Malam Satu Suro

film Indonesia tahun 1988
Revisi sejak 8 Juni 2010 14.54 oleh Ennio morricone (bicara | kontrib) (perbaikan kecil)

Malam Satu Suro adalah film horor Indonesia tahun 1988 dengan disutradarai oleh Sisworo Gautama dan dibintangi oleh Suzanna dan Fendi Pradana. Film ini didistribusikan oleh Soraya Intercine Films.

Malam Satu Suro
SutradaraSisworo Gautama
ProduserRaam Soraya
Ditulis olehTim Soraya Film
PemeranSuzanna
Fendi Pradana
Johny Matakena
Soendjoto Adibroto
Nurnaningsih
Belkiez Rachman
Karsiman Gada
Eddy Gunawan
Bokir
Dorman Borisman
Rengga Takengon
Rachelle
Ratih Moortri
Diana Suarkom
Henky Nero
SinematograferSubakti IS
DistributorSoraya Intercine Films
Tanggal rilis
1988
Durasi84 menit
NegaraIndonesia

Sinopsis

Templat:Spoiler Arwah Suketi (Suzanna), seorang wanita muda yang mati bunuh diri karena diperkosa, tidak beristirahat dengan tenang. Arwah Suketi yang gentayangan berwujud sundel bolong kemudian ditangkap dari kuburannya oleh seorang dukun sakti untuk dijadikan anak angkatnya. Dukun itu menancapkan paku keramat ke kepala arwah Suketi, dan sundel bolong itu pun menjadi manusia kembali. Suatu hari dua orang pemuda sedang berburu di hutan dan tak sengaja bertemu Dengan Suketi. Bardo (Fendi Pradana) dan Suketi langsung saling jatuh cinta dan Bardo berniat melamar Suketi. Awalnya lamarannya ditolak oleh sang Dukun, ayah angkat Suketi, namun akhirnya disetujui setelah permohonan Bardo yang tulus. Mereka menikah pada "Malam satu Suro" (Tanggal 1 Sura, penanggalan Jawa).

Beberapa tahun kemudian Suketi dan Bardo berkeluarga dengan bahagia dengan kedua anak mereka, Rio dan Preti. Keluarga mereka juga kaya raya karena konon bila menikahi Sundel bolong maka seseorang akan menjadi kaya raya. Suatu hari seseorang melamar kerja di kantor Bardo namun ditolak. Orang itu menyimpan dendam dan berniat menjatuhkan Bardo. Orang itu datang ke seorang dukun dan mengetahui bahwa istri bardo dulunya adalah Sundel Bolong. Dukun dan orang itu datang ke rumah Bardo dan mencabut paku yang menancap di kepala Suketi, sehingga Suketi berubah kembali menjadi Sundel Bolong. Malam itu Bardo menemui mertuanya dan menyatakan kalau Suketi sebenarnya adalah Sundel Bolong. Suketi yang menjadi Sundel Bolong sangat marah karena kehidupannya yang telah bahagia dirusak. Preti kemudian diculik oleh kawanan penjahat yang berkomplot dengan dukun jahat. Penjahat itu meminta tebusan uang, namun dalam proses penebusannya Preti terbunuh secara tidak sengaja oleh salah satu penjahat. Suketi menjadi marah besar dan mengamuk setelah tahu bahwa anaknya terbunuh. Sundel Bolong Suketi mulai melangsungkan balas dendamnya kepada komplotan penjahat tersebut dengan cara-cara yang kejam namun unik.

Suketi yang sedih berniat untuk kembali ke keluarganya, dia bermain piano dengan menyanyikan lagu Vina Panduwinata "Selamat Malam" sehingga Rio dan ayahnya terbangun. Mereka dengan sedih berpisah dengan Suketi dan menyatakan bahwa alam mereka berbeda. Suketi kemudian berkata "Arwahku akan gentayangan sebelum dendamku terbalas" sebelum pergi. Suketi yang dirundung duka dan dendam kemudian menggali kuburan anaknya dan menggendongnya di atas peti mati. Suketi kemudian mulai mengganggu masyarakat di sekitar kuburan tersebut, diantaranya seorang tukang bakpau yang sedang pulang dan hansip Bokir dan Dorman Borisman yang menyanyikan lagu "Tembok Derita". Di saat bersamaan, saat lari ketakutan mereka kemudian menumpang ojek yang tak lain adalah salah satu dari komplotan penjahat. Bokir dan Dorman pingsan karena diikuti Sundel Bolong Suketi yang mengenal penjahat tersebut. Sundel Bolong Suketi kemudian membunuh satu persatu penjahat yang telah menghancurkan keluarganya. Akhirnya Suketi berhasil membalaskan dendamnya, dan diiringi tangis, dia menitipkan pesan kepada Bardo dan Rio dan pulang ke alam baka.

Pranala luar