Insektisida

pestisida yang digunakan untuk melawan serangga
Revisi sejak 6 Mei 2010 06.24 oleh TjBot (bicara | kontrib) (bot kosmetik perubahan)

insektisida sintetik adalah bahan-bahan kimia yang bersifat racun yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan, tingkah laku, perkembang biakan, kesehatan, mempengaruhi hormon, penghambat makan, membuat mandul, sebagai pemikat, penolak, dan aktifitas lainnya yang dapat mempengaruhi organisme pengganggu tanaman (Kardinan 2002). Selain itu, insektisida dapat pula membunuh serangga pengganggu (hama serangga). Insektisida dapat membunuh serangga dengan dua mekanisme, yaitu dengan meracuni makanannya (tanaman atau langsung meracuni serangga tersebut). Penelitian akan dampak penggunaan insektisida sintesis untuk tanaman cabai merah besar telah dilakukan di beberpa kota besar, seperti Cianjur, Semarang, dan Surabya. Pengujian residu insektisida ini menggunakan alat KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi). Hasil pengujian terhadap beberapa golongan pestisida kemuadian dikaji kembali berdasarkan pola konsumsi cabai orang Indonesia dan dihitung BMR (Batas Maksimum Residu) dari pestisida tesebut dan membandingkannya dengan BMR pustaka. Dari hasil pemeriksaan tersebut terdeteksi pestisida golongan organoklorin seperti lindan, aldrin, heptaklor, endosulfon, paration, klorpirifos, dimethoat, profenofos, dan protiofos. Dari golongan karbamat ang terdeteksi adalah karbofuran, sedangkan golongan piretrin tidak terdeteksi. Secara umum hasil perhitungannya lebih kecil dari BMR pustaka. Penggunaan yang berlebihan dilakukan karena petani beranggapan semakin banyak insektisida yang diaplikasikan maka akan semakin bagus hasilnya, selain itu beberapa petani mencampurkan perekat pada insektisidanya agar tidak mudah larut terbawa air hujan. Namun, penggunaan pereka tini mengakibatkan tingginya jumlah residu pestisida pada saat panen dan sangat berbahaya apabila residu itu masih ada pada saat produk dihidangkan di meja makan yang seakan-akan menyuguhkan makanan yang berlapis pestisida. Sebagai contoh Widjanarka dari kelompok relawan anti penyalahgunaan pestisida menuturkan bahwa kubis di daerah Cipanas mengandung pestisida sejenis paration 20-29 ppm, kubis dan sawi di daerah Sukabumi juga mengandung pestisida jenis paration 20-29 ppm, kubis dan sawi di daerah Lembang mengandung pestisida jenis methamidopos 14-41 ppm (WALHI 1987). Berdasarkan hal tersebut dapat kita bayangkan jika kita mengkonsumsi makanan yang mengandung residu pestisida tersebut dalam 100 g setiap hari maka dalam setahun kita mengkonsumsi bahan aktif pestisida sekitar 5,5-12,75 g setara dengan ¾ liter atau ½ kaleng racun nyamuk yang jika diminum dapat menimbulkan kematian. Menurut data WHO sekitar 500 ribu orang meninggal dunia setiap tahunnya dan diperkirakan 5 ribu orang meninggal setiap 1 jam 45 menit akibat pestisida (WALHI 1987). Penggunaan insektisida sintetik juga dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan. Hal ini dikarenakan insektisida tertentu dapat tersimpan di dalam tanah selama bertahun-tahun (Kusnaedi 2003).

Agrios. 1998. Plant Pathologi. New York: Academic Press. BPS (Biro Pusat Statistik). 2007. Data produksi sayuran Indonesia. http://www.deptan.go.id/bdexim/. [6 April 2007] BPS (Biro Pusat Statistik). 2007. Data ekspor-impor sayuran Indonesia. http://www.deptan.go.id/bdexim/. [6 April 2007] Ditjen BPPHP. 2002. Volume dan Nilai Ekspor Hortikultura Indonesia Tahun 2000-2001. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura. Hamijaya MZ dan Asikin A. 2005. Teknologi ”Indiggenous” dalam mengendalikan hama padi di Kalimantan Selatan. Dalam Simposium Nasional, Ketahanan dan Keamanan Pangan pada Era Otonomi dan Globalisasi. Bogor 22 November 2005. Irliyandi F. 2006. Pembentukan Badan Pengelolaan Daerah Perlindungan Laut (BP-DPL) dengan model Co-Managemant sebagai Alternatif Solusi Pengelolaan Berkelanjutan di Kepulauan Raja Ampat. Lomba Karya Tulis Mahasiswa Lingkungan Hidup. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

Kalie MB. 1996. Bertanam Pepaya. Jakarta: Penebar Swadaya. Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Kamrin MA. 1997. Pesticide Profiles: Toxicity, Environmental, Impact, and Fate. New York: Lewis Publisher. Kardinan. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya. WALHI (Wahana Lingkungan Hidup). 1987. Teropong Masalah Pestisida (Terompet). Jakarta: WALHI. Pomeroy, Robert. 2004. Fisheries co-Management A Fact Sheet for Connecticut Fishermen. Connecticut Sea Grant Extension. Department of Agriculture and Resource Economics University of Connecticut. Prijono D. 1999. Prospek dan strategi pemanfaatan insektisida alami dalam PHT. Di dalam: Nugroho BW, Dadang dan Prijono D, editor. Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida alami, Bogor 9-13 Agustus 1999. Bogor: pusat Kajian PHT IPB. Halaman 1-7. Sabari SD, Broto W, Mulyani T, Yuni S, Pratikno S. 2001. Perbaikan teknologi penyadapan dan pengawetan getah pepaya segar untuk produksi papain. Jurnal Hortikultura 11 (3):196-206.