Babad Arya Tabanan adalah tulisan dari lontar kuno yang dapat ditemukan di Puri (Keraton) di Tabanan, seperti Puri Gede Kerambitan, Puri Anom Tabanan dan lainnya.

Babad ini menceritakan awal ekspedisi Majapahit ke Bali yang dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada dan Arya Dhamar (Adityawarman). Dalam babad ini disebutkan ada kesatriya keturunan Kediri yang bersaudara :

Masing-masing kesatria ini memimpin pasukannya menyerang dari segala penjuru mata angin. Diceritakan setelah Bali berhasil ditaklukan, Arya Damar kembali ke Majapahit, kemudian diangkat sebagai Raja di Palembang. Adik-adik beliau ditempatkan sebagai raja di masing-masing daerah di Bali seperti Arya Kenceng di Tabanan, Arya Belog di Kaba-kaba dan sebagainya.

Salah satu keturunan dari Raja Tabanan, kemudian mendirikan kerajaan Badung (Denpasar) yang terkenal dengan Perang Puputan Badung melawan kolonial Belanda. Babad ini juga menceritakan kejadian-kejadian penting dan suksesi Raja-Raja Tabanan


Berikut Silsilah Raja-Raja Tabanan

Bhatara Adwaya Brahman Shri Tinuheng Pura ( Beliau yang di hormati di Singasari & Majapahit ) beristrikan Dara Jingga (Sira Alaki Dewa/ beliau yang bersuami seorang Dewa), berputra :

  • Raden Cakradara (suami Tribhuwana Tungga Dewi)
  • Shri Arya Damar (Adityawarman)Raja Palembang
  • Shri Arya Kenceng
  • Shri Arya Kuta wandira
  • Shri Arya Sentong
  • Shri Arya Belog


I. Bhatara Shri Arya Kenceng, Raja Tabanan I

Kerajaan di Pucangan/Buahan Tabanan, berputra :

  • 1.Shri Megada Parabhu /Dewa Raka ( Tidak berminat dengan keduniawian, Membangun Pasraman di Kubon Tingguh ),Beliau mengangkat 5 orang anak asuh( Putra Upon-Upon ) :
    • 1. Ki Bendese Beng
    • 2. Ki Guliang di Rejasa
    • 3. Ki Telabah di Tuakilang
    • 4. Ki Bendesa di Tajen
    • 5. Ki Tegehen di Buahan
  • 2. Shri Megada Natha /Dewa Made
  • 3. Kiyai Tegeh Kori ( Arya Kenceng Tegeh Kori ). Membangun Kerajaan di Badung diselatan kuburan Badung ( Tegal ) dengan nama Puri Tegeh Kori ( sekarang bernama Gria Jro Agung Tegal ) karena ada konflik di intern keluarga maka beliau meninggalkan puri di Tegal dan pindah ke Kapal. Di Kapal sempat membuat mrajan dengan nama "Mrajan Mayun " yang sama dengan nama mrajan sewaktu di Tegal. dan odalannya sama yaitu pada saat "Pagerwesi " dari sana para anak-anak berpencar mencari tempat. Kini pretisentananya (keturunannya ) berada di Puri Agung Tegal Tamu, Batubulan, Gianyar dan Jero Gelgel di Mengwitani( Badung), Jro Tegeh di Malkangin Tabanan.
  • 4. Nyai Luh Tegeh Kori

