Britania Raya Romawi

Pulau Britania Raya di bawah pemerintahan Romawi (43 M - c.410 M)
Revisi sejak 1 Mei 2010 07.30 oleh TjBot (bicara | kontrib) (bot kosmetik perubahan)

Britania Romawi adalah bagian dari wilayah Pulau Britania yang dikuasai oleh Kekaisaran Romawi antara tahun 43 Setelah Masehi sampai dengan tahun 410. Orang-orang Romawi menyebut provinsi mereka ini dengan nama Britannia. Sebelum Britania dijajah oleh Roma, pulau ini sudah memiliki hubungan budaya dan ekonomi dengan daratan Eropa. Namun para penjajah ini juga memperkenalkan perkembangan-perkembangan baru dalam bidang pertanian, urbanisasi, industri dan arsitektur. Dengan ini mereka meninggalkan warisan yang sampai sekarang masih bisa dilihat.

Kekaisaran Romawi pada saat Hadrianus berkuasa (antara 117-138 Masehi), menunjukkan provinsi Britannia (Inggris/Wales), dan tiga legiun yang ditugaskan pada tahun 125

Rekaman-rekaman sejarah mengenai provinsi Britannia tidaklah banyak, kecuali rekaman mengenai invasi awal, meskipun banyak sejarawan Romawi yang menyebut-nyebut provinsi ini secara sambil lalu. Kebanyakan besar pengetahuan yang kita ketahui berasal dari penelitian peninggalan arkeologi dan prasasti-prasasti.

Sejarah kronologis

Kontak awal

Britania tidak tak dikenal oleh dunia Klasik. Pada awal abad ke-4 SM orang-orang Yunani, Fenisia dan Kartago berdagang timah Cornwall: orang-orang Yunani merujuk pada Cassiterides atau "pulau-pulau timah" dan menggambarkan mereka sebagai yang terletak di suatu tempat di dekat pantai barat Eropa. Pelaut Kartago Himilco dikatakan telah mengunjungi pulau ini pada abad ke-5 SM, dan penjelajah Yunani Pytheas pada abad ke-4 SM. Tetapi kala itu pulau ini dianggap sebagai tempat misterius, bahkan beberapa penulis menolak percaya bahwa pulau ini ada.

Kontak pertama Romawi terjadi ketika seorang jenderal Romawi yang bernama, Julius Caesar dan kelak akan menjadi diktator, melaksanakan dua ekspedisi ke Britania pada tahun 55 dan 54 SM sebagai salah satu cabang daripada kampanye penaklukan Gallia. Ia yakin bahwa orang-orang Britania telah membantu perlawanan Gallia. Ekspedisi pertama lebih merupakan penjelajahan daripada invasi sejati. Kala itu mereka mendarat di pantai Kent tetapi terkena dampak badai sehingga terjadi kerusakan pada kapal dan kekurangan pasukan kuda sehingga mereka tidak dapat maju lebih lanjut. Ekspedisi ini adalah sebuah kegagalan militer, tetapi setidaknya merupakan sebuah keberhasilan politik: Senat Romawi menyatakan 20-hari libur umum di Roma untuk menghormati prestasi yang luar biasa ini.

Dalam invasi kedua Caesar membawa bersamanya kekuatan yang secara substansial lebih besar. Ia berhasil memaksa atau mengundang banyak dari suku-suku asli Keltik untuk membayar upeti dan memberi sandera sebagai imbalan bagi perdamaian. Seorang raja vazal lokal, Mandubracius, diangkat dan musuhnya, Cassivellaunus ditangkap. Sandera itu diambil, tapi para sejarawan tidak sepakat mengenai apakah upeti disepakati dibayar oleh orang-orang Britania setelah Caesar kembali ke Gallia dengan pasukannya.

