Mandong, Trucuk, Klaten
Mandong adalah desa di kecamatan Trucuk, Klaten, Jawa Tengah, Indonesia.
Mandong | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Klaten | ||||
Kecamatan | Trucuk | ||||
Kode Kemendagri | 33.10.06.2016 | ||||
Luas | - | ||||
Jumlah penduduk | - | ||||
Kepadatan | - | ||||
|
Desa Mandong terbagi menjadi dua wilayah; Mandong Kidul dan Mandong Lor. Sebagian besar warga Mandong beragama Islam.
Kehidupan Ekonomi Sebagian besar warga Mandong hidup dari bidang pertanian. Namun diferensiasi kerja juga tampak dalam kegiatan ekonomi di Desa Mandong. Selain bertani, warga Desa Mandong juga berternak sapi, Kambing, ayam, bebek, dan ikan lele. Sebagian yang lain berprofesi sebagai pedagang. biasanya mereka menggelar dagangannya di Pasar Temuwangi dan Pasar Pedan. Sebagian lagi bekerja dalam bidang tekstil, terutama pemintalan benang dan produksi kain. hanya sebagian kecil menjadi Pegawai Negeri Sipil(terutama sebagai guru. Selebihnya sebagai pegawai swasta.
Kepercayaan Lokal Di Desa Mandong terdapat sebuah sendang (telaga). Menurut Erham Budi Wiranto, peneliti dari pascasarjana UGM yang pernah meneliti Sendang tersebut, terdapat kepercayaan masyarakat lokal bahwa Sendang Mandong dihuni oleh supranatural being yang disebut Kyai Gringsing, Kyai Remeng dan Kyai Kapulogo. Ketiga makhluk supranatural tersebut sering menampakkan diri sebagai bulus (penyu). Penghormatan masyarakat setempat terhadap ketiganya diwujudkan dalam bentuk upacara bersih sendang yang dilaksanakan setiap tahun. setelah diadakan bersih sendang, maka ritual dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Wayang yang digelar selalu mengambil lakon Bharatayuda Jayabinangun. Bahkan, dalang yang memainkannya juga harus Ki Noto Carito atau keturunannya, tidak boleh diganti dalang lain dan tidak boleh memainkan lakon lain. Pelanggaran terhadap pakem ini dikhawatirkan akan membuat kyai Gringsing, Remeng, dan Kapulogo marah menimpakan wabah penyakit. Penghormatan lain berupa permohonan berkat bagi mempelai. setiap acara pernikahan, kedua mempelai akan diarak ke Sendang untuk meminum air sendang agar segala cita-cita setelah menikah dapat tercapai. Media:Contoh.ogg
Perkembangan Religiustitas Masyarakat Kepercayaan lokal semakin menyusut seiring masuknya pengaruh Islam di desa Mandong. Umat Islam dari kalangan Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, LDII, dan Majelis Tafsir Al-Qur'an kini mulai dapat ditemui di Desa Mandong. Keragaman latar belakang organisasi agama ini sedikit banyak menimbulkan celah keretakan sosial meskipun tidak berujung konflik serius. Persengketaan yang pernah terjadi hanya berkisar pada dominasi pengaruh atas Masjid Al-Fajr yang berlokasi di Mandong Kidul. Masjid ini merupakan masjid pertama di Mandong Kidul dan didirikan pada tahun 1980an oleh beberapa pemuda pelopor Islam di Desa Mandong seperti Abadi, Sarjono, dan Suranto. Sengketa terjadi pada tahun 2006-2009 ketika sebagian pemuda mengambil alih secara halus peran takmir masjid yang biasanya dipegang golongan tua. Golongan tua menganut islam yang lebih toleran dan inklusif, sedangkan golongan muda memperjuangkan Islam yang lebih literalis. Permasalahan ini berakhir setelah kepengurusan masjid Al-Fajr dikembalikan kepada golongan tua.