II. Shri Magada Natha, Raja Tabanan II

Beliau diutus oleh Dalem ( Raja Bali ) ke Majapahit untuk menyelidiki terhentinya komunikasi dengan Dalem. Setelah sampai di Majapahit, beliau sangat terkejut, menyaksikan keadaan kerajaan yang kacau balau, karena pengaruh Agama Islam mulai masuk. Beliau kembali ke Pucangan ( Bali ), setelah sampai di Pucangan, beliau sangat kecewa, karena adik perempuannya dikawinkan dengan Kiayi Asak dari Kapal oleh Dalem, tanpa sepengetahuan dan persetujuan beliau. Karena sangat kecewa beliau meletakan jabatan dan sebagai raja diserahkan pada putranya Sirarya Ngurah Langwang. Selanjutnya beliau menjalani kehidupan rohani di Kubon Tingguh dan kawin lagi dengan putri dari Ki Bendesa Pucangan, yang kemudian melahirkan putra laki-laki yang bernama Ki Gusti Ketut Pucangan atau Sirarya Notor Wandira, yang mana selanjutnya Sirarya Notor Wandira menjadi Raja Badung dan menurunkan pratisentana ( keturunan ) Arya Kenceng di Badung.

Sri Megada Nata mempunyai putera :

  • 1. Shri Arya Ngurah Langwang
  • 2. Ki Gusti Made Utara (menurunkan Keluarga Besar Jero Subamya)
  • 3. Ki Gusti Nyoman Pascima (Menurunkan Keluarga Besar Jero Pameregan)
  • 4. Ki Gusti Ketut Wetaning Pangkung (Menurunkan Pragusti Lod Rurung, Kesimpar & Srampingan)
  • 5. Ki Gusti Samping Boni (Menurunkan Pragusti Ersania, Kyayi Nengah & Kyayi Titih)
  • 6. Ki Gusti Nyoman Batan Ancak (Menurunkan Pragusti Ancak & Angligan)
  • 7. Ki Gusti Ketut Lebah
  • 8. Ki Gusti Ketut Pucangan/Sirarya Ketut Pucangan/ Sirarya Ketut Notor Wandira ( Selanjutnya menurunkan Raja-Raja dan Pratisentana Arya Kenceng di Badung / Denpasar )

III. Shri Arya Ngurah Langwang /Shri Arya Ngurah Tabanan/Shri Arya Nangun Graha, Raja III

Beliau mrenggantikan Ayahnya ( Sri Megada Nata ) menjadi Raja Tabanan, yang kemudian mendapat perintah Dalem agar memindahkan Purinya ( Kerajaannya ) di Pucangan ke daerah selatan, hal ini kemungkinan disebabkan secara geografis dan demografis sulit dicapai oleh Dalem dari Gegel dalam kegiatan inspeksi. Akhirnya Arya Ngurah Langwang mendapat pewisik, …dimana ada asap mengepul, agar disanalah membangun Puri. Setelah melakukan pengamatan dari Kebon Tingguh terlihat di daerah selatan asap mengepul keatas, kemudian beliau menuju ke tempat asap mengepul tersebut, ternyata keluar dari sebuah sumur yang terletak di dalam areal Pedukuhan yaiti Dukuh Sakti, yang sekarang lokasi sumur tersebut berada di dalam Pura Puser Tasik Tabanan. Kemudian disitulah beliau membangun Puri, setelah selesai dipindahlah Puri / Kerajaannya beserta Batur Kawitannya, oleh karena asap terus mengepul dari sumur tersebut seperti tabunan, sehingga puri beliau diberi nama Puri Agung Tabunan, yang kemudian pengucapannya berubah menjadi Puri Agung Tabanan, sedangkan kerajaannya disebut Puri Singasana dan beliau disebut Sang Nateng Singasana. Dari saat itulah beliau bergelar Sirarya Ngurah Tabanan atau juga Ida Betara Nangun Graha. Disebelah Timur Puri, dibangun pesanggrahan khusus untk Dalem, apabila melakukan infeksi ke Tabanan dan disebut Puri Dalem. Pada saat itu juga, Dalem memberikan seorang Bagawanta Brahmana Keniten dari Kamasan, yang kemudian ditempatkan di Pasekan ( Griya Pasekan sekarang ). Pada waktu beliau pindah dari Pucangan ke Tabanan diiringi oleh saudara-saudaranya yaitu :

  • 1. Ki Gusti Made Utara
  • 2. Ki Gusti Nyoman Pascima dan
  • 3. Ki Gusti Wetaning Pangkung.

