal sebagai arsitek konservatoris yang menggeluti pemugaran bangunan-bangunan tua. Pada tahun 1988 ia terlibat proyek pemugaran Katedral Jakarta yang sudah mengalami kerusakan berat di berbagai bagian. Ia mengusulkan mengganti atap sirap gereja Katolik yang hampir berusia seabad itu dengan pelat tembaga yang tahan lama. Karya Han yang monumental di bidang pemugaran adalah Gedung Arsip Nasional, Jalan Gajah Mada 111, Jakarta. Bersama arsitek Belanda, Cor Passchier dan Budi Lim, arsitek lulusan Inggris, ia terlibat pemugaran besar-besaran atas gedung yang dibangun pejabat VOC, Renier de Klerk, akhir abad ke-18 itu. Pemugaran dibiayai oleh berbagai pihak swasta di Belanda, sebagai hadiah ulang tahun emas Proklamasi Kemerdekaan RI, tahun 1995. "Bangunan tua harus diberi aura baru, sesuai dengan tuntutan zaman. Lampu harus dibuat lebih terang dari dulu, juga pengatur udara," kata Han yang sangat memperhatikan detail.

Catatan Kaki


Daftar Pustaka


  • 1. Arsitek Dua Zaman, Majalah Indonesia Design, September 2005
  • 2. Indonesia Architecture Magazine, Maret 2008, Upclose & Personal.