Kota Mataram
Kota Mataram adalah ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Kota Mataram terdiri dari 6 (Enam) Kecamatan yaitu Kecamatan Ampenan, Cakranegara, Mataram, Pejanggik, Selaparang, Sekarbela, dengan 50 kelurahan dan 297 Lingkungan. Kota Mataram terletak pada 08° 33’ - 08° 38’ Lintang selatan dan 116° 04’ - 116° 10’ Bujur Timur. Selain ibukota propinsi, Mataram juga telah menjadi pusat pemerintahan, pendidikan, perdagangan, industri dan jasa, serta saat ini sedang dikembangkan untuk menjadi kota pariwisata.
Kota Mataram | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Koordinat: 8°35′S 116°07′E / 8.58°S 116.12°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Nusa Tenggara Barat |
Tanggal berdiri | 31 Agustus 1993 |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar |
Pemerintahan | |
• Bupati | H. Moh. Ruslan, SH |
Luas | |
• Total | 61,30 km² km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi) |
Populasi | |
• Total | 362,243 jiwa (2.008)[1] |
Demografi | |
• Agama | Islam, Kristen, Hindu, Katolik, Buddha |
• Bahasa | Bahasa Indonesia |
Zona waktu | UTC+08:00 (WITA) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0370 |
Kode Kemendagri | 52.71 |
Situs web | http://www.mataramkota.go.id/ |
Keberadaan berbagai fasilitas penunjang seperti fasilitas perhubungan seperti Bandara Internasional Selaparang sebagai pintu masuk Lombok melalui udara, pusat perbelanjaan, dan jalur transportasi yang menghubungkan antar kabupaten dan propinsi inilah yang menjadi pertimbangan dalam pengembangan Kota Mataram menjadi kota pariwisata.
Mataram sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Lombok Barat sebelum terjadi pemekaran wilayah. Kini, ibukota Kabupaten Lombok Barat dipindah ke Giri Menang Gerung.
Sejarah
Pada masa pulau Lombok diperintah oleh para raja-raja, Raja Mataram di tahun 1842 menaklukkan Kerajaan Pagesangan. Setahun kemudian tahun 1843 menaklukkan kerajaan Kahuripan. Kemudian ibukota Kerajaan dipidahkan ke Cakranegara dengan ukir Kawi nama Istana Raja.
Raja Mataram (Lombok) selain terkenal kaya raya juga adalah raja yang ahli tata ruang kota, melaksanakan sensus penduduk kerajaan dengan meminta semua penduduknya mengumpulkan jarum. Penduduk laki-laki dan perempuan akan diketahui lewat ikatan warna tali pada jarum-jarum yang diserahkan.
Setelah raja Mataram jatuh oleh pemerintah Hindia Belanda dengan yang menewaskan Jend. P.P.H. van Ham, yang monumennya ada di Karang Jangkong, Cakranegara mulai menerapkan sistem pemerintahan dwitunggal berada di bawah Afdeling Bali Lombok yang berpusat di Singaraja, Bali.
Pulau Lombok dalam pemerintahan dwitunggal terbagi menjadi 3 (tiga) onderafdeling, dari pihak Kolonial sebagai wakil disebut kontrolir dan dari wilayah disebut Kepala pemerintahan setempat (Kps) sampai ke tingkat Kedistrikan. Adapun ketiga wilayah administratif masih disebut West Lombok (Lombok Barat), Middle Lombok (Lombok Tengah), dan East Lombok (Lombok Timur) dipimpin oleh seorang kontrolir dan Kepala Pemerintahan Setempat (KPS).
Untuk wilayah West Lombok (Lombok Barat) membawahi 7 (tujuh) wilayah administratif yang meliputi :
- Kedistrikan Ampenan Barat di Dasan Agung
- Kedistrikan Ampenan Tmur di Narmada
- Kedistrikan Bayan di Bayan Belek
- Asisten Distrik Gondang di Gondang
- Kedistrikan Tanjung di Tanjung
- Kedistrikan Gerung di Gerung
- Kepunggawaan Cakranegara di Mayura
Administrasi
Batas Wilayah
Utara | Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat |
Timur | Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat |
Selatan | Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat |
Barat | Selat Lombok |
Kecamatan
- Cakranegara
- Mataram
- Selaparang
- Pejanggik
- Ampenan
- Sekarbela
Penduduk
Suku bangsa
Suku Sasak merupakan suku asli sekaligus suku bangsa mayoritas penghuni Kota Mataram. Mataram juga menjadi tempat tinggal berbagai suku bangsa di Indonesia, termasuk Suku Bali, Tionghoa, dan Arab. Kehidupan antarsuku di Mataram bisa dibilang cukup akur dalam suasana kekeluargaan. Hal ini merupakan dampak dari pecahnya Kerusuhan Lombok 17 Januari 2000 yang menyeret isu agama dan ras sebagai penyebab kerusuhan. Namun pasca kejadian yang banyak menelan kerugian ini, warga Mataram makin sadar akan arti pentingnya kehidupan saling menghargai.
Agama
Islam adalah agama mayoritas penduduk Mataram. Agama lain yang dianut adalah Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Walaupun Islam merupakan mayoritas di Mataram kerukunan umat beragama saling menghormati, menghargai dan saling menolong untuk sesamanya cukuplah besar niat masyarakat Mataram dalam menjalankan amal Ibadahnya. Hal ini sesuai dengan visi kota Mataram untuk Mewujudkan Kota Mataram Yang Ibadah, Maju dan Religius.
Bahasa
Masyarakat Mataram sebagian besar menguasai bahasa Sasak sebagai bahasa asli Pulau Lombok, namun dalam pergaulan sehari-hari di tempat resmi, bahasa Indonesia adalah bahasa yang paling banyak digunakan. Bila di rumah atau tempat rekreasi, warga Mataram cenderung memakai bahasa Sasak, seperti misalnya: medaran yang artinya makan.
Objek wisata
Hotel
- Hotel Lombok Raya
- Hotel Grand Legi
- Hotel Nitour
- Hotel Chandra
- Hotel Handayani
- Dan lain-lain
Tempat Menarik
- Kuburan tionghoa Bintaro
- Taman Mayura
- Pura Meru
- Pura Segara
- Museum Nusa Tenggara Barat
- Loang Baloq
- Kota Lama Ampenan
Shopping
- Mataram mall
- Pusat Kerajinan Mutiara Pagesangan
- Ampenan Cerah Ceria
- Dan lain-lain
Referensi
- ^ http://ntb.bps.go.id/index.php/kependudukan/51-jumlah-penduduk-dan-rasio-jenis-kelamin-tahun-2008 Jumlah Penduduk Kota Mataram tahun 2008 menurut BPS NTB