Bactrocera
Lalat buah (Bactrocera sp.) merupakan hama yang banyak menyerang buah-buahan dan sayuran, termasuk tanaman cabai. Serangan lalat buah diperkirakan mencapai 4.790 ha dengan kerugian Rp 21, 99 miliar [1]. Lalat buah merupakan salah satu hama penyebab gagalnya panen buah. [2].
Morfologi
Lalat buah dewasa ukurannya sedang dan berwarna kuning dan sayapnya datar. Pada tepi ujung sayap ada bercak-bercak coklat kekuningan [3]. Abdomennya ada pita-pita hitam, sedangkan thoraxnya ada bercak-bercak kekuningan [3]. Ovipositornya terdiri dari tiga ruas dengan bahan seperti tanduk yang keras [3].
Daur Hidup
Dengan ovipositornya, lalat ini menusuk kulit buah [3]. Jumlah telur sekitar 100-120 butir [3] Setelah 2-3 hari, telur akan menetas dan menjadi berenga [3]. Berenga tersebut akan membuat terowongan didalam buah dan memakan dagingnya selama lebih kurang 2 minggu [3]. Berenga yang telah dewasa meninggalkan buah dan jatuh diatas tanah, kemudian membuat terowongan 2-5 cm dan berpupa [3]. Lama masa pupa 7-8 hari [3]. Totaal daur hidupnya antara 23-34 hari, tergantung keadaan udara. Dalam satu tahun lalat ini kira-kira menghasilkan 8-10 generasi [3].
Serangan
Lalat buah merupakan hama yang banyak menyerang buah-buahan dan sayuran.
Gejala serangan
Lalat betina dengan ovipositornya menusuk buah dan meletakkan telurnya dalam lapisan epidermis [3]. Pada waktu menetas, larvanya akan memakan damaging buah hingga warna buah menjadi jelek dan tidak dapat dimakan. Biasanya serangan lalat ini diikuti hama lain. Telur kadang diletakkan tidak hanya di dalam buah, tetapi juga pada bunga dan batang [3]. Btang yang terserang akan menjadi bisul [3]. Sementara itu buahnya akan menjadi kecil dan berwarna kuning [3].
Akibat serangan
Misalnya pada tanaman cabai, Ciri dari cabai yang terkena serangan hama lalat buah adalah warna kulitnya menjadi hitam mengeras, busuk sehingga mengurangi kuantitas dan kualitas hasil produksinya, dan menyebabkan cabai akan gugur sebelum waktunya [4] Akibat serangan lalat buah, buah akan gugur sebelum waktunya, hitam mengeras, dan busuk sehingga mengurangi kuantitas dan kualitas hasil produksinya [4]
Pengendalian
Selama ini, Bractocera dorsalis pada tanaman dapat dikendalikan dengan beberapa cara, diantaranya yaitu insektisida, pemanfaatan musuh alami, pemanfaatan flavonoid dari kulit jeruk manis dan bioinsektisida
insektisida
Tetapi pengendalian dengan insektisida dapat menyebabkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan [5]. Seperti resistensi hama terhadap insektisida, resusgensi, matinya organisme bukan sasaran, dan residu insektsida yang membahayakan apabila dikonsumsi oleh manusia. [5]
Bioinsektisida
Bioinsektida adalah mikroorganisme pengendali serangga [6] . Selain penyakit, kendala utama dalam budidaya tanaman adalah serangan hama [6] . Pada awal infeksi bakteri, serangga akan menunjukkan penurunan aktivitas makan dan cenderung mencari perlindungan di tempat tersembunyi (dibawah daun)[6]. Sementara larva serangga akan mengalami diare, mengeluarkan cairan dari mulutnya, dan mengalami kelumpuhan pada saluran makanan. [6]
pemanfaatan musuh alami
pengelolaan hama Bactrocera dorsalis dengan memnfaatkan keanekaragaman hayati dalam agroekosistem. Seperti Pengendalian Bractocera dorsalis yang sudah dilakukan adalah dengan pemanfaatan musuh alami sebagai agen pengendali. Di mana dalam aplikasinya perlu ditunjang oleh beberapa hal, yaitu teknik perbanyakan inangnya yaitu B. dorsalis dengan menggunakan pakan buatan; eksplorasi, identifikasi musuh alami, yakni parasitopid B. dorsalis serta peranannya dalam pengelolaan hama lalat buah; dan manipulasi musuh alami melalui praktik ogronomis agar efektif sebagai agen pengendali hayati. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) di Bogor telah melakukan serangkaian penelitian pengendalian hama tersebut. Pengendalian yang dipilih menggunakan Minyak Cemara Hantu (Melaleuca braceata) dan minyak selasih (Ocimum sanctum) yang berpeluang menjadi atraktan karena mengandung metil eugenol yang cukup tinggi. Sifatanya sebagai atraktan dapat menarik lalat buah. Akan tetapi tidak membunuhnya.
