Preposisi

Kata yang merangkaikan kata-kata atau bagian kalimat
Revisi sejak 11 Mei 2010 07.39 oleh JAnDbot (bicara | kontrib) (bot Menambah: ms, sr Membuang: fr Mengubah: fa)

Preposisi (Bahasa Latin: prae, "sebelum" dan ponere, "menempatkan, tempat") atau kata depan adalah kata yang merangkaikan kata-kata atau bagian kalimat dan biasanya diikuti oleh nomina atau pronomina. Preposisi bisa berbentuk kata, misalnya di dan untuk, atau gabungan kata, misalnya bersama atau sampai dengan.

Penggolongan

Cara penggolongan preposisi bervariasi tergantung dari rujukan yang digunakan. Berikut salah satu cara penggolongan yang dapat digunakan:

  1. Preposisi yang menandai tempat. Misalnya di, ke, dari.
  2. Preposisi yang menandai maksud dan tujuan. Misalnya untuk, guna.
  3. Preposisi yang menandai waktu. Misalnya hingga, hampir.
  4. Preposisi yang menandai sebab. Misalnya demi, atas.

Di, ke, dari

Penulisan preposisi ini ditulis terpisah, contoh: di dalam, ke tengah, dari Surabaya.

Perkecualian untuk hal ini adalah:

  • kepada
  • keluar (sebagai lawan kata "masuk", untuk lawan kata "ke dalam", penulisan harus dipisah, "ke luar")
  • kemari
  • daripada

Dimana, di mana

Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan "Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada."

Untuk menghubungkan dua klausa tidak sederajat, bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk "di mana" atau "dimana" (padanan dalam bahasa Inggris adalah "who", "whom", "which", atau "where") atau variasinya ("dalam mana", "dengan mana", "yang mana", dan sebagainya)[1]. Penggunaan "dimana" atau "di mana" sebagai kata penghubung sangat sering terjadi pada penerjemahan naskah dari bahasa-bahasa Indo-Eropa ke bahasa Indonesia. Pada dasarnya, bahasa Indonesia hanya mengenal kata "yang" sebagai kata penghubung untuk kepentingan itu, dan penggunaannya pun terbatas. Dengan demikian, HINDARI PENGGUNAAN BENTUK "DI MANA" DAN "DIMANA"[1], termasuk dalam penulisan keterangan rumus matematika. Kaidah tata bahasa Indonesia memiliki kosa kata yang cukup untuk menterjemahkan "who", "where", "which", "whom" tanpa menggunakan kata "di mana" atau "dimana". Contoh-contoh:

  • Dari artikel Kantin: Kantin adalah sebuah ruangan dalam sebuah gedung umum di mana para pengunjung dapat makan.
    • Usul perbaikan: Kantin adalah sebuah ruangan di dalam sebuah gedung umum yang dapat digunakan (oleh) pengunjungnya untuk makan.
F = gaya (newton)
L = panjang m).[sic]
    • Usul perbaikan (rubah struktur kalimat): Jika
F = gaya (newton) dan
L = panjang (m),

maka tegangan permukaan S dapat ditulis sebagai S = F / L.

  • Dari kalimat bahasa Inggris: Land which is to be planted only with rice.
    • Usul terjemahan: Lahan yang akan ditanami padi saja.
  • Sebuah kalimat bahasa Indonesia: Ia kembali ke Jakarta, di mana ia dilahirkan (yang bila diterjemahkan ke bahasa Inggris secara tata bahasa benar)
    • Usul perbaikan: Ia kembali ke Jakarta, tempat ia dilahirkan

Kekisruhan ini mungkin disebabkan pengaruh oleh Ejaan Soewandi (1947) yang mengharuskan penulisan diserangkai dengan kata yang mengikutinya, baik sebagai kata depan maupun sebagai awalan.

Di mana

Penggunaan "di mana" (selalu ditulis terpisah) yang betul adalah pada kalimat tanya, misalnya: "Di mana buku saya?"[1]

Referensi

  1. H. Alwi; Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, Anton M. Moeliono (1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 

Catatan kaki