Displasia pangkal paha atau Hip displasia adalah perkembangan tidak normal dari persendian koksofemoralis yang mengakibatkan terlepasnya kaput femoris dari asetabulum os pelvis [1]. Persendian koksofemoralis merupakan persendian yang dibentuk oleh os femur dengan os pelvis. Bagian os femur yang tersambung adalah kaput femoris yang terfiksasi pada asetabulum [2].

Tipe gangguan persendian pada kaput tulang femur (os femur), termasuk kejadian hip displasia. A: Normal. B: Displasia. C: Subluksatio. D: Luksatio

Penyebab

Hip displasia disebabkan faktor genetik dan juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, misalnya: ras, kecepatan pertumbuhan, cara memberi makanan, cara dan lamanya latihan, adanya kelainan bentuk tulang belakang (lumbosakral), penyakit sumsum tulang belakang, trauma dan adanya kelainan persendian dari kaki depan [1]

Hip displasia dapat terjadi karena dua kondisi[2]:

  1. 'Asetabulum yang dangkal sehingga mengakibatkan kaput femoris tidak tertanam dengan mantap pada asetabulum, hal ini menyebabkan kehilangan kestabilan
  2. Karena permukaan acetabulum dan kaput femoris tidak rata dan halus sehingga mengakibatkan terjadinya luksasio.

Jenis Hip Displasia

 
Hip displasia kiri dan kanan pada anjing
 
Kondisi normal sebagai pembanding

Berdasarkan tingkat keparahannya hip displasia dibagi menjadi tiga, yaitu ringan, sedang dan parah (severe). Pada hip displasia yang ringan, tepi kranial asetabulum nampak datar dan tampak adanya subluksatio kaput femoris (40-50% masih ada di dalam asetabulum). Pada tipe sedang, asetabulum datar dan terjadi subluksatio kaput femoris (20-40% masih di dalam asetabulum) serta adanya pertumbuhan tulang baru di sekitar persendian. Sementara itu pada tipe parah, sebagian besar atau seluruh kaput femoris keluar dari asetabulum dan terdapat banyak pertumbuhan tulang baru di sekitar persendian koksofemoralis [1].

Gejala Klinis

Gejala klinis hip displasia pada anjing muda berjalan lambat dengan adanya tanda-tanda Degenerative Joint Disease, sedangkan pada anjing dewasa timbul secara progresif.[butuh rujukan] Persendian koksofemoralis geraknya mulai terbatas dan urat daging kaki belakang tampak mengecil (atropi).[butuh rujukan] Pada bagian kaki belakang tampak adanya perubahan bentuk misalnya bengkok.[butuh rujukan] Anjing tidak mau melompat atau naik tangga, timbul rasa sakit bila kaki belakang dimanipulasi terutama pada posisi ektensio (diluruskan) bahkan anjing tidak dapat berdiri.[butuh rujukan] Gejala klinis hipdysplasia yang akut sering timbul pada anjing umur kurang dari 12 bulan, sedangkan pada kasus kronis sering ditemukan pada anjing-anjing dewasa [1]. Ketika terjadi hipdysplasia maka dapat disertai dengan pembengkakan acetabulum, penipisan kaput femoris serta lepasnya kapsula persendian [3].

Diagnosa dan Prognosa

Penentuan diagnosa hip displasia didasarkan pada gejala klinis yang muncul, jenis, umur, dikonfirmasi dengan pemeriksaan radiologi (x-ray), manipulasi persendian di bawah anastesi general dan pemeriksaan DNA [3]

Baik buruknya prognosa pada kejadian hip displasia didasarkan pada ada tidaknya kerusakansaraf sciatic atau saraf obturatorius yang dapat mengakibatkan paralisis sementara ataupun permanen dan kerusakan jaringan sekitar persendian [4].

Terapi

Prinsip terapi hip displasia adalah mengurangi rasa sakit pada anjing[3]. Hip displasia pada anjing muda menyebabkan ketidaknyamanan secara tiba-tiba dan terapi yang dilakukan biasanya dikombinasikan dengan istirahat yang cukup dengan mengkandangkan anjing selama 5-7 hari [3]. Pengobatan konservatif yang dapat dilakukan pada anjing muda adalah dengan melakukan kontrol pertumbuhan dengan mengatur pemberian pakan, memberikan pola latihan yang benar, memberikan obat-obat suplemen yang mengandung glukosamin dan kondroitin serta memberikan vitamin c yang cukup dan obat-obat anti inflamasi non steroid [5].

Pada penggunaan terapi bedah dikenal tiga teknik dalam pelaksanaanya. Pertama, dilakukan pemotongan otot pectineous yang berfungsi menjaga kestabilan tulang-tulang pembentuk persendian koksofemoralis [5][3]. Kedua, dilakukan pemotongan kaput femoris (ostektomi) sehingga tidak ada lagi hubungan antara tulang-tulang pembentuk sendi koksofemoralis [5][3]. Dengan melakukan pemotongan caput femoris dapat megurangi rasa sakit yang diakibatkan oleh hubungan antara dua tulang. Anjing post ostektomi masih dapat berjalan dengan normal karena otot-otot pembungkus persendian akan menguat dan mampu menjaga kestabilan kaki belakang. Hal ini normal terjadi seperti pada kaki depan yang hanya bertaut pada otot-otot disekitar persendian bahu. Ketiga, dilakukan hip replacement yaitu pemotongan kaput femoris dan dilakukan pemasangan kaput buatan [5][3]. Operasi ini memerlukan biaya yang cukup besar, komplikasinya cukup tinggi, memerlukan seorang dokter hewan yang betul-betul ahli dan belum pernah dilakukan di Indonesia [5].

Tindakan pencegahan hip displasia adalah dengan memeriksakan kesehatan anjing secara berkala termasuk kondisi persendian kokso femoralis [6]. Pada pembiakan, bila sudah terbukti pejantan atau induk menderita hip displasia sebaiknya tidak dibiakkan. Di beberapa negara maju, pemeriksaan DNA untuk mengetahui kasus hip displasia pada anjing-anjing yang akan dibiakkan sudah dilakukan.

Referensi

  1. ^ a b c d Fossum TW. 2002. Small Animal Surgery. Edisi 2. USA: Mosby.
  2. ^ a b Salmeron et al. 2005. Early Short-term Treatment of Congenital Hip Dysplasia With a Pavlic Harness. Journal of Bone and Joint Surgery - British Volume. Vol 90-B, Issue SUPP_II, 236.
  3. ^ a b c d e f g Bower dan Youngs. 1990. The Health of Your Dog. UK: Butler & Tanner Ltd.
  4. ^ O’Connor JJ. 1989. Dollars Veterinary Surgery: General, Operative, and Regional. Edisi 4. India: CBS Publisher.
  5. ^ a b c d e Crudziak JS dan Ward WT. 2001. Dega Osteotomy for the Treatment of Congenital Dysplasia of the Hip. The Journal of Bone and Joint Surgery (American). Volume 83, halaman 845-854.
  6. ^ Tilley LP dan Smith FWK. 1997. The 5 Minute Veterinary Consult: Canine and Feline. USA: Williams & Wilkins.