Pembangunan sosial

Revisi sejak 9 April 2010 19.07 oleh Sentausa (bicara | kontrib) (masih perlu paragraf pembuka)

Sebagian besar masyarakat mengidentikkan pembangunan dengan kemajuan ekonomi. Akan tetapi, tahukah jka dewasa ini, tepatnya dimulai pada awal tahun 1980-an, muncul konsepsi baru tentang pembangunan. Kehadiran konsep baru tentang pembangunan ini sempat mengundang perdebatan. Namun seiring perjalanannya, konsep ini semakin diterima. Pola berbeda yang membuatnya berbeda adalah adanya upaya harmonisasi kebijakan sosial dengan pengukuran yang dirancang untuk memajukan pembangunan ekonomi.[butuh rujukan]

Definisi

Dalam bukunya, Social Development: The Developmental Perspective in Social Welfare, Midgley mendefinisikan pembangunan sosial sebagai suatu proses perubahan sosial terencana yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sebagai suatu keutuhan, mana pembangunan ini dilakukan untuk saling melengkapi dengan dinamika proses pembangunan ekonomi. Selain Midgley, pembangunan sosial juga didefinisikan oleh beberapa tokoh lain, di antaranya:

  • Menurut Palva (1977), pembangunan sosial adalah pembangunan kapasitas manusia untuk bekerja secara terus-menerus untuk kesejahteraan dirinya dan masyarakat.
  • Menurut Korten, pembangunan sosial adalah proses dinamis anggota masyarakat untuk meningkatkan kapasitas perseorangan dan institusi mereka, untuk memobilisasi dan mengelola sumber daya guna menghasilkan perbaikan yang berkelanjutan dan merata dalam kualitas hidup sesuai dengan aspirasi mereka sendiri.
  • Jacobs dan Cleveland mendefinisikan pembangunan sosial sebagai proses mengorganisir energi dan kegiatan manusia pada tingkat yang lebih tinggi guna mencapai hasil yang lebih baik.
  • Salima Omer (1979) mendefinisikan pembangunan sosial sebagai sebuah proses yang menaruh perhatian pada peningkatan pembangunan sosial dan ekonomi yang terintegrasi, seimbang, dan terpadu sebagai ekspresi bagi nilai martabat manusia, persamaan, dan keadilan sosial (Midgley, 1995:31).

Latar Belakang

Pembangunan sosial sebagai salah satu pendekatan dalam pembangunan, pada awal perkembangannya, seringkali dipertentangkan dengan pembangunan ekonomi. Hal ini terkait dengan pemahaman orang banyak yang menggunakan istilah pembangunan yang dikonotasikan sebagai perubahan ekonomi yang diakibatkan oleh industrialisasi (Midgley, 1995:2). Kemudian pada awal tahun 1980-an, konsep pembangunan sosial mulai populer dalam lingkup pekerjaan sosial (Midgley, 1995:30). Kemunculan konsep pembangunan sosial merupakan refleksi atas evaluasi terhadap jalannya pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi dinilai menyisakan distorsi, yakni berupa masalah sosial seperti kemiskinan. Era industrialisasi telah mendorong kemajuan kapitalisme yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi sehingga aspek-aspek sosial terabaikan. Meningkatnya tekanan masalah sosial pada tahun 1980-an menyadarkan akan pentingnya konsep pembangunan yang tidak hanya bertujuan meningkatkan kualitas hidup manusia dari aspek fisik , tetapi juga merespon masalah pembangunan terdistorsi. Oleh karena itu, konsep pembangunan sosial hadir untuk melengkapi proses pembangunan ekonomi. Di Indonesia sendiri, konsep pembangunan sosial sempat diadaptasi dalam program perbaikan kampung MHT III, Jakarta, sekitar tahun 1993 (Adi, 2008:50).

