TEKS oleh, Ahans Mahabie


Apakah teks itu?,. Istilah teks sering kali kita perdengarkan dan perbincangkan dalam berbagai kegiatan di berbagai disiplin ilmu. Kesusastraan khususnya, yang syarat akan seni dan imajinasi. dalam disiplin ini teks berperan sebagai istilah untuk melebih-lebihkan (menjadikan makna itu lebih luas) maksud dari seseorang (penulis), dan merupakan dunia tersendiri bagi pembacanya. Teks juga membentuk bagian dalam disiplin ilmu bahasa (lingustics), dan teks sangat erat dengan analisis suatu wacana, meskipun substansi dari sebuah wacana tidaklah mempunyai arti yang baku (single meaning). Artinya, teks bisa jadi tidak seluas seperti yang diperbincangkan dalam wacana. Stubbs (1983) berpendapat bahwa teks dan wacana kurang lebih mempunyai arti sama, tapi dalam penggunaannya teks itu tertulis sedangkan wacana di perbincangkan, teks mungkin tidak seinteraktif wacana, teks itu bisa pendek dan bisa panjang tapi wacana sudah pasti panjang, teks diposisikan pada awal atau permukaan dalam sebuah perpaduan sedangkan wacana jauh lebih dalam. Akhirnya Stubbs menuliskan bahwa beberapa dari teori yang ada membedakannya dalam pembentukan teori yang abstrak dan realisasi yang pragmatis (Jeremy Hawthorn). Pada umumnya teks diartikan lebih luas daripada wacana, karenanya bisa berperan sebagai media elemen-elemen lain untuk masuk kedalamnya seperti elemen stylistika dan narasi didalamnya, dengan begitu teks mempunyai arti yang lebih luas dari pada wacana. Geofrey Leech dan Michael Short juga mengatakan bahwa “wacana” adalah sebuah komunikasi kebahasaan, seakan-akan sebuah transaksi antara pembicara dan pendengar, sehingga terbentuk aktifitas interpersonal dimana pembicara sangat menentukan arti dan tujuannya. Sedangkan “teks”, adalah sebuah komunikasi kebahasaan baik lisan maupun tulisan, seolah itu sesuatu yang sederhana akan tetapi mengandung pesan baik dalam pendengaran dan pengelihatan (Jeremy Hawthorn). Roland Barthes berpandangan bahwa teks adalah sebuah ‘kenikmatan’, mengapa demikian?,. Menurutnya teks bisa mengakibatkan pergeseran atau perubahan ke tempat dan tingkat yang lebih tinggi dari sebuah petanda. Karyanya “The Pleasure of The Text” menerangkan bahwa maksud dari teori tentang teks adalah bagaimana mengelaborasikan (menjadikannya lebih luas) sebuah objek dari kritik post-strukturalis dan bahkan konsepnya. Menurutnya, teks itu terbentuk dalam sebuah ruang dimana didalamnya terdapat hubungan antara pembaca dan sebuah tulisan, ruang disini adalah sebuah tempat didalamnya berlangsung produktifitas dari sebuah penulisan. Teori tentang teks juga dikembangkan dalam sebuah jurnal “Tel Quel” pada tahun 1960-an oleh (Barthes, Derrida, Kristeva, dan Sollers), yang mengemukakan bahwa teks menggantikan kebiasaan berfikir pada sebuah kegiatan kesusastraan, atau bahkan sastra itu sendiri. Dimana kegiatan tersebut akan membongkar sebuah objek atau karya sastra, dan diakhiri dengan sebuah penulisan dengan melampirkan sebuah tema tentangnya sebagai sampul buku. Teks oleh Barthes juga diartikan sebagai lahan dari sebuah metodologi, dimana hanya aktifitas dan produktifitas lah yang akan dijadikan sebuah pengalaman (from work to text), hingga bisa diwujudkan kedalam sebuah penulisan (Robert Young). Dari beberapa uraian diatas tentang devinisi sebuah teks, setidaknya bisa kita simpulkan bahwa teks itu membentuk sebuah bagian dalam disiplin ilmu bahasa (lingustics), dan mempunyai arti yang sangat luas yang sangat berbeda dengan sebuah wacana dalam esensinya, meskipun kadang diartikan sama. Teks itu terbentuk dalam sebuah ruang dimana didalamnya terdapat hubungan antara pembaca dan sebuah tulisan, ruang disini adalah sebuah tempat didalamnya berlangsung produktifitas dari sebuah penulisan, semakin penulisan itu produktif maka makna teks akan semakin luas pula. Teks menggantikan kebiasaan berfikir pada sebuah kegiatan kesusastraan, dan juga sebagai lahan dari sebuah metodologi. Dimana kegiatan tersebut akan membongkar sebuah objek atau karya sastra dimana aktifitas dan produktifitas menjadi bekal untuk mewujudkan sebuah penulisan.

  Daftar Pustaka

Hawthorn, Jeremy “A Concise Glosary of Contemporary Literary Theory” second edition, Edward Arnold a member of the Hodder Headline Group London New York Merlbourne Auckland. Young, Robert “Untying The Text: A Post-Structurallist Reader”, Roudledge & Kegan Paul, London and New York.