Caesar tidak menaklukkan wilayah apa-apa dan tidak meninggalkan pasukan, tetapi beberapa kerajaan vazal telah didirikan di pulau itu dan telah membawa Britania ke lingkup pengaruh politik Romawi. Kaisar Agustus merencanakan invasi pada tahun 34, 27 dan 25 SM, tetapi keadaan tidak pernah menguntungkan. Kala itu hubungan antara Britania dan Roma lebih merupakan hubungan diplomatik dan dagang. Strabo yang menulis pada akhir masa pemerintahan Augustus, menyatakan pajak perdagangan bisa membawa lebih banyak pendapatan tahunan daripada penaklukan. Demikian pula penelitian arkeologi menunjukkan peningkatan impor barang-barang mewah di tenggara Britania. Strabo juga menyebutkan raja-raja Britania yang mengirim duta kepada Agustus, dan Res Gestae Agustus sendiri mengacu kepada dua raja Britania yang ia terima sebagai pengungsi. Ketika beberapa kapal Tiberius dibawa ke Britania di tengah badai selama kampanye di Jerman pada tahun 16, mereka dikirim kembali oleh penguasa daerah dan mereka menceritakan kisah-kisah isapan jempol mengenai monster.

Roma tampaknya lebih memilih keseimbangan kekuasaan di selatan Britania dan mendukung dua kerajaan kuat: Catuvellauni yang diperintah oleh keturunan Tasciovanus, dan Atrebates yang diperintah oleh keturunan Commius. Kebijakan ini diikuti sampai tahun 39 atau 40 Masehi, ketika Caligula menerima anggota dinasti Catuvellaunian yang diasingkan dan melancarkan invasi Britania yang sudah hancur, bahkan sebelum meninggalkan Gallia. Ketika Claudius berhasil menyerang pada tahun 43 Masehi, serangan ini juga merupakan bantuan kepada raja Britania lainnya yang melarikan diri. Kali ini yang bersangkutan adalah Verica dari Atrebates.

Invasi Romawi

Pasukan invasi pada tahun 43 dipimpin oleh Aulus Plautius.[1] Tidaklah diketahui seberapa banyak legiun Romawi yang dikirim; hanya ada satu legiun yang diketahui secara pasti ikut berinvasi ke Britania. Legiun ini dipimpin oleh Vespasianus yang kelak akan menjadi Kaisar.[2] Invasi ditunda karena terjadinya pemberontakan tentara (yang dipaksa untuk melawan ketakutan menyeberangi samudra). Mereka berlayar dalam tiga divisi, dan kemungkinan mendarat di Richborough (meskipun terdapat dugaan bahwa sebagian dari mereka mendarat di pantai selatan, di wilayah Fishbourne, West Sussex.[3]

Bangsa Romawi mengalahkan Catuvellauni dan sekutu mereka dalam dua pertempuran. Pertempuran pertama kemungkinan terjadi di sungai Medway, dan yang kedua terjadi di Thames. Salah satu pemimpin Catuvellauni, Togodumnus, tewas. Namun saudaranya, Caratacus, selamat dan meneruskan perlawanan di tempat lain. Plautius tertahan di Thames, dan Claudius tiba dengan bantuan, meliputi artileri dan gajah, untuk serangan terakhir ke ibukota Catuvellauni, Camulodunum (Colchester). Vespasianus menundukan wilayah barat daya,[4] dan perjanjian ditandatangani dengan suku diluar wilayah kekuasaan Romawi.

Konsolidasi kekuasaan Romawi

 
Peta provinsi Britannia Romawi tahun 125

Setelah menaklukkan bagian selatan pulau, Roma mengalihkan perhatian mereka pada daerah yang sekarang disebut Wales. Kaum Silures, Ordovices dan Deceangli tetap gigih dalam penentangan mereka melawan para penyerang dan untuk beberapa dasawarsa pertama menjadi pusat perhatian tentara Romawi, meskipun sesekali ada pemberontakan kecil di antara para sekutu Roma seperti kaum Brigantes dan Iceni. Para Silures itu dipimpin oleh Caratacus, dan ia melakukan kampanye gerilya yang efektif melawan Gubernur Publius Ostorius Scapula. Akhirnya, pada tahun 51 Masehi, Ostorius bisa mengalahkan Caratacus pada suatu pertempuran dengan menjebaknya. Pemimpin Britania ini lalu mencari perlindungan di antara suku Brigantes, tetapi ratu mereka, Cartimandua, membuktikan kesetiaannya dengan menyerahkannya kepada bangsa Romawi. Ia dibawa sebagai tawanan ke Roma, di mana sebuah pidato anggun yang dibuatnya selama kemenangan Claudius membuat sang Kaisar luluh hatinya untuk mengampuni nyawanya. Namun suku Silures tetap saja tidak tenang, dan Venutius, mantan suami Cartimandua, menggantikan Caratacus sebagai pemimpin perlawanan Britania yang paling utama.