Tujuan

Kehadiran konsep pembangunan sosial tidak serta merta menghapus konsep pembangunan ekonomi. Keduanya bagai dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Pembangunan ekonomi kehilangan substansi tanpa pembangunan sosial dan pembangunan sosial tidak dapat terwujud tanpa pembangunan ekonomi. Tujuan dari pembangunan sosial menurut pandangan UN-ESCAPE pada dasarnya untuk meningkatkan taraf hidup manusia (Adi, 2008:66). Dengan kata lain, pembangunan sosial berupaya mengangkat manusia dari keterbelakangan menuju kesejahteraan. Manusia merupakan makhluk biopsikososial yang terdiri dari aspek biologis (tubuh), psikis (kejiwaan), dan lingkungan sosial. Oleh karena itu, pemenuhan aspek fisik saja tidak mencukupi kebutuhan manusia. Pembangunan ekonomi yang berjalan selama ini pada kenyataannya lebih terfokus pada pembangunan fisik seperti pertumbuhan GNP dan pembangunan gedung-gedung. Pembangunan terkait pemerataan hasilnya dan penjagaan lingkungan kurang diperhatikan sehingga proses pembangunan justru menciptakan jarak semakin lebar antara yang kaya dan miskin, serta mengancam keberlangungan lingkungan.

Karakteristik

Pembangunan sosial sebagai pendekatan dalam kesejahteraan sosial yang menawarkan respon efektif bagi permasalahan sosial memiliki delapan karakteristik (Midgley, 1995: 25 – 27) :

  1. Proses pembangunan sosial terkait dengan pembangunan ekonomi.
  2. Memiliki fokus yang interdisiplin, di mana ia menggambarkan sudut pandang dari beragam ilmu sosial.
  3. Menunjukkan sebagai proses.
  4. Proses perubahannya bergerak maju secara alami.
  5. Proses pembangunan sosial bersifat intervensionis.
  6. Memiliki strategi yang beragam.
  7. Menekankan pada populasi sebagai suatu kesatuan (cakupannya bersifat universal atau inklusif).
  8. Bertujuan mempromosikan atau mendukung terwujudnya kesejahteraan sosial.

Strategi

Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial, pembangunan sosial memiliki tiga strategi besar yaitu :

  1. Pembangunan sosial oleh individu Strategi ini sering pula disebut dengan pendekatan individualis atau perusahaan. Akar ideologinya adalah liberal atau individualis, di mana ideologi tersebut menekankan pada pentingnya kebebasan individu dalam memilih. Pendekatan individualis atau perusahaan memang saat ini tidak populer dalam pembangunan sosial. Hal ini disebabkan kebanyakan orang berpendapat bahwa pendekatan individualis tidak sesuai dengan komitmen pembangunan sosial untuk memperbaiki masyarakat melalui campur tangan dalam urusan ekonomi dan sosial. Akan tetapi, beberapa waktu ke depan pendekatan ini akan menjadi populer. Dalam hal ini, beberapa pekerja sosial telah mempromosikan pendekatan ini melalui peningkatan fungsi sosial individu dan relasi interpersonal (Midgley, 1995:103 – 104). Dalam strategi ini, individu-individu dalam masyarakat secara swadaya membentuk usaha pelayanan guna memberdayakan masyarakat.
  2. Pembangunan sosial oleh komunitas Strategi pembangunan sosial oleh komunitas disebut dengan pendekatan komunitarian. Pendekatan komunitarian sendiri dipengaruhi kuat oleh ideologi populis. Strategi ini percaya bahwa antara masyarakat dan komunitas memiliki kemampuan yang saling terkait untuk memastikan kebutuhan dasar mereka terpenuhi, masalah sosial mereka teratasi, dan kesempatan untuk maju tersedia. Untuk mencapai hal tersebut, masyarakat dan komunitas perlu saling bekerja sama melalui pengembangan komunitas lokalnya.
  3. Pembangunan sosial oleh pemerintah Strategi pembangunan sosial dikenal pula dengan pendekatan statis. Pendekatan statis didasari oleh ideologi kolektivis atau sosialis di mana ia menekankan pada pentingnya kolektivitas. Kumpulan ini dibangun dari asosiasi masyarakat yang memiliki sumber daya secara kolektif dan membagi wewenang untuk membuat keputusan. Melalui strategi tersebut, pembangunan sosial dilakukan oleh lembaga-lembaga atau organisasi dalam pemerintahan. Di samping adanya partisipasi individu dan masyarakat, pemerintah juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan apakah kebijakan pembangunan sosial diimplementasikan dan apakah kebijakan sosial dan ekonomi diselaraskan.

Referensi

  • Midgley,James.1995.Social Development:The Developmental Perspective in Social Welfare.London:Sage Publications Ltd.
  • Adi, Isbandi Rukminto.2008.Intervensi Komunitas:Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat.Jakarta:PT RajaGrafindo Persada.