Perang Aceh (1896-1901)

artikel daftar Wikimediа
Revisi sejak 20 Juni 2010 19.04 oleh AABot (bicara | kontrib) (bot kosmetik perubahan)

Perang Aceh (1896-1901) adalah masa operasi militer ofensif di bawah pimpinan JW. Stemfoort, Jan Jacob Karel de Moulin, Jacobus Augustinus Vetter dan Joannes Benedictus van Heutsz.

Latar belakang

 
Kelompok perwira Batalyon IX.

Jend. J.A. Vetter dikirim ke Aceh bersama-sama dengan kolonel infanteri J.W. Stemfoort dan mayor staf jenderal Breijer. Mereka bertolak pada tanggal 2 April bersama Batalyon IX dan tiba 5 hari kemudian di Ulee Lheue, 2 hari kemudian tibalah Batalyon VI dan seorang pendaki gunung. Pemerintah melihat keadaan sekarang berbahaya dan tidak ragu bertindak. Alasan sesungguhnya di balik penolakan Teuku Umar masih gelap. Tuduhan terhadap kontrolir K.W. Gisolf dan jaksa agung Mohammad Arif atas penyebab dugaan tindakan penghinaan atas dirinya dan lain-lain yang diajukannya kepada gubernur tidak berdasar dan dicabut dalam surat kedua. Dalam surat terakhir tanggal 12 April, Umar mengetahui pandangannya berubah menjadi kekecewaan karena tiadanya penghargaan kerajaan yang dianugerahkan untuk jasanya. Saat masih diberikan 150.000 gulden per bulan, ia masih berkomitmen menjaga suasana di Aceh. Tawaran yang sama diulanginya dalam surat yang diperuntukkan kepada komisaris pemerintah, yang pada tanggal 25 April menyelesaikan klaim tersebut hingga "ekstradisi senjata yang dipasok sesegera mungkin, penghancuran pertahanan yang berada di VI Mukim, pembandunan parit dan lubang, serta penyerahan kepada pemerintahan yang diperbaharui."

Kembali ke garis konsentrasi 1886

 
Pos penjagaan

Namun, Teuku Umar menunggu dan melakukan pendekatan, memperkuat diri di VI Mukim dekat batas daerah terbuka di depan garis Belanda dan lebih ke belakang hingga Lampisang, di mana ia memiliki 2.000 pejuang terlatih. Di seberang pertahanan itu, pasukan Belanda memiliki barisan yang kuat yang dibentuk selama penghapusan garis terdalam batalyon medan yang sepenuhnya kosong. Di saat yang sama, Jend. Christoffel Deykerhoff mengendalikan pemerintahan sipil dan militer di Aceh dan Jajahannya melalui telegraf; pemerintahan sipil diserahkan kepada residen KFH. van Langen. Komandan militer yang baru, Kol. Stemfoort, pada tanggal 10 April pergi ke Lamkunyit dan Bilul bersama dengan 1 batalyon infanteri dan detasemen serta persenjataan lainnya.

Dalam perjalanan pergi dan kembali, barisan tersebut mendapatkan serangan. Karena tujuan utamanya untuk menghukum Teuku Umar dan berhubungan dengan pos-pos di dalam, komisaris pemerintah harus mengeluarkan surat keputusan, pos-pos di garis terdalam tidak hanya dihancurkan namun juga dirusak, kecuali di Cot Goe, yang memang menguntungkan untuk tempat beradanya garis konsentrasi. Di hari ke-14, kerja besar yang banyak menemui kesulitan dan memerlukan kekuatan besar itu selesai; hanya untuk menghancurkan Aneuk Galong, Lambarih, Senelop dan Lam Sut yang dilakukan oleh Batalyon VI, IX, XII, dan XIV, 2 baris artileri gunung dan pasukan pembantu yang mengorbankan 5 perwira dan 50 orang lainnya sampai terbunuh dan sekitar 200 orang terluka. Pos sementara dihancurkan, dan kemudian pasukan kembali ke garis konsentrasi yang telah ditetapkan di tahun 1886.

Operasi militer terhadap Teuku Umar

Operasi selanjutnya

Ekspedisi Pedir

Operasi militer selanjutnya

Rujukan

  • Terwogt WA. 1900. Het land van Jan Pieterszoon Coen. Geschiedenis van de Nederlanders in oost-Indië. Hoorn: P. Geerts.
  • Kepper G. 1900. Wapenfeiten van het Nederlands Indische Leger. Den Haag: M.M Cuvee.
  • Nieuwenhuijzen WC. 1897. De politiek van de oorlog in Atjeh. Indisch Militair Tijdschrift. Halaman 1, 85, 157, 237, 337, 413, 493, 579, 663, 733, 819 dan 917 (12 edisi)
  • Kruisheer A. 1913. Atjeh 1896. Batavia: NV Boekhandel Visser en Co.