Rabithah Alawiyah

organisasi keagamaan di Indonesia
Revisi sejak 29 Juli 2006 10.07 oleh Aday (bicara | kontrib) (Rabithah)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Rabithah Alawiyah adalah suatu organisasi massa Islam yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan. Pada umumnya organisasi ini mengimpun WNI keturunan Arab, khususnya yang memiliki keturunan langsung dari Nabi Muhammad SAW. Organisasi ini berdiri pada bulan Desember 1928 tidak lama setelah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

Latar Belakang

Berdirinya Rabithah Alawiyah, dilatar belakangi dengan terbentuknya perkumpulan Jamiatul Khair di Kampung Arab, Pekojan, Jakarta Barat. Disamping memiliki perguruan Islam, yang kini menyebar di berbagai daerah, Rabithah Alawiyah juga telah memiliki Panti Asuhan Daarul Aitam di Jakarta (1931), dan kini berkembang ke Pekalongan serta Banda Aceh.

Seperti dikemukakan dalam brosur Rabithah Alawiyah, perkembangan kegiatan masyarakat Alawiyin khususnya keturunan Arab dan keturunan Arab umumnya mengikuti pasang surutnya pergerakan politik di Indonesia. Di antara mereka banyak yang terjun ke bidang politik, bergabung dalam organiasi Partai Arab Indonesia (PAI). Setelah proklamasi kemerdekaan dan PAI dibubarkan, mereka berkiprah di partai-partai politik sesuai hati nurani masing-masing. Sedangkan Rabithah Alawiyah sebagai kelanjutan dari Jamiatul Khair tetap bergerak pada bidang sosial kemasyarakatan.

Tujuan organisasi

Tujuan Arabithah seperti dicetuskan 78 tahun lalu adalah untuk memelihara dan meningkatkan harkat dan martabat umat Islam Indonesia, khususnya keluarga Alawiyin melalui usaha-usaha sosial kemasyarakatan dan pendidikanserta dakwah Islamiyah. Menyadari sepenuhnya pentingnya bidang pendidikan, Rabithah telah melaksanakan program anak asuh yang belajar di tingkat SD, SLTP, SLTA, dan universitas.

Kepengurusan 2006-2011

Dihadiri 35 cabangnya dari berbagai tempat di Indonesia, Rabithah Alawiyah belum lama berselang telah melangsungkan muktamar ke-22 di Jakarta. Organisasi yang menghimpun para habaib ini berdiri sejak Desember 1928 atau 78 tahun lalu, tidak lama setelah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dikumandangkan.

Dalam kepengurusan selama lima tahun mendatang, muktamar yang dihadiri tidak kurang dari 250 peserta itu, telah memilih Zen Umar Smit sebagai ketua umum dan Muhsin Idrus Alhamid sebagai wakil ketua umum. Mereka didampingi empat wakil ketua, masing-masing Habib Rizik Shihab, Anis Hadi Assegaf, Ismet Abdullah Alhabsyi, dan Dr Ahmad Alkaff. Sekretaris umumnya adalah Umar Faruk Azzahir dan bendahara Abdulkadir Assegaf.[1]

Referensi

  1. ^ [Republika Online]