Ilmu kesejahteraan sosial

Revisi sejak 18 April 2010 00.16 oleh 87afra (bicara | kontrib) (poo)

Ilmu kesejahteraan sosial merupakan pengetahuan sistematis yang membahas mengenai isu kesejahteraan dan upaya-upaya mencapai kesejahteraan. Ilmu kesejahteraan sosial mulai dikembangkan sejak pekerjaan sosial berkembang menjadi suatu disiplin melalui berdirinya Sekolah Pelatihan Filantropi Terapan di New York pada tahun 1898. Walau berkembang dari perluasan pembahasan pekerjaan sosial, ilmu kesejahteraan sosial tetap memiliki kekhasan yang membuatnya berbeda dari disiplin lain. Sebagai suatu disiplin, ilmu kesejahteraan sosial mencakup fokus, ruang lingkup, dan pendekatan.

Definisi

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu merupakan suatu bidang yg disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.Kesejahteraan sosial dapat didefinisikan dari beberapa dimensi, di antaranya kesejahteraan sosial sebagai kondisi, kesejahteaan sosial sebagai kegiatan, dan kesejahteraan sosial sebagai ilmu. Sebagai suatu kondisi, Midgley (1995:14)menyatakan bahwa kesejahteraan sosial merupakan kondisi kehidupan manusia yang tercipta ketika berbagai permasalahan sosial dapat dikelola dengan baik; kebutuhan manusia dapat terpenuhi; dan kesempatan sosial dapat dimaksimalkan. Berbeda dengan Friedlander (1980), ia mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai sistem yang terorganisasi dari berbagai institusi dan usaha-usaha kesejahteraan sosial yang dirancang guna membantu individu ataupun kelompok agar dapat mencapai standar hidup dan kesehatan yang lebih memuaskan. Selain itu, kesejahteraan sosial didefinisikan pula sebagai suatu disiplin ilmu, di mana ia merupakan ilmu terapan yang mengkaji dan mengembangkan kerangka pemikiran serta metodologi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat (Adi, 2005:17).

Sejarah

Kemunculan dan perkembangan ilmu kesejahteraan sosial tidak dapat dilepaskan dari disiplin pekerjaan sosial. Jauh sebelum abad ke-16, usaha-usaha kesejahteraan sosial dilakukan oleh kelompok keagamaan. Secara umum, usaha-usaha kesejahteraan yang dilakukan merupakan pelayanan sosial yang bersifat amal. Sebagaimana yang dituliskan Canda dan Furman dalam bukunya, Keberagaman Agama dalam Praktek Pekerjaan Sosial (Spiritual Diversity in Social Work Practice: The Heart of Helping), bahwa setiap agama (Budha, Hindu, Islam, Konghucu, Kristen, dan Yahudi) memiliki kepercayaan dan nilai dasar yang berimplikasi pada penerapan atau praktek kerja sosial. Akar sejarah dari bidang pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial seringkali dikaitkan pula dengan kondisi Eropa pada abad 13-18. Pada periode tersebut pemerintah Inggris mengeluarkan beberapa peraturan perundangan untuk menangani masalah kemiskinan (Adi, 2005:1-2). Undang-undang Kemiskinan yang dikeluarkan oleh Ratu Elizabeth (Elizabethan Poor Law) merupakan salah satu undang-undang yang paling terkenal saat itu. Undang-undang tersebut dianggap sebagai cikal bakal intervensi pemerintah terhadap kesejahteraan warga negaranya karena usaha kesejahteraan sosial sebelumnya lebih banyak dilakukan oleh kelompok keagamaan, seperti pihak gereja (Zastrow, 1996:15).

