Tinutuan

salah satu jenis hidangan nasi
Revisi sejak 28 April 2010 11.14 oleh Rheka (bicara | kontrib)

Tinutuan atau Bubur Manado adalah makanan khas Indonesia dari Manado,Sulawesi Utara.[1][2] Ada juga yang mengatakan tinutuan adalah makanan khas Minahasa,Sulawesi Utara. [3] Tinutuan merupakan campuran berbagai macam sayuran, tidak mengandung daging, sehingga makanan ini bisa menjadi makanan pergaulan antar kelompok masyarakat di Manado.[4]

Tinutuan, disajikan bersama ikan asin

Sejarah

 
Tinutuan disajikan bersama ikan asin dan sambal

Kata tinutuan tidak diketahui asalnya.[2] Sejak kapan tinutuan menjadi makanan khas kota Manado tidak diketahui dengan jelas.[2] Ada yang mengatakan tinutuan mulai ramai diperdagangkan di beberapa tempat di sudut kota Manado sejak tahun 1970.[3] Ada juga yang mengatakan sejak tahun 1981.[5]

Tinutuan dipakai menjadi motto Kota Manado sejak kepemimpinan walikota Jimmy Rimba Rogi dan wakil walikota Abdi Wijaya Buchari periode 2005-2010, menggantikan motto Kota Manado sebelumnya yaitu Berhikmat.[2][3][4]

Pemerintah Kota Manado melalui Dinas Pariwisata setempat pada tahun 2004[5] (ada juga yang mengatakan pada pertengahan tahun 2005)[2] menjadikan kawasan Wakeke, Kecamatan Wenang, Kota Manado sebagai lokasi wisata makanan khas Tinutuan.[3][4]

Bahan

 
Pelengkap hidangan tinutuan

Bahan pembuatan tinutuan sederhana. Tinutuan merupakan campuran berbagai macam sayuran yaitu labu kuning yang juga disebut sambiki, beras, singkong, bayam, kangkung, daun gedi,[5] jagung,kemangi.[6]

Penyajian

Tinutuan ini biasanya disajikan untuk sarapan pagi.[5] Tinutuan dapat disajikan dengan ikan asin serta berbagai macam pelengkap hidangan seperti yang terlihat pada gambar.

Penyajian di Manado

Tinutuan, di Manado, disajikan dengan perkedel nike, sambal roa (rica roa, dabu-dabu roa), ikan cakalang fufu atau tuna asap, perkedel jagung.[5][6]. Tinutuan juga bisa disajikan dicampur dengan mie atau dengan sup kacang merah yang disebut brenebon.[4]

Tinutuan yang disajikan bersama mie disebut midal, dimana akhiran dal tersebut berasal dari kata pedaal yakni nama lain untuk tinutuan khusus di wilayah Minahasa Selatan yang merupakan wilayah subetnis Tountemboan di Minahasa. [4]

Tinutuan juga dapat dicampur dengan sup kacang merah yang disebut brenebon.[4] Tinutuan yang dicampur dengan brenebon ini kadang juga ditambahkan tetelan sapi, yang konon dipercaya orang yang memakannya dapat menarik "roda" (gerobak).[4] Pada komunitas Kristen di Manado, tinutuan yang dicampur dengan brenebon ini dapat juga disajikan khusus yaitu dengan ditambahkan kaki babi, biasanya pada acara khusus seperti acara tumpah makan yang disebut juga acara "pengucapan syukur".[4]

Catatan kaki

  1. ^ (Indonesia)"Sulut merancang pemasaran Tinutuan ke sistem waralaba" (html). swarakita-manado.com. 20 Maret 2010. Diakses tanggal 22 April. 
  2. ^ a b c d e (Indonesia)Soleman, Montori (15 Juni 2006). "Refleksi Kota Manado Memasuki Gerbang Wisata Dunia 2010". hariankomentar.com. Diakses tanggal 23 April. 
  3. ^ a b c d (Indonesia)Manarisip, Christy (2007). "Tinutuan, Makanan Universal Kota Manado" (html). www.suaramanado.com. Diakses tanggal 22 April. 
  4. ^ a b c d e f g h (Indonesia)Sombowadile, Pitres (2010). "TINUTUAN: DARI MATA TURUN KE PERUT". Tribun Manado. Diakses tanggal 22 April. 
  5. ^ a b c d e (Indonesia)TYS (2 April 2010). "Makan Pagi Tinutuan di Wakeke" (html). www.kompas.com. Diakses tanggal 22 April. 
  6. ^ a b (Indonesia)Siregar, Kali (2010). "Tinutuan, Nike, dan Dabu-dabu Roa". kompasiana. Diakses tanggal 22 April. 
Buku resep Wikibooks memiliki artikel mengenai