Pada tahun 60-61 Masehi, ketika Gubernur Gaius Suetonius Paulinus sedang berkampanye di Wales, Britania bagian tenggara bangkit dalam pemberontakan di bawah Boudica. Boudica adalah seorang janda Prasutagus, raja Iceni yang baru saja meninggal. Alasannya memberontak dipicu oleh penyitaan tanah-tanah adat dan penistaan atas sang ratu dan putri-putrinya. Prasutagus telah mewariskan setengah kerajaannya kepada Nero dengan harapan bahwa sisanya tidak akan dirampas. Dia ternyata salah. Suku Iceni, bergabung dengan suku Trinovantes, menghancurkan koloni Romawi di Camulodunum (Colchester), dan mendesak mundur bagian dari legiun IXth yang dikirimkan untuk menumpas mereka. Suetonius Paulinus berkuda ke London, tujuan berikut para pemberontak, namun ia menyimpulkan bahwa kota ini tidak bisa dipertahankan. Maka London ditinggalkannya dan menjadi binasa seperti Verulamium (St Albans). Antara tujuh dan delapan puluh ribu jiwa konon tewas di tiga kota ini. Tapi Suetonius berkumpul kembali dengan dua dari tiga legiun yang masih tersisa dan menuju ke medan pertempuran. Meskipun jumlah tentaranya jauh lebih sedikit, ia mampu mengalahkan para pemberontak dalam Pertempuran Watling Street. Bodicea meninggal tidak lama setelah itu, entah karena bunuh diri minum racun atau karena terkena penyakit. Pemberontakan dahsyat ini hampir saja membuat Nero mengambil keputusan untuk meninggalkan Britania.

Ada kekacauan lebih lanjut pada tahun 69 atau "tahun empat Kaisar". Perang sipil berkobar di Roma, gubernur lemah tidak mampu mengendalikan legiun di Britania, dan Venutius dari Brigantes mengambil kesempatan. Bangsa Romawi sebelumnya membela Cartimandua melawan dia, tapi kali ini tidak dapat melakukannya. Cartimandua diungsikan, dan Venutius berhasil menaklukkan bagian utara pulau. Setelah Vespasianus berhasil menetapkan posisinya dalam kekaisaran, dua gubernur pertamanya yang diangkat, Quintus Petillius Cerialis dan Sextus Julius Frontinus, masing-masing mengambil tugas menumpas suku Brigantes dan Silures. Frontinus memperluas kekuasaan Romawi dengan menaklukkan seluruh wilayah Wales selatan, dan eksploitasi hasil bumi, seperti emas di Dolaucothi, dimulai.

Pada tahun-tahun berikutnya, orang Romawi menaklukkan lebih banyak daerah lagi di pulau ini, memperluas wilayah Britania Romawi. Gubernur Gnaeus Julius Agricola, ayah-mertua sejarawan Tacitus, menaklukkan suku Ordovices pada tahun 78. Dengan Legio XX Valeria Victrix, Agricola mengalahkan Kaledonia pada tahun 84 di Pertempuran Mons Graupius, di utara Skotlandia. Ini adalah garis perbatasan maksimal wilayah Romawi di Britania: tidak lama setelah kemenangannya, Agricola dipanggil pulang dari Britania kembali ke Roma, dan bangsa Romawi mundur ke posisi di sepanjang tanah genting Forth-Clyde, yang lebih mudah dipertahankan. Dengan ini mereka bisa mendapatkan lebih banyak tentara yang sangat diperlukan di daerah-daerah perbatasan lainnya.

Untuk sebagian besar sejarah Britania Romawi, sejumlah besar tentara ditugaskan di pulau itu. Oleh karena itu sang Kaisar selalu menempatkan seorang senior yang bisa dipercaya untuk menjabat sebagai gubernur di provinsi ini. Akibatnya ialah bahwa banyak calon Kaisar Romawi pernah menjabat sebagai gubernur atau duta (legates) di provinsi ini, termasuk Vespasianus, Pertinax, dan Gordian I.