Usaha-usaha kesejahteraan sosial pada dasarnya berasal dari nilai-nilai humanitarianisme, di mana kondisi kemiskinan yang terjadi di tengah masyarakat adalah sesuatu yang tidak seharusnya terjadi. Kemudian muncul kelompok-kelompok (relawan) yang mengupayakan pengembangan usaha kesejahteraan sosial untuk memperbaiki kondisi tersebut. Usaha kesejahteraan sosial yang dilakukan oleh relawan yang didasari semangat filantropis selanjutnya berkembang menjadi lebih terarah dan terorganisir. Karena itu, baik di Inggris maupun Amerika, sejarah pekerjaan sosial sangat terkait dengan para relawan dan organisasi para relawan. Organisasi para relawan inilah yang kemudian mendorong terciptanya beragam usaha kesejahteraan sosial. Pada tahun 1896, organisasi relawan bernama COS (Charity Organization Society) didirikan di London, Inggris. Organisasi relawan tersebut dikembangkan untuk menggalang dan mengkoordinasikan bantuan dana dan material dari berbagai gereja serta kurang lebih 100 lembaga amal. Perkembangan organisasi relawan di Inggris berpengaruh pula terhadap perkembangan organisasi relawan di Amerika. Pada tahun 1877, COS kemudian di kembangkan di Buffalo, New York. Dalam jangka waktu 10 tahun kemudian, terbentuk 25 organisasi sosial di Amerika Serikat(Adi, 2005:5-8).

Berkembangnya berbagai COS di Amerika membuat para relawan aktif yang terlibat di dalamnya merasa perlu suatu pemahaman yang lebih mendalam tentang materi yang berhubungan dengan perilaku individu ,serta permasalahan sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, Mary Richmond berencana untuk mengembangkan Sekolah Pelatihan Filantropi Terapan. Lembaga ini menjadi cikal bakal kelas pekerjaan sosial di New York pada tahun 1898. Terjadinya perluasan pokok bahasan dalam sejarah perkembangan bidang pekerjaan sosial telah memunculkan suatu kajian Kesejahteraan Sosial yang lebih luas (Adi, 2005:8-9). Munculnya kajian kesejahteraan sosial ini kemudian mendorong terbentuknya disiplin baru bernama ilmu kesejahteraan sosial.

Fokus dan Ruang Lingkup

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumya, ilmu kesejahteraan sosial merupakan ilmu terapan yang mengkaji dan mengembangkan kerangka pemikiran serta metodologi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Oleh karena itu, ilmu kesejahteraan sosial mengembangkan metode-metode yang ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan sosial. Permasalahan sosial yang dimaksud di antaranya terdiri dari masalah kemiskinan, kesehatan, pengangguran, anak, wanita, dan lansia. Bila ilmu kedokteran menekankan pada diagnosis dan penyembuhan, disiplin ini menekankan pada ‘’assessment’’ dan intervensi sosial. Intervensi sosial merupakan metode perubahan sosial terencana yang bertujuan memfungsikan kembali fungsi sosial seseorang, kelompok, maupun masyarakat. Ilmu kesejahteraan sosial dalam kaitannya dengan intervensi sosial memiliki 3 ruang lingkup , yaitu mikro, mezzo, dan makro. Level mikro membahas intervensi sosial di tingkat individu, keluarga, dan kelompok kecil; level mezzo membahas intervensi sosial di tingkat komunitas; dan level makro membahas intervensi sosial di tingkat masyarakat yang lebih luas.

Pendekatan

Dalam mengupayakan kesejahteraan sosial, dikenal empat pendekatan yaitu:

Filantropi sosial

Filantropi sendiri berasal dari bahasa Yunani: philein, "cinta" dan anthropos, "manusia", adalah tindakan seseorang yang mencintai sesama (manusia) sehingga menyumbangkan waktu, uang, dan tenaganya untuk menolong orang lain. Pelaku dari filantropi disebut sebagai filantropis. Filantropi terkait erat dengan upaya-upaya kesejahteraan sosial yang dilakukan para agamawan dan relawan, yakni upaya yang bersifat amal (charity). Filantropi sosial bertujuan mempromosikan kesejahteraan sosial dengan mendorong penyediaan barang pribadi dan pelayanan kepada orang yang membutuhkan (Midgley, 1995:16). Ada beberapa karakteristik pendekatan filantropi sosial, di antaranya: Pertama, karena bersifat amal, pendekatan ini tidak memiliki kesinambungan. Artinya, tidak ada lagi interaksi dengan penerima bantuan ketika bantuan selesai diberikan. Kedua, upaya filantropi dilakukan karena adanya pandangan bahwa masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka. Dengan kata lain, filantropis menempatkan penerima bantuan sebagai pihak yang pasif sehingga dalam penyelenggaraannya tidak melibatkan partisipasi penerima. Ketiga, pendekatan filantropi sosial tidak memiliki metode atau tahapan khusus dalam pelaksanaannya. keempat, filantropi pada umumnya tergantung pada kemauan baik dari para donor dan kemauan pemerintah untuk menggunakan uang pembayar pajak untuk mendukung kegiatan-kegiatan amal.

