Ali Audah ialah seorang pengarang sastra Indonesia modern. Ali Audah lahir tanggal 14 Juli 1924 di Bondowoso, Jawa Timur. Ayahnya bernaa Salim Audah dan ibunya bernama Aisyah Jubran. Pada saat usia Ali Audah 7 tahun, ayahnya meninggal dunia. Saat itu, keempat saudara Ali Audah belum ada yang bekerja. Mereka diasuh oleh ibu mereka dengan sabar dan bijaksana.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, ibu Ali Audah bersama dengan kelima anaknya pindah ke Kota Kewedanan. Di kota itu, ibu Ali Audah membuka restoran, tapi tidak bertahan lama sebab restoran itu selalu merugi. Selanjutnya, Ali Audah pindah ke sebuah desa industri di dekat Surabaya. Di tempat itu, hidup mereka ditanggung oleh kakak Ali Audah yang bekerja di perusahaan tenun.

Latar Belakang Kesasteraan

Saat pendudukan Jepang, Ali Audah menulis cerpen, kemudian cerpen itu dikirimkannya ke majalah yang terbit di Jakarta. Namun, karangannya itu tidak ada satu pun yang dibuat. Hal itu tidak membuatnya putus asa. Ia terus berusaha semakin banyak membaca dan mengarang.

Pada tahun 1946, Ali Audah mengikuti lomba mengarang sandiwara di Jawa Timur. Tanpa disangka ia menang dalam perlombaan itu. Dengan kemenangan itu, Ali Audah mencoba menulis sajak, kemudian sajak-sajaknya itu dikirimkan ke majalah Sastrawan yang terbit di Malang.[1]

Setelah pindah ke Solo, ia berkenalan dengan beberapa pengarang dan seniman seperti Muhammad Dimyati. Menurutnya, Muhammad Dimyati mempunyai jasa yang sangat besar di bidang kesusasteraan dan kebudayaan. Pada tahun 1953, setelah terkena penyakit jantung dan paru-paru, Ali Audah berhenti bekerja. Semenjak itu, ia hidup dari hasil karangannya. Ali Audah mendapat hadiah pertama dalam menulis biografi dan filsafat penyair Pakistan, Mohammad Iqbal.

Motivasi Ali Audah menjadi pengarang adalah karena ingin berbicara. Banyak masalah yang menekan perasaan dan pikirannya, tetapi ia tidak mengerti cara mengatakannya. Ali Audah ingin menyatakan pikiran dan perasaan yang berkecamuk di dalam pikirannya, tetapi ia tidak pandai bicara.

Ali Audah kini lebih dikenal sebagai seorang penerjemah daripada sastrawan. Dua puluh tahun lebih ia menerjemahkan buku-buku sastra, filsafat, dan agama. Lebih lanjut, Ali Audah mengkhususkan diri dalam menerjemahkan karya sastra Arab modern. Pengkhususan itu dilakukan atas dorongan Asrul Sani. Ali Audah juga mempunyai perhatian yang besar dalam pengajaran sastra di sekolah.[2]

Karya-karya

Ali Audah menulis di berbagai majalah dan surat kabar berawal tahun 1946. Majalah yang memuat karya Ali Audah antara lain Sastra, Zenit, Indonesia, Kisah, Mimbar Indonesia, Roman, Konfrontasi, Gema Islam, dan Sasterawan.

Referensi

  1. ^ (Inggris) Kratz EU. 1988. Bibliography of Indonesia Literature in Journals. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
  2. ^ Jaruki M. 1996. Tanggapan Dunia Ali Audah. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.