Akhir dari kekuasaan Romawi

Pandangan tradisional sejarawan seperti ditulis oleh Michael Rostovtzeff mengindikasikan adanya kemerosotan ekonomi luas pada awal abad ke-5. Namun bukti-bukti arkeologis menceritakan kisah lain, dan pandangan umum sedang ditinjau ulang. Ditinggalkannya beberapa situs sekarang diyakini terjadi lebih mutakhir, tidak seperti dahulu. Banyak bangunan berubah fungsi tetapi tidak dirusak. Serangan barbar bertambah, tetapi ini lebih terfokus pada pemukiman rentan daerah pedesaan daripada kota. Beberapa villa seperti Great Casterton di Rutland dan Hucclecote di Gloucestershire membuat lantai mosaik baru sekitar waktu ini, perkara ini menyatakan bahwa masalah-masalah ekonomi mungkin terbatas dan tambal sulam, meskipun banyak menderita beberapa pembusukan sebelum ditinggalkan pada abad kelima; kisah Santo Patrick menunjukkan bahwa vila-vila masih ditempati sampai setidaknya tahun 430. Bangunan baru masih tetap dibangun pada masa ini di Verulamium dan Cirencester. Beberapa pusat-pusat perkotaan, misalnya Canterbury, Cirencester, Wroxeter, Winchester dan Gloucester, tetap aktif pada abad ke-5 dan ke-6, sementara kota-kota ini dikelilingi dengan perkebunan pertanian besar.

Kehidupan perkotaan umumnya tumbuh tidak terlalu intensif pada perempat keempat dari abad ke-4, dan koin yang dicetak antara 378 dan 388 sangat jarang. Hal ini kemungkinan menunjukkan kombinasi antara kemerosotan ekonomi, mengurangnya jumlah pasukan, dan masalah dengan pembayaran tentara dan pejabat. Sirkulasi koin meningkat pada dasawarsa 390-an, meskipun tidak pernah mencapai tingkat dasawarsa sebelumnya. Koin tembaga sangat jarang ditemukan setelah 402, walaupun koin perak dan emas yang ditemukan pada harta-harta karun menunjukkan bahwa koin-koin ini masih ada di provinsi meski tidak dipakai untuk pembayaran. Pada tahun 407 tidak ada koin Romawi baru yang masuk ke sirkulasi, dan pada 430 kemungkinan uang tidak digunakan lagi sebagai alat tukar pembayaran. Produksi massal tembikar mungkin berakhir pada satu atau dua dasawarsa sebelumnya; kalangan kaya tetap menggunakan perabot logam dan kaca, sedangkan yang kalangan miskin mungkin menggunakan bahan dari kulit atau kayu.

Ekonomi

Secara ekonomi, orang-orang Romawi terutama tertarik pada timah dan emas dari Britania. Di samping itu, mereka membuat yang baru dan lebih kuat dalam wol domba keturunan dari Asia Kecil di pulau di rumah dan dengan demikian meletakkan dasar yang penting bagi produksi wol Britania. Pusat ekonomi Britania kemudian adalah Londinium. Tentang kekuatan ekonomi pulau ini, dalam penelitian, sebagaimana telah ditunjukkan, tidak ada konsensus, terutama karena beberapa penulis kuna mengeluh bahwa kerajaan Britania membutuhkan lebih banyak biaya daripada menghasilkan dana.

Pemerintahan provinsi

Dalam Kekaisaran Romawi, pemerintahan provinsi-provinsi yang situasinya kondusif, merupakan urusan Senat, sedangkan seperti Britania, yang membutuhkan garnisun tetap, berada di bawah tanggung jawab Kaisar. Pada praktiknya provinsi kekaisaran diperintah oleh seorang gubernur yang merupakan mantan senator dan telah memegang jabatan konsul. Orang-orang ini dipilih dengan seksama dan sering memiliki sejarah militer dan kemampuan memerintah. Di Britania, tugas seorang gubernur terutama terletak dalam bidang militer, namun berbagai tugas lainnya juga menjadi tanggung jawabnya seperti mengurusi hubungan diplomatik dengan raja-raja vazal lokal, membangun jalan, memastikan sistem kurir umum berfungsi, mengawasi civitates dan bertindak sebagai hakim dalam kasus-kasus hukum yang penting. Jika tidak berperang, ia akan meninjau seantero provinsi dan mendengarkan keluh penduduk serta merekrut pasukan baru.