Seiring dengan perkembangan filantropi, filantropi tidak lagi hanya berkaitan dengan penyediaan bantuan kepada yang membutuhkan. Selama abad ke-19, ketika kegiatan amal berkembang dengan cepat di Eropa dan Amerika utara, beberapa pemimpin filantropis berusaha membawa isu reformasi sosial dan peningkatan kondisi sosial. Para pemimpin, yang sering berhubungan baik dengan anggota kelas menengah atas, berusaha untuk menggunakan pengaruh mereka untuk menjaring dukungan dari para pemimpin politik dan bisnis. Mereka menggunakan koneksi yang mereka miliki untuk membujuk pemerintah agar memperkenalkan layanan sosial yang baru, membuat undang-undang yang mencegah eksploitasi dan diskriminasi, atau untuk tindakan perlindungan terhadap kelompok rentan (Midgley, 1995:18).

Pekerja sosial

Berbeda dengan pendekatan filantropi, pekerjaan sosial merupakan pendekatan yang terorganisir untuk mempromosikan kesejahteraan sosial dengan menggunakan tenaga profesional yang memenuhi syarat untuk menangani masalah sosial. Namun, tidak dipungkiri bahwa perkembangan pekerjaan sosial tidak lepas dari perkembangan filantropi. Sejak abad ke-19, pekerjaan sosial telah mengalami pengembangan profesional dan akademik yang cukup pesat dan telah menyebar di seluruh dunia (Midgley, 1995:19).`

Administrasi sosial

Pendekatan administrasi sosial berusaha mempromosikan kesejahteraan sosial dengan menciptakan program sosial pemerintah yang meningkatkan kesejahteraan warga negaranya melalui penyediaan berbagai pelayanan sosial (Midgley, 1995:21). Berbeda dengan dua pendekatan sebelumnya, pendekatan ini diselenggarakan langsung oleh pemerintah. Salah satu contoh yang paling terkenal adalah Undang-Undang tentang Kemiskinan yang dikeluarkan oleh Ratu Elizabeth I.

Pembangunan sosial

Pembangunan sosial adalah konsepsi baru dari pembangunan. Efek negatif dari pembangunan ekonomi yang berjalan selama ini telah menimbulkan kritik dari para tokoh. Mereka berpandangan bahwa pembangunan ekonomi tidak mengakomodasi aspek sosial sehingga pembangunan justru menciptakan jurang antara kelompok berpunya dan tidak punya. oleh karena itu, pendekatan pembangunan sosial ini berusaha mempromosikan kesejahteraan sosial dengan menyelaraskan pembangunan di bidang ekonomi dan sosial.

Referensi

  • Adi,Isbandi Rukminto.2005.Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial:Pengantar Pada Pengertian dan Beberapa Pokok Bahasan.Jakarta:FISIP UI Press.
  • Adi, Isbandi Rukminto.2008.Intervensi Komunitas:Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat.Jakarta:PT RajaGrafindo Persada.
  • Canda,Edward R.,Leola Dyrud Furman.1999.Spiritual Diversity in Social Work Practice:The Heart of Helping.New York:The Free Press.
  • Midgley,James.1995.Social Development:The Developmental Perspective in Social Welfare.London:Sage Publications Ltd.
  • Pincus,Allen, Anne Minahan.1973.Social Work Practice:Model and Method.Madison:F.E.Peacock Publishers,Inc.
  • Zastrow,Charles.1996.Introduction to Social Work and Social Welfare.Sixth Edition.Pasific Grove:Brooks/Cole Publishing Company.