pemanfaatan flavonoid dari kulit jeruk manis
Karena dalam flavonoid mengandung senyawa yang dapat membunuh lalat buah tersebut. Lalat buah tertarik pada aroma yang dikeluarkan oleh aroma flavonoid, termasuk ke dalam famili Noctuidae dan ordo Lepidoptera. Ngengat berwarna abu-abu sampai kecoklat-coklatan dengan bintik terang dekat sayap. Sayap depan berwarna coklat tua dengan garis-garis yang kurang jelas dan terdapat bintik hitam. sedangkan sayap belakang keputih-putihan dan tepinya bergaris hitam. Ukuran sayap bila direntangkan dapat mencapai 25-30mm.
Referensi
- ^ Media Bisnis Indonesia 2003
- ^ Perhimpunan Etomologi Indonesia. Cabang Bogor. 1999. Prosiding, Perhimpunan Etomologi Indonesia. Bogor:Perhimpunan Entomologi Indonesia, Cabang Bogor
- ^ a b c d e f g h i j k l m n Pracaya.1999. Hama penyakit tanaman. Bogor: Niaga Swadaya
- ^ a b Agrios. 1998. Plant Pathologi. New York: Academic Press.
- ^ a b Kamrin MA. 1997. Pesticide Profiles: Toxicity, Environmental, Impact, and Fate. New York: Lewis Publisher.
- ^ a b c d Agrios. 2010. Petunjuk Praktis Membuat Pestisida Organik. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Rujukan
- Agrios. 1998. Plant Pathologi. New York: Academic Press.
- Media Bisnis Indonesia 2003
- Kamrin MA. 1997. Pesticide Profiles: Toxicity, Environmental, Impact, and Fate. New York: Lewis Publisher.
- Perhimpunan Etomologi Indonesia. Cabang Bogor. 1999. Prosiding, Perhimpunan Etomologi Indonesia. Bogor:Perhimpunan Entomologi Indonesia, Cabang Bogor
- Pracaya.1999. Hama penyakit tanaman.Hlmn 278. Bogor: Niaga Swadaya
Kalie MB. 1996. Bertanam Pepaya. Jakarta: Penebar Swadaya. Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Kamrin MA. 1997. Pesticide Profiles: Toxicity, Environmental, Impact, and Fate. New York: Lewis Publisher. Kardinan. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya. WALHI (Wahana Lingkungan Hidup). 1987. Teropong Masalah Pestisida (Terompet). Jakarta: WALHI. Pomeroy, Robert. 2004. Fisheries co-Management A Fact Sheet for Connecticut Fishermen. Connecticut Sea Grant Extension. Department of Agriculture and Resource Economics University of Connecticut. Prijono D. 1999. Prospek dan strategi pemanfaatan insektisida alami dalam PHT. Di dalam: Nugroho BW, Dadang dan Prijono D, editor. Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida alami, Bogor 9-13 Agustus 1999. Bogor: pusat Kajian PHT IPB. Halaman 1-7. Sabari SD, Broto W, Mulyani T, Yuni S, Pratikno S. 2001. Perbaikan teknologi penyadapan dan pengawetan getah pepaya segar untuk produksi papain. Jurnal Hortikultura 11 (3):196-206.