Kijang adalah sebuah kota kecil berjarak kurang lebih 27 km dari Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, Indonesia. Kota ini memiliki populasi yang mayoritasnya adalah orang Melayu dan berbaur dengan pendatang dari berbagai penjuru Indonesia. Pada awalnya PT. Aneka Tambang Tbk. adalah satu-satunya perusahaan yang memonopoli pertambangan di sini, dan menjadi sumber pendapatan dan lapangan pekerjaan dominan. Dengan habisnya bauksit di wilayah ini, PT.Aneka Tambang Tbk yang di kota ini sudah banyak mengurangi aktivitasnya sejak tahun 1990-an.

Kota Kijang merupakan pusat penambangan bauksit Indonesia dan termasuk terbesar di dunia selain Brasil. Kijang memiliki pelabuhan laut yang diberi nama 'Sri Bai Intan', tempat berlabuhnya kapal-kapal penumpang milik PT. Pelni. seperti KM. Sirimau, KM. Kelud dll.

Terkait: [Penyanderaan KM. Kelud di Sekupang Batam][1].

Kijang ini terletak di Kepulauan Riau. Kepulauan Riau yang biasa disingkat dengan KEPRI ini menjadi provinsi ke-32 di Indonesia sejak 2002, dengan beribukota Tanjungpinang (TPI).

Kijang terletak sekitar 27 km dari TPI, transportasi yang dipakai antara Kijang-TPI adalah taksi. Satu hal yang perlu diingat agar tidak kaget saat ingin menggunakan taksi, yaitu taksi di Kijang maupun TPI tidak seperti taksi-taksi pada umumnya di kota besar. Pertama dari bentuknya, kalo di Jakarta kita bisa melihat sedan-sedan soluna yang mulus digunakan sebagai taksi, atau malah kalo di Prancis, mercedes yang jadi taksi, di Kijang-TPI, taksi adalah mobil-mobil jenis sedan yang bisa dibilang sudah agak butut dengan kadang jendela yang macet, cat yang mengelupas dan suara mesin yang kurang enak didengar. Hal yang kedua, kalo di kota-kota lain pada umumnya, saat kita memanggil satu taksi, taksi itu akan jadi milik kita sepenuhnya(hanya kita yang berada di dalam taksi, kecuali jika kita bersama teman2 kita). Nah, kalo dengan taksi di Kijang, we share the taxi, hehe, satu taksi bisa mengangkut 5 orang yang berbeda, jadi fungsinya seperti angkot saja, namun jarak jauh. Surprised? :)

Lalu tentang Kijang sendiri, kota ini bisa dibilang tidak terlalu besar, tidak ada angkot atau transportasi dalam kota, karena rata-rata penduduk Kijang sudah memiliki kendaraan pribadi. Transportasi yang masih aktif adalah ojeg. Baru-baru ini Kijang makin berdebu akibat banyak pembangunan gedung baru. Di Kijang, anak-anak muda hingga orangtua memiliki hobi ngopi, tiap pagi, siang, malam, akan terlihat banyak yang duduk2 di warung kopi dan bercakap2.Jangan heran juga ngeliat saat ada orang memesan kopi susu, dan kopi itu dibuatnya langsung dari kaleng susu kental manis, lalu setelah jadi, ditutup pake kantong plastik, diiket karet, dan dibawa pergi deh. hehe. Juga minuman lain yg biasanya disebut-sebut dengan es teh manis, disini disebutnya Teh Obeng. Kemudian untuk jenis minuman lain, yang kadang disebut dengan jus atau sirup, disini diawali dengan kata ‘aer’ atau ‘air’. Misalnya : aer Jagung, aer tahu, aer merah, aer buah, dll. Yang biasa disebut dengan es campur atau es serut, disini disebut dengan ‘es gunung’.

Di Kijang ada satu kolam yang terletak di dekat Mesjid Raya yang sekarang disampingnya dibangun Akaw(tempat ngopi skalian makan, seperti gerobak2 sate, nasi goreng atau capcai), sebelumnya Akaw ini terletak di sisi lain dari Mesjid. Lalu kolam yang sebelumnya tidak terlalu menarik ini sekarang jadi tempat nongkrong dan diadakan beberapa unit kodok-kodok untuk bermain. Hmm, ide yang cukup bagus.. Lalu di salah satu sisi kolam ada sebuah pohon sakura yang sudah ada sejak zaman penjajahan Jepang dahulu.

Di pusat kota, terdapat monumen tugu pekerja, yang terletak dekat dengan Lapangan terbuka dimana sering diadakan acara-acara musik. Masih berdekatan dengan lap terbuka, ada lapangan tenis yang disebelahnya terdapat Lapangan Sepak Bola yang terletak di belakang perumahan Aneka Tambang. Oh iya, Kijang ini merupakan kota penghasil Bauksit terbesar setelah Brasil, namun dikabarkan Bauksit di Kijang sudah hampir habis dan Perusahaan yang mengelolanya, PT Aneka Tambang, sedang mempersiapkan penutupan PT di Kijang. Wajar saja, bauksit merupakan SDA yang tidak dapat diperbaharui dan sudah mulai digali sejak sekitar 1960, tentu akan habis pada suatu saat.

