Betlehem

kota di Palestina
Revisi sejak 1 April 2010 07.54 oleh Aristeas (bicara | kontrib) (Betlehem di bawah Kerajaan Ottoman: new and much better scan of the 1894 image)
Artikel ini tentang kota di Tepi Barat. Untuk artikel lain dengan nama ini lihat Bethlehem.

Betlehem atau Bethlehem (bahasa Arab بيت لحم Bayt Laḥm "rumah daging"; Ibrani Standar בית לחם "rumah roti", Bet léḥem / Bet láḥem; Ibrani Tiberias Bêṯ léḥem / Bêṯ lāḥem; bahasa Yunani: Βηθλεέμ; bahasa Latin: Bethleem) adalah sebuah kota Palestina di Tepi Barat dan merupakan sebuah pusat budaya Palestina dan industri pariwisata. Penduduknya berjumlah 29.019 jiwa (2005).[1]

Gereja Kelahiran, sebuah bangunan penting di Betlehem

Kota ini memiliki arti penting bagi umat Kristen karena dipercayai sebagai tempat kelahiran Yesus dari Nazaret. Kuburan Rahel yang penting dalam agama Yahudi terletak di pinggiran kota ini. Betlehem juga merupakan tempat bagi komunitas Kristen Palestina terbesar di Timur Tengah. Kota ini terletak sekitar 10 km di sebelah selatan Yerusalem, dengan ketinggian sekitar 765m (2.510 kaki) di atas permukaan laut. Kota raya Betlehem juga mencakup kota kecil Beit Jala dan Beit Sahour.

Gereja Kelahiran, dibangun oleh Konstantin Agung (330), berdiri di tengah Betlehem di atas sebuah gua yang dalam bahasa Inggris disebut Holy Crypt, dan yang menurut tradisi Kristen merupakan tempat Yesus dilahirkan. Ini merupakan gereja Kristen tertua di dunia. Dekat dengannya terletak sebuah gua lainnya di mana konon Hieronimus, bapak Latin, menghabiskan tiga puluh tahun hidupnya menterjemahkan Alkitab dari bahasa Yunani ke bahasa Latin (lihat Vulgata).

Di Betlehem terdapat Universitas Betlehem [1], sebuah lembaga pendidikan besar Katolik Roma yang didirikan di bawah arahan Vatikan.

Sejarah

Alkitab

Kota ini terletak di "daerah perbukitan" dari Yehuda, yang mulanya dinamai Efrata (Kejadian 35:16, 19; 48:7; Rut 4:11). Daerah ini juga dinamai Betlehem Efrata (Mikha 5:2), Betlehem-Yehuda (1 Samuel 17:12), dan "kota Daud" (Lukas 2:4). Kota ini pertama kali dicatat dalam Kitab Suci sebagai tempat di mana Rahel meninggal dan dikuburkan "di jalan", tepat di utara kota itu (Kejadian 48:7). Lembah di sebelah timur adalah tempat berlangsungnya kisah Rut orang Moab. Ini adalah ladang-ladang tempat ia memetik gandum, dan jalan yang ditempuhnya ketika ia dan Naomi kembali ke kota.

Kota Daud

Yang paling penting, Betlehem adalah tempat kelahiran Daud, raja kedua Israel. Kota ini pun merupakan tempat ia diurapi menjadi raja oleh Samuel (1 Samuel 16:4-13). Dari sumur Betlehem inilah tiga dari pahlawannya membawa air untuknya dengan mempertaruhkan nyawa mereka ketika Daud berada di gua Adulam (2 Samuel 23:13-17).

Tempat kelahiran Yesus

Kota ini adalah tempat kelahiran dari Dia "yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala" (Mikha 5:2). Di sinilah kelahiran Mesias dinantikan. Karena itu, Injil Lukas 2:4 dan Injil Matius 2:1 melaporkan bahwa Yesus, yang mereka beritakan sebagai sang Mesias, dilahirkan di Betlehem, meskipun ia dibesarkan di Nazaret. Matius melaporkan bahwa Herodes, setelah kelahiran Yesus, memerintahkan "menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah" (Matius 2:16, 18; Yeremia 31:15).

Masa Romawi dan Bizantium

 
Bagian dalam Gereja Kelahiran

Kota ini hancur pada masa pemberontakan Bar Kokhba (132-135 M) dan orang-orang Romawi membangun sebuah tempat suci untuk Adonis di tempat kelahiran Yesus. Baru pada tahun 326 gereja Kristen pertama dibangun, ketika Helena, ibunda kaisar Kristen pertama, Konstantin, mengunjungi Betlehem.