Untuk membantunya dalam bidang hukum, ia memiliki penasehat hukum (legatus iuridicus). Para penasehat ini di Britania nampaknya merupakan pengacara-pengacara yang lihai karena adanya tantangan khusus dalam menginkorporasi suku-suku pribumi ke dalam sistem kekaisaran dan membuat sebuah metode yang praktis untuk memajaki mereka. Administrasi keuangan ini ditangani oleh seorang procurator dengan jabatan junior untuk masing-masing kekuasaan dalam menaikkan pajak. Setiap legiun di Britania mempunyai seorang komandan yang bertanggung jawab kepada gubernur dan dalam masa perang mungkin langsung memerintah distrik-distrik yang bermasalah. Masing-masing komanda mendapatkan perintah dinas dua hingga tiga tahun di berbagai provinsi. Di bawah penempatan ini adalah jaringan manajer administratif yang meliputi pengumpulan data intelijen, pengiriman laporan ke Roma, organisasi perlengkapan militer dan penanganan masalah tahanan. Staf yang terdiri atas tentara memberikan layanan administratif.

Colchester mungkin adalah ibu kota awal Britania Romawi, namun tidak lama kota ini tersisih di bawah bayangan London berkat hubungan perdagangan London yang kuat.

Pembagian administratif

 
 
 
 
 
Britannia
43-awal abad ke-3
iIbu kota Camulodunum
(43-65),
lalu Londinium
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Britannia Inferior,
Awal a. ke-3 - 293,
ibu kota di Eboracum
 
Britannia Superior
Awal a. ke-3 - 293,
ibu kota di Londinium
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Flavia Caesariensis,
293-410,
ibu kota Lindum
 
Britannia Secunda,
293-410,
ibu kota Eboracum
 
Maxima Caesariensis,
293-410,
ibu kota Londinium
 
Britannia Prima,
293-410,
ibu kota Corinium


Kota-kota dan kabupaten

Selama masa penjajahan Britania, bangsa Romawi mendirikan beberapa pemukiman penting, banyak di antaranya yang masih ada.

Kota-kota besar dan kecil yang memiliki asal-usul Romawi, atau dikembangkan oleh mereka termasuk: (dengan nama Latin mereka di antara tanda kurung)

Agama

Paganisme

Kaum druid, yaitu sebuah kasta pendeta Keltik, yang diyakini berasal dari Britania,[6] dilarang oleh Claudius,[7] dan pada tahun 61 mereka tidak berhasil mempertahankan tempat-tempat suci mereka dari pembinasaan oleh orang Romawi di pulau Mona (Anglesey).[8] Namun, di bawah pemerintahan Romawi, orang Britania pribumi meneruskan praktik mereka menyembah dewa-dewi Keltik, seperti Ancasta, tetapi seringkali mereka diselubungkan dengan padanan Romawi mereka, seperti Mars Rigonemetos di Nettleham.

Sejauh mana kepercayaan penduduk priibumi bertahan, sulit diukur secara tepat. Ciri-ciri ritus Eropa tertentu seperti makna angka 3, pentingnya kepala dan sumber-sumber air seperti mata air tetap berada di dalam catatan arkeologi, tetapi perbedaan-perbedaan dalam persembahan nazar yang dilaksanakan pada tempat-tempat permandian Romawi, Bath, Somerset sebelum dan setelah penaklukan Romawi menyatakan bahwa kesinambungan ini hanya bersifat sebahagian saja. Penyembahan Kaisar Romawi tercatat secara luas, terutama di situs-situs militer. Pendirian kuil Romawi untuk menyembah Claudius di Camulodunum adalah salah satu pemaksaan yang menyebabkan pemberontakan Boudica. Pada abad ke-3 Kuil Romawi Pagans Hill di Somerset mampu eksis secara damai sampai ke abad ke-5.