Nama daerah-daerah di Kijang (setau aku, karena aku sudah jarang berada di kota kelahiranku ini), Barek Motor, Sei Datuk, Sei Nam(Sungai Nam), Kolong Enam, Pasar, Barek Gantung, Barek Betawi, Keke, Tekojo, Tanah Kuning, Tanah Merah, dll. Dan lagi, Pelabuhan Sri Baintan, yaitu pelabuhan kapal besar yang biasa datang dari Dumai atau Jakarta. Kapal-kapal yang biasanya lewat Kijang adalah KM Rinjani, Kerinci, Bukit Siguntang, Ciremai, Lambelu, Dobonsolo, dll.

Di daerah Sei Nam, sangat terkenal dengan rumah makan seafoodnya dengan Gong-gong sebagai makanan pamungkasnya; Gong-gong adalah sejenis kerang yang biasanya disajikan dengan saus sambal+kacang. Kemudian ada Otak-otak jg yang sangat digemari banyak orang dari daerah ini. Maka, kalo anda ke Kijang, jangan lupa jalan-jalan ke Sei Nam. Lalu satu jenis makanan juga yang jangan sampai ketinggalan untuk dicoba, orang-orang Kijang menyebutnya ‘Mie Lendir’, tapi jangan jijik dl.. mie ini enak sekali lho, teman-teman… Aku belum sempat bertanya-tanya pada penjualnya, namun nanti kalo aku pulang, aku akan tanya apa saja ingredient-nya. hehe.

Kalo membicarakan kepulauan, pasti deket-deket laut lah ya… ada pantai yang indah yang terletak diantara Kijang dan TPI, namanya Pantai Trikora. Kalo dari Kijang menuju ke pantai ini menempuh waktu sekitar 2 jam. Kalo berkunjung ke Kijang atau TPI, sebaiknya mampir juga kesana, dan jangan lupa untuk singgah di resto-warung membeli otak-otak sebelum sampai kesana.

Lalu tiap KM menuju ke Tanjungpinang disebutnya dengan Batu. Jadi misalnya ada salah satu teman yang tinggal di KM 20 : “Teman aku tinggal di Batu 20″, dengan mengingat KM 1 nya terletak di Tanjungpinang.

Bahasa yang dipakai di Kijang adalah bahasa Melayu, dimana untuk sesama teman, orang-orang menggunakan kata “engkau” yang biasa disingkat menjadi “ngko” atau “nko” kalo di sms, dan “aku” untuk menyebut diri sendiri. Kalo penggunaan kata “Awak” agak bias dsn, karena terkadang berarti “kamu” tapi kadang juga berarti “saya”. Namun, di Kijang, kebanyakan kata “awak” itu untuk menunjuk ke “kamu”.

Banyak hal lucu yang terjadi menyangkut perbedaan bahasa saat aku pindah sekolah ke Bandung. Contohnya kata ‘kemarin’, saat aku di Bandung, semua orang mengartikan kata itu sebagai ’sehari sebelum hari ini’, sedangkan di Kijang, ‘kemarin’ itu sangat tidak tentu, bisa saja 3 hari atau seminggu sebelum hari ini. Sedangkan di Kijang, yang disebut ’sehari sebelum hari ini’ adalah ’semalam’, dimana di Bandung kata ’semalam’ untuk menyebutkan ‘kemarin malam’.

Maka saat aku mengatakan kepada teman sekelasku di Bandung, “Semalam aku lari di lapangan Gasibu”, dia mengerenyitkan alis dan bertanya, “Ngapain lu malam-malam lari di gasibu?”, hahahahaha. Padahal maksudku adalah kemarin pagi.

Cara-cara menuju Kijang dari Jakarta - Naik kapal besar dari Tg.Priok, kisaran harga 100-400, turun langsung di Kijang. Lama perjalanan : satu hari. - Naik pesawat dari Jakarta ke Batam (Hang Nadim), kisaran harga tidak tentu, tergantung bulan. Lalu ambil taksi dari bandara ke pelabuhan Telaga Punggur (kisaran harga: 70000 rupiah). Kemudian nyebrang pake kapal feri ke Tanjungpinang (kisaran harga sekitar 45000 rupiah, lamanya: lebih kurang satu jam). Baru dari Tanjungpinang, pake taksi ke Kijang. (harga taksi sekarang aku sudah tidak tau, tetapi siapkan saja 20000 rupiah). Lama waktu dari Tanjungpinang ke Kijang adalah sekitar 45 menit atau paling lama 1 jam.

Well, mungkin untuk sebagian besar orang yang sudah terbiasa dengan kehidupan di kota besar, tidak akan betah tinggal di Kijang. Tapi buat aku, Kijang is the most comfortable place for me to go on vacation..