Pada masa pemberontakan Samaria pada 529, Betlehem dirampok, dan tembok-tembok kota serta Gereja Kelahiran dihancurkan, namun semuanya itu segera dibangun kembali berdasarkan perintah Kaisar Yustinianus. Pada 614, Persia menyerbu Palestina dan merebut Betlehem. Kisah yang diceritakan dalam sumber-sumber yang belakangan mengatakan bahwa mereka membatalkan rencana menghancurkan Gereja Kelahiran ketika mereka melihat gambar orang majus yang dilukiskan mengenakan pakaian Persia dalam salah satu mosaik di Gereja itu.

Pemerintahan Arab dan Perang Salib

Pada 637, tak lama setelah Yerusalem direbut tentara-tentara Muslim, Kalifah Umar ibn al-Khattab mengunjungi Betlehem dan berjanji bahwa Gereja Kelahiran akan dilestarikan untuk dipakai orang Kristen.

Pada 1099 Betlehem direbut oleh para Tentara Salib, yang membentenginya dan membangun sebuah biara yang baru di sebelah utara Gereja Kelahiran. Kota itu makmur di bawah pemerintahan mereka. Pada hari Natal tahun 1100 Baldwin I, raja Frankia pertama dari Kerajaan Yerusalem, dinobatkan di Betlehem, dan tahun itu, keuskupan Latin juga dibentuk di kota tersebut.

Pada 1187, Saladin merebut Betlehem dari tangan Tentara Salib, dan para rohaniwan Latin dipaksa pergi. Saladin menyetujui kembalinya dua imam dan dua diaken Latin pada 1192. Namun kota itu menderita karena hilangnya bisnis dari para peziarah. Betlehem untuk sementara waktu kembali ke tangan Tentara Salib melalui perjanjian antara 1229 dan 1244. Pada 1250, dengan berkuasanya Rukn al-Din Baibars, toleransi terhadap kekristenan menurun, para pendeta meninggalkan kota, dan pada 1263 tembok-tembok kota dihancurkan. Para agamawan Latin kembali ke kota itu selama abad berikutnya, membentuk biara yang berdampingan dengan Basilika, dan pada 1347 Ordo Fransiskan mendapatkan hak milik atas Gua Kelahiran serta hak untuk menyelenggarakan dan memelihara Basilika itu.

Betlehem di bawah Kerajaan Ottoman

 
Pemandangan Betlehem pada 1894 dengan para peziarah (gambar oleh Karl Oenike)

Di bawah kekuasaan Ottoman sejak 1517, kekuasaan atas Basilika diperebutkan sengit antara Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks.

Dari 1831 hingga 1841 Palestina berada di bawah pemerintahan Muhammad Ali dari Mesir. Pada masa ini, kota ini mengalami gempa bumi dan penghancuran wilayah Muslim oleh para pasukan, sebagai pembalasan atas sebuah pembunuhan. Pada 1841, Betlehem sekali lagi berada di bawah kekuasaan Ottoman, hingga akhir Perang Dunia I dan pemaksaan Mandat Inggris atas Palestina.

Abad ke-20

Dalam resolusi Sidang Umum PBB tahun 1947 untuk membagi Palestina, Betlehem dimasukkan dalam enklaf internasional khusus Yerusalem untuk dikuasai oleh PBB. Yordania menduduki kota itu pada Perang Arab-Israel 1948. Banyak pengungsi dari daerah-daerah yang direbut oleh pasukan-pasukan Zionis pada 1947 - 1948 datang ke Betlehem, membangun kemah-kemah di utara kota dekat jalan ke Yerusalem dan di perbukitan di selatan antara kota itu dan Kolam Salomo. Semua ini kemudian menjadi kemah-kemah resmi pengungsi dari Beit Jibrin (atau al-'Azza) dan 'A'ida (di utara) dan Deheisheh di selatan. Arus masuk pengungsi ini mengubah demografi Betlehem secara drastis.

Yordan mempertahankan kekuasaan atas kota itu hingga 1967, ketika Betlehem direbut oleh Israel bersama-sama dengan sisa bagian dari Tepi Barat.

Pada 21 Desember 1995, Betlehem menjadi salah satu wilayah di bawah kekuasaan penuh oleh Otoritas Palestina. Ia menjadi ibukota distrik Betlehem. Populasi Kristen bukan lagi mayoritas penduduk di situ, tetapi sebuah peraturan khusus mensyaratkan bahwa walikota dan mayoritas dewan kota harus Kristen.

Referensi

Pranala luar