Bioinsektisida adalah bahan-bahan alami yang bersifat racun serta dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, mempengaruhi hormon, penghambat makan, membuat mandul, sebagai pemikat, penolak, dan aktifitas lainnya yang dapat mempengaruhi organisme pengganggu tanaman [1] . Penggunaan bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif penggunaan insektisida sintetik yang sering disebut pestisida nabati atau bioinsektisida [2]. Tumbuhan yang dikenal terlebih dahulu berfungsi sebagai bioinsektisida dan telah diproduksi secara komersial diberbagai negara adalah Chrysanthemum cenerariaefolium (piretrin), Nicotiana tabacum (nikotin), dan Derris spp. (rotenon) [3] .

Struktur Nikotin (Nicotiana tabacum)yang merupakan salah satu Bioinsektisida dan telah diproduksi secara komersial di beberapa negara.

Potensi Bioinsektisida

Bioinsektisida dapat dijadikan sebagai solusi pemecahan masalah penggunaan insektisida sintetik [4].Hal ini dikarenakan aplikasi bioinsektisida pada umumnya tidak menimbulkan residu sehingga aman bagi kesehatan manusia [4]. Selain itu konsumen dalam negeri maupun luar negeri banyak yang mensyaratkan bahwa produk yang mereka beli harus bebas dari pengaruh insektisida sintetik.[4]. Peningkatan permintaan terhadap bahan organik ini tidak ditentukan oleh pendapatan konsumen melainkan kesadaran akan pentingnya komoditas organik Hal inilah yang menjadi keunggulan bioinsektisida [4].

Getah pepaya sebagai salah satu bahan bioinsektisida

Getah Pepaya dapat menjadi salah satu bahan bioinsektisida [5]. Pada umunya,tumbuhan menghasilkan senyawa primer dan sekunder melalui lima jalur biosintesis yaitu metabolisme gula, lintasan asetat malonat, lintasan asetat mevalonat, lintasan sikimat, dan metabolisme asam amino [6]. Senyawa primer dan sekunder ini pada tumbuhan dalam bentuk yang berbeda-beda [6]. Getah merupakan salah satu senyawa primer yang dihasilkan tumbuhan yang berupa suatu materi hasil fotosintesis dan keluar pada saat tanaman mengalami luka [7]. Getah biasanya berupa cairan kental berwarna putih susu dan lengket dengan berat jenis 1,038 g/cm3, kadar air 82,02% dan kandungan aktivitas proteolitiknya 307,8 MCU [7]. Pada umumnya seluruh bagian tanaman pepaya mengandung getah, namun bagian yang paling banyak mengandung getah adalah pada bagian buahnya [5].

Referensi

  1. ^ Agrios. 1998. Plant Pathologi. New York: Academic Press.
  2. ^ Kardinan. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya.
  3. ^ Prijono D. 1999. Prospek dan strategi pemanfaatan insektisida alami dalam PHT. Di dalam: Nugroho BW, Dadang dan Prijono D, editor. Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida alami, Bogor 9-13 Agustus 1999. Bogor: pusat Kajian PHT IPB. Halaman 1-7.
  4. ^ a b c d Hamijaya MZ dan Asikin A. 2005. Teknologi ”Indiggenous” dalam mengendalikan hama padi di Kalimantan Selatan. Dalam Simposium Nasional, Ketahanan dan Keamanan Pangan pada Era Otonomi dan Globalisasi. Bogor 22 November 2005.
  5. ^ a b Kalie MB. 1996. Bertanam Pepaya. Jakarta: Penebar Swadaya.
  6. ^ a b Moore TC. 1989. Biochemistry and Physiology of Plant Hormones. Edisi-2. New York: Springer-Verlag.
  7. ^ a b Sabari SD, Broto W, Mulyani T, Yuni S, Pratikno S. 2001. Perbaikan teknologi penyadapan dan pengawetan getah pepaya segar untuk produksi papain. Jurnal Hortikultura 11 (3):196-206. Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Perbaikan teknologi penyadapan dan pengawetan getah pepaya segar untuk produksi papain" didefinisikan berulang dengan isi berbeda