Kultus-kultus timur seperti Mithraisme juga semakin populer menjelang masa akhir penjajahan Romawi. Kuil Mithras adalah salah satu contoh popularitasi agama-agama misteri di antara kalangan perkotaan yang kaya dan kuil Mithras juga ada dalam konteks militer di Vindobala pada Tembok Hadrianus (Rudchester Mithraeum) dan di Segontium di Wales Romawi (Caernarfon Mithraeum).

Kekristenan

Tidak jelas kapan atau bagaimana agama Kristen datang ke Britania. Sebuah "kata persegi" dari abad ke-2 telah ditemukan di Mamucium, pemukiman Romawi Manchester. Persegi terdiri dari anagram PATER NOSTER yang diukir di atas sebuah amfora. Di antara kalangan akademis ada diskusi mengenai "kata persegi" ini, apakah ia memang benar-benar merupakan sebuah artefak Kristen, jika iya, benda ini adalah salah satu contoh Kekristenan awal di Britania.[9] Sementara bukti tertulis paling awal agama Kristen di Britania yang bisa dijamin adalah pernyataan oleh Tertullian, kurang lebih dari tahun 200, di mana ia menulis tentang "semua perbatasan Spanyol, dan berbagai negara di Galia, dan hantu orang Britania, tidak dapat dicapai oleh Roma, tapi semua takluk kepada Kristus"."[10] Bukti arkeologi untuk masyarakat Kristen mulai muncul pada abad ke-3 dan ke-4. Ada dugaan ditemukan gereja-gereja kayu kecil di Lincoln dan Silchester. Sementara itu kolam pembaptisan telah ditemukan di Icklingham dan Saxon Shore Fort di Richborough. Harta karun Water Newton adalah harta karun berupa piring-piring perak Kristen dari awal abad keempat dan vila-vila Romawi di Lullingstone dan di Hinton St Mary memuat banyak lukisan dinding dan mosaik Kristen. Besar abad ke-4 kuburan di Poundbury dengan berorientasi timur-barat penguburan dan kuburan barang kurangnya telah ditafsirkan sebagai pekuburan Kristen awal, meskipun upacara pemakaman itu juga semakin sering terjadi pada konteks kafir pada masa itu. Sebuah kuburan besar dari abad ke-4 di Pundbury dengan cara penguburan berorientasi timur-barat dan tidak adanya barang-barang yang ikut dikubur, diinterpretasikan sebagai sebuah kuburan Kristen awal, meski ritus-ritus penguburan secara demikian juga menjadi semakin umum di antara kalangan pagan pada masa tersebut.

Gereja di Britania tampaknya telah mengembangkan sistem keuskupan resmi sebagaimana dibuktikan dari catatan Konsili Galia di Arles pada tahun 314. Pada Konsili ini terwakili uskup-uskup dari tiga puluh lima tahta dari Eropa dan Afrika Utara, termasuk tiga uskup dari Britania: Eborius dari York, Restitutus dari London, dan Adelphius. Agama Kristen diperbolehkan di Kekaisaran Romawi oleh Konstantinus I pada tahun 313. Theodosius I menjadikan Kekristenan sebagai agama negara pada tahun 391, dan pada abad ke-5 agama ini menjadi mapan.

Santo Alban, martir Kristen Britania pertama, diyakini telah meninggal pada awal abad ke-4 (walaupun beberapa pakar mentarikhnya sebagai pertengahan abad ke-3), diikuti oleh Santo Aaron dan Julius dari Isca Augusta. Sebuah ajaran bidah, Pelagianisme, berasal dari seorang biarawan Britania yang mengajar di Roma: Pelagius hidup antara kira-kira tahun 354 sampai 420/440.

Sepucuk surat yang ditemukan pada sebuah tablet timbal di Bath, Somerset, yang dapat ditarikh berasal dari sekitar tahun 363 telah diterbitkan dan diasumsikan sebagai bukti dokumentasi mengenai adanya agama Kristen di Britania pada masa Romawi. Menurut penerjemah pertamanya, surat itu ditulis di Wroxeter oleh seorang pria Kristen bernama Vinisius dan dialamatkan kepada seorang wanita Kristen bernama Nigra. Namun terjemahan surat ini ternyata berdasarkan kesalahan parah paleografis dan teks ini ternyata tidak ada hubungannya dengan Kekristenan dan sejatinya mengenai ritus-ritus pagan.[11]

Perubahan lingkungan hidup

Bangsa Romawi membawa sejumlah spesies ke Britania, kemungkinan termasuk jelatang Romawi (U. pilulifera),[12]yang sekarang sudah langka. Konon tanaman ini dipakai para serdadu untuk menghangatkan tangan dan kaki mereka,[13] dan siput Helix pomatia yang bisa dimakan.[14] Ada juga beberapa bukti bahwa mereka mungkin telah memperkenalkan kelinci, tetapi tipe kelinci yang lebih kecil jenis Mediterania selatan. Kelinci Eropa (Oryctolagus cuniculus) yang sekarang umum didapatkan di Britania diperkirakan baru diperkenalkan dari daratan Eropa setelah Invasi Norman pada tahun 1066.[15]

Warisan

 
Jalanan Romawi

Selama pendudukan Britania, bangsa Romawi membangun sebuah jaringan jalan Romawi yang luas dan tetap digunakan pada abad-abad selanjutnya serta banyak yang masih dilintasi sampai sekarang.

Bangsa Romawi juga membangun prasarana air, sanitasi dan sistem riol.

Banyak kota-kota besar Britania seperti London (Londinium), Manchester (Mamucium) dan York (Eboracum), didirikan oleh bangsa Romawi.

Britania juga perlu diperhatikan sebagai mantan wilayah Kekaisaran Romawi terbesar di Eropa di mana saat ini tidak dipertuturkan (sebagai bahasa mayoritas):

  • Sebuah bahasa Roman. Meskipun bahasa Inggris banyak sekali memiliki kata-kata pinjaman dari bahasa Latin atau Perancis. Namun hal ini karena akibat Invasi Normandia pada tahun 1066.
  • Ataupun sebuah bahasa pra-Romawi yang dipertuturkan oleh penduduk pra-Romawi (seperti bahasa Yunani), meski bahasa Welsh eksis sebagai sebuah bahasa minoritas, dengan banyak kata-kata pinjaman dari bahasa Latin, seperti llaeth ("susu"), ffenestr ("jendela"). Bahasa Kernowek juga bisa hidup sampai ke abad-18 dan sekarang sedang dihidupkan kembali.

Catatan kaki

  1. ^ Cassius Dio, Roman History 60.19-22
  2. ^ Tacitus, Histories 3.44
  3. ^ John Manley, AD 43: The Roman Invasion of Britain: a Reassessment, 2002.
  4. ^ Suetonius, Vespasian 4
  5. ^ Wacher, John The Towns of Roman BritainRoutledge; 2nd Revised edition edition (5 April 1995) ISBN 978-0-7134-7319-3 p.262
  6. ^ Julius Caesar, Commentarii de Bello Gallico 6.13
  7. ^ Suetonius, Claudius 12.5
  8. ^ Tacitus, Annals 14.30
  9. ^ Shotter, David. Romans and Britons in North-West England. Lancaster: Centre for North-West Regional Studies. hlm. 129–130. ISBN 1-86220-152-8. 
  10. ^ Tertullian, Adversus Judaeos 7.4
  11. ^ Tomlin, R. S. O. (1994). "Vinisius to Nigra: Evidence from Oxford of Christianity in Roman Britain" (PDF). Zeitschrift für Papyrologie und Epigraphik. 100: 93–108. Diakses tanggal 2006-12-13. 
  12. ^ Kavalali, Gulsel M. Urtica: therapeutic and nutritional aspects of stinging nettles CRC Press; 1 edition (26 Sep 2003) ISBN 978-0-415-30833-5 p.15
  13. ^ Nearing, Homer Jr "Local Caesar Traditions in Britain" Speculum, Vol. 24, No. 2 (Apr., 1949), pp. 218-227
  14. ^ New, T.R. Introduction to invertebrate conservation biology OUP Oxford (24 Aug 1995) ISBN 978-0-19-854051-9 p.136
  15. ^ " Unearthing the ancestral rabbit" British Archaeology Issue 86 January/February 2006 [1]

Pranala luar

Templat:Link FA