Sedangkan saudaranya tiga orang lagi yaitu :

  • 1. Ki Gusti Nengah Samping Boni
  • 2. Ki Gusti Nyoman Batan Ancak dan
  • 3. Ki Gusti Ketut Lebah

disuruh pindah ke Desa Nambangan Badung, sebagai pendamping Ki Gusti Ketut Pucangan / Sirarya Notor Wandira yang telah menetap di Bandana ( Badung ). Selanjutnya cucu dari Ki Gusti Samping Boni bernama Ki Gusti Putu Samping, besrta adik-adiknya yaitu : Kiayi Titih, Kiayi Ersani, Kiayi Nengah dan Kiayi Den Ayung mereka kembali ke Tabanan, karena tidak memproleh kedudukan di Badung, diperkirakan sebagai pengiring I Gusti Ayu Pemedetan ( putrid dari Sirarya Notor Wandira ).

Arya Ngurah Langwang berputra :

  • 1. Ki Gusti Ngurah Tabanan / Sang Nateng Singasana
  • 2. Ki Gusti Lod Carik (menurunkan Para Gusti Lod Carik)
  • 3. Kigusti Dangin Pasar (Menurunkan Pragusti Suna,Munang,Batur)
  • 4. Ki Gusti Dangin Margi (Menurunkan Ki Gusti Blambangan, Ki Gusti Jong, Ki Gusti Mangrawos di Kesiut Kawan, Gusti Mangpagla di Timpag. Semuanya itu disebut Gusti Dangin)

IV. Sang Nateng Singasana /Prabu Winalwan/Ida Bhatara Makules/, Raja IV & VII

berputra :

  • 1. Ki Gusti Wayahan Pamedekan
  • 2 Ki Gusti Made Pamedekan
  • 3. Ki Gusti Kukuh
  • 4. Ki Gusti Bola
  • 5. Ki Gusti Wangaya
  • 6. Ki Gusti Made
  • 7. Ki Gusti Kajanan

V. Ki Gusti Wayahan Pamedekan, Raja V

berputra :

  • 1. Ki Gusti Nengah Malkangin
  • 2. Raden Tumenggung (Putra yang lahir di Mataram, setelah K G W Pamedekan ditangkap dalam perang dengan Mataram, dan diangkat sebagai mantu oleh Raja Mataram)

VI. Ki Gusti Made Pamedekan, Raja VI

(di tugaskan kembali ke Bali dan menggantikan Kakaknya sebagai raja ke VI), berputra :

  • 1. Bhatara Nisweng Penida
  • 2. Kyayi Made Dalang

VII. Sang Nateng Singasana, Raja VII

(kembali naik tahta karena K G Made Pamedekan wafat dan putra mahkota masih kbelum dewasa)

VIII.Bhatara Nisweng Panida, Raja VIII

Berputra :

  • 1. Ni Gusti Luh Kepaon
  • 2. Ni Gusti Ayu Rai
  • 3. Ki Gusti Alit Dawuh

IX. Ki Gusti Nengah Mal Kangin Dan Ki Gusti Made Dalang Raja IX

Ki Gusti Made Dalang ( putra Ki Gusti Made Pamedekan ) berkedudukan di Puri Agung Tabanan sebagai Raja Singasana dengan wilayah kekuasaannya di Sebelah Barat Sungai Dikis . Ki Gusti Nengah Malkangin ( putra Ki Gusti Wayahan Pamedekan ) berkedudukan di Puri Malkangin dengan wilayah kekuasaan di Sebelah Timur Sungai Dikis. Ki Gusti Made Dalang meninggal tanpa keturunan, sehingga seluruh wilayah Tabanan dapat dipersatukan oleh Ki Gusti Nengah Malkangin menjadi kekuasaannya. Ki Gusti Nengah Malkangin setelah menjadi Raja Singasana, beliau selalu ingin membinasakan putra mahkota yang bernama Ki Gusti Alit Dawuh ( putra Sirarya Ngurah Tabanan / Betara Nisweng Penida ). Dengan bantuan Ki Gusti Agung Badeng penguasa Kapal yang beristrikan Ni Gusti Luh Tabanan putra dari Ki Gusti Made Pamedekan, saudara perempuan Si raraya Ngurah Tabanan ( Betara Nisweng Pedida ). Putra Mahkota Ki Gusti Alit Dawuh menyerang Ki Gusti Nengah Malkangin dan dalam pertempuran ini Ki Gusti Nengah Malkangin besrta seluruh keluarganya dibunuh oleh Ki Gusti Agung Badeng, hanya seorang putranya yang bernama Ki Gusti Perot tidak dibunuh karena cacad / perot, selanjutnya menurunkan para Gusti Kamasan. Oleh karena Putra Mahkota Ki Gusti Alit Dawuh masih sangat muda dipandang belum mampu memegang pemerintahan, sehingga Ki Gusti Agung Badeng berkenan bermukim sementara di Puri Malkangin untuk merngasuh / mempersiapkan putra mahkota menjadi raja. Sementara diangkatlah Ki Gusti Bola sebagai Raja Singasana.

X. Ki Gusti Bola

Berkedudukan di Mal Kangin.

XI. Ki Gusti Alit Dawuh /Shri Magada Sakti, Raja XI

mempunyai putra :

  • 1. Putra Sulung/ Bhatara Lepas Pemade
  • 2. I Gusti Made Dawuh / Ida Cokorda Dawuh Pala
  • 2. I Gusti Nyoman Telabah
  • 3. Kyayi Jegu
  • 4. Kyayi Kerasan
  • 5. Kyayi Oka

XII. Bhatara Lepas Pemade/Ida Cokorda Tabanan, Raja XII

berputra :

  • 1. Ida Cokorda Sekar
  • 2. Ki Gusti Ngurah Gede Banjar (Menjadi Angrurah di Kerambitan, menurunkan Puri-Puri / Jero-Jero dan Pratisentana Arya Kenceng di Kerambitan)
  • 3. Ki Gusti Ngurah Made Dawuh (Cokorda Dawuh Pala)
  • 4. Ki Gusti Sari (Bermukim si Wanasari)
  • 5. Ki Gusti Pandak (Bermukim di Pandak)
  • 6. Ki Gusti Pucangan (Bermukim di Buwahan)
  • 7. Ki Gusti Rejasa (bermukin di Rejasa)
  • 8. Ki Gusti Bongan (Bermukim di Bongan Kawuh)
  • 9. Ki Gusti Sangian (Bermukim di Banjar Ambengan)
  • 10. Ki Gusti Den

XIII. Ida Cokorda Sekar, Raja XIII

berputra :

  • 1. Ki Gusti Ngurah Gede
  • 2. Ki Gusti Ngurah Made Rai (Membangun Puri Kaleran, Kembali masuk puri agung setelah Raja XII Wafat)
  • 3. Ki Gusti Ngurah Rai (Membangun puri di Penebel, Menurunkan Ki Gusti Ngurah Ubung & Jero Kerambitan/kekeran di Kerambitan)Keturunan Ki Gusti Ngurah Ubung Musnah di bunuh dalam perang dengan Ki Gusti Ngurah Agung.
  • 4. Ki Gusti Ngurah Anom (Membangun Puri Mas di sebelah Utara Puri Singasana, seluruh keturunannya musnah di bunuh oleh Ki gusti Ngurah Rai penebel)

XIV. Ida Cokorda Gede, Raja XIV

berputra :

  • 1. Ki Gusti Nengah Timpag
  • 2. KI Gusti Sambyahan
  • 3. Ki Gusti Ketut Celuk

XV. Ida Cokorda Made Rai, Raja XV

berputra :

  • 1. Ki Gusti Ngurah Agung Gