Teologi Minjung

Revisi sejak 10 Mei 2010 11.25 oleh 58Ranto (bicara | kontrib) (90)

Teologi Minjung adalah sebuah teologi yang berasal dari Korea.Teologi ini dimulai di Korea Selatan pada periode 1970-an. [1] Teologi Minjung adalah hasil upaya sejumlah teolog Korea untuk merumuskan suatu teologi yang bertolak dari keadaan rakyat jelata di negeri mereka.[2] Teologi ini “lahir” pada satu konsultasi atas prakarsa Komisi Teologi Dewan Greja-gereja Nasional di Korea, yang diadakan di Seoul, 22-24 Oktober 1979 dengan tema pokok, “The People of God and the Mission of the Church/Umat Allah dan misi Gereja”.[2]

Arti Kata Minjung

Minjung adalah kosa kata Korea yang terdiri dari dua kata kombinasi Cina yaitu Min dan Jung. Min dapat diterjemahkan sebagai ‘orang-orang/rakyat” dan Jung sebagai “massa/banyak” sehingga Minjung berarti “rakyat banyak”. [1] Jika kata Minjung diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa Inggris menjadi ‘People”/orang banyak, tatapi terjemahan ini tidak mejelaskan maksud asli dari orang-orang Korea.[3] Minjung sebenarnya merujuk kepada orang-orang yang ditekan secara politik, didiskriminasi dan miskin. Dengan kata lain minjung merujuk pada orang-orang yang tidak memilki kekuatan dan lemah dalam kelas mereka, budaya, ras dan agama.[3]

Teologi Minjung

Teologi Minjung tumbuh dari pengalaman perjuangan keadilan. Perjuangan para minjung dalam menuntut keadilan agar dapat menjadi penentu nasibnya sendiri.[4] Teologi Minjung berangkat dari pengalaman orang-orang Kristen Korea Selatan dalam perjuangan untuk keadilan sosial mereka di dalam masyarakat.[4] Teologi ini menjadi teologi yang benar terjadi di dalam masyarakat.[4] Teologi yang berupaya untuk merumuskan suatu teologi yang memperhatikan pergumulan rakyat jelata yang sudah lama tertindas dan hidup dalam penderitaan.[4]

Teologi ini memakai nama Minjung ketika para teolog, pekerja muda, mahasiswa, imam dan pastor, mengadakan pertemuan dan saling bercerita satu sama lain.[5] Teologi Minjung menjadi himpunan dan artikulasi refleksi terhadap rakyat, perkerja remaja wanita yang menderita di pabrik, petani, mahasiswa yang diseret dalam pengedilan militer, para profesor dan wartawan yang diculik.[5] Cerita yang berangkat dari sejarah kebudayaan dan religi rakyat, sehingga Teologi Minjung bukan hanya suatu teologi politis, tetapi teologi rakyat.[5]

Unsur-unsur kebudayaan dan sejarah Korea menjadi ciri khas yang digunakan dalam teologi ini dalam menginterpretasikan Iman Kristen.[2] Kata kunci dari Minjung adalah istilah han, penderitaan tanpa kuasa dan untuk membebaskan diri dari penderitaan tersebut.[2] Tujuan dari teologi Minjung menjadikan Injil Kristus sebagai harapan Minjung untuk memperjuangkan keadilan, persekutuan dan syalom, yang adalah unsur mesianik yang diproklamasikan Kristus.[2]

Teologi Minjung mengarah pada perpekstif kesamaan dalam kehidupan yang sederajat.[6] Dengan memahami pandangan ini kita dapat belajar untuk mengerti Alkitab semakin baik dan melakukannya dalam kesetaraan.[6] Isi Alkitab menyuarakan bahwa Yesus berhubungan dan hidup bersama Minjung.[2] Tidak sekali-kali Ia menjauhkan diri-Nya, malainkan Ia makan dan minum bersama dengan Minjung.[6] Injil Markus 1:22, melaporkan bahwa banyak orang senantiasa tinggal dan bersama-Nya.[6] Orang banyak tersebut adalah Oklos(2:4) yang berarti: mereka yang berhimpun di sekitar Yesus atau mereka ikut dalam kiprah Yesus.[6]

Alkitab sebagai Skema Sejarah dari Minjung

  • Markus 9:35 dan 10:44. “jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu hendaklah dia menjadi yang terakhir dari semuanya, dan pelayan dari semuanya. “ Ini menunjukan kerendahan, Yesus Kristus mau merendah di antara semuanya.[7] Yesus menjadi orang yang merendahkan dirinya dalam kehidupa-Nya. [7]
  • Filipi 2:5-8: Di sini dikatakan bahwa Yesus adalah Tuhan, Dia mau merendah dirinya dan taan sampai mati.[7] Yesus merendahkan dirinya pada posisi paling rendah, sama seperti Minjung.[7]
  • Yesaya 11:1-9: gereja yang benar adalah gereja yang bersekutu/berkumpul.[7] Umat berkumpul menantikan kedamaian yang akan datang.[7] Orang yangberkumpul tersebut bukanlah sekumpulan orang-orang kaya saja, melainkan masyarakat yang percaya.[7] Sama seperti Minjung di mana masyarakat bersama-sama berkumpul.[7]

referensi

  1. ^ a b Scott W. Sunquist, A Dictionary of Asian Christianity, (Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company, 2001), 552
  2. ^ a b c d e f Christiaan De Jonge, Menuju Keesaan Gereja; sejarah, dokumen-dokumen dan tema-tema gerakan oikumenis, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 176.
  3. ^ a b Kim Yong Bock, Minjung Theology; people as the subjects of history, (Singapore: The Commission on Theological Concerns, 1981) - ISBN 9971-948-05-2, 17
  4. ^ a b c d Douglas J. Elwood, Teologi Kristen Asia; tema-tema yang tampil ke permukaan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 356-357.
  5. ^ a b c Samuel Amirtham. John S. Pobee, Teologi Oleh Rakyat; refleksi tentang berteologi dalam jemaat, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 36
  6. ^ a b c d e R.S. Sugirtharajah, Wajah Yesus di Asia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), 262.
  7. ^ a b c d e f g h KIM Yong-Bock, Messiah and Minjung, (Hongkong: Urban Rural Mission)

Pranala Luar