Malam Satu Suro

film Indonesia tahun 1988
Revisi sejak 11 Juni 2010 08.13 oleh Ennio morricone (bicara | kontrib) (perbaikan kecil)

Malam Satu Suro adalah film horor Indonesia tahun 1988 dengan disutradarai oleh Sisworo Gautama Putra dan dibintangi oleh Suzanna dan Fendy Pradana. Film ini dikenal dengan alur ceritanya yang unik karena tidak mengetengahkan sang hantu sundel bolong sebagai tokoh antagonis seperti umumnya di perfilman nusantara kala itu, namun sebagai tokoh utama / protagonis. Film ini didistribusikan oleh Soraya Intercine Films.

Malam Satu Suro
SutradaraSisworo Gautama Putra
ProduserRam Soraya
Ditulis olehNaryono
PemeranSuzanna
Fendy Pradhana
Johny Matakena
Soendjoto Adibroto
Nurnaningsih
Belkiez Rachman
Karsiman Gada
Eddy Gunawan
Bokir
Dorman Borisman
Rengga Takengon
Rachelle
Ratih Moortri
Diana Suarkom
Henky Nero
SinematograferSubakti IS
PenyuntingMuryadi
DistributorSoraya Intercine Films
Tanggal rilis
1988
Durasi84 menit
NegaraIndonesia

Sinopsis

Templat:Spoiler Arwah Suketi (Suzanna), seorang wanita muda yang mati bunuh diri karena diperkosa, tidak beristirahat dengan tenang. Arwah Suketi yang gentayangan berwujud sundel bolong kemudian ditangkap dari kuburannya oleh seorang dukun Jawa sakti untuk dijadikan anak angkatnya. Dukun Jawa itu berkata: "Suketi, manuta nduk, kowé arep takdadikké anak angkatku." ("Suketi, menurutlah nak, engkau akan kujadikan anak angkatku."). Dia kemudian menancapkan paku keramat ke kepala arwah Suketi, merapal mantera kuna berbahasa Jawa dan sundel bolong itu pun menjadi manusia kembali. Suatu hari dua orang pemuda sedang berburu kelinci di hutan. Bardo Ardiyanto (Fendi Pradana), sang emburu tersebut nyaris membunuh buruannya, namun dihalangi oleh seorang wanita cantik, dia pun penasaran akan wanita tersebut dan akhirnya bertemu dengan Suketi. Bardo dan Suketi langsung saling jatuh cinta dan Bardo berniat melamar Suketi. Awalnya lamarannya ditolak oleh sang Dukun, ayah angkat Suketi, namun akhirnya disetujui setelah permohonan Bardo yang tulus. Mereka menikah pada "Malam satu Suro" (Tanggal 1 Sura, penanggalan Jawa).

Beberapa tahun kemudian Suketi dan Bardo berkeluarga dengan bahagia dengan kedua anak mereka, Rio dan Preti. Keluarga mereka juga kaya raya karena konon bila menikahi Sundel bolong maka seseorang akan menjadi kaya raya. Suatu hari seseorang melamar kerja di kantor Bardo namun ditolak. Orang itu menyimpan dendam dan berniat menjatuhkan Bardo. Orang itu datang ke seorang dukun dan mengetahui bahwa istri bardo dulunya adalah Sundel Bolong. Dukun dan orang itu datang ke rumah Bardo dan mencabut paku yang menancap di kepala Suketi, sehingga Suketi berubah kembali menjadi Sundel Bolong. Malam itu Bardo menemui mertuanya dan menyatakan kalau Suketi sebenarnya adalah Sundel Bolong. Suketi yang menjadi Sundel Bolong sangat marah karena kehidupannya yang telah bahagia dirusak. Preti kemudian diculik oleh kawanan penjahat yang berkomplot dengan dukun jahat. Penjahat itu meminta tebusan uang, namun dalam proses penebusannya Preti terbunuh secara tidak sengaja oleh salah satu penjahat. Suketi menjadi marah besar dan mengamuk setelah tahu bahwa anaknya terbunuh. Sundel Bolong Suketi mulai melangsungkan balas dendamnya kepada komplotan penjahat tersebut dengan cara-cara yang kejam namun unik.

Suketi yang sedih berniat untuk kembali ke keluarganya, dia bermain piano dengan menyanyikan lagu Vina Panduwinata "Selamat Malam" sehingga Rio dan ayahnya terbangun. Mereka dengan sedih berpisah dengan Suketi dan menyatakan bahwa alam mereka berbeda. Suketi kemudian berkata "Arwahku akan gentayangan sebelum dendamku terbalas" sebelum pergi. Suketi yang dirundung duka dan dendam kemudian menggali kuburan anaknya dan menggendongnya di atas peti mati. Suketi kemudian mulai mengganggu masyarakat di sekitar kuburan tersebut, diantaranya seorang tukang bakpau yang sedang pulang dan hansip Bokir dan Dorman Borisman yang menyanyikan lagu "Tembok Derita". Di saat bersamaan, saat lari ketakutan mereka kemudian menumpang ojek yang tak lain adalah salah satu dari komplotan penjahat. Bokir dan Dorman pingsan karena diikuti Sundel Bolong Suketi yang mengenal penjahat tersebut. Sundel Bolong Suketi kemudian membunuh satu persatu penjahat yang telah menghancurkan keluarganya. Akhirnya Suketi berhasil membalaskan dendamnya, dan diiringi tangis, dia menitipkan pesan kepada Bardo dan Rio dan pulang ke alam baka.

Pemeran

Pembuatan

Film ini setelah disyuting kemudian diproses dan disunting di Hong Kong Color Movie Lab di Hong Kong dan studio Inter Pratama di Jakarta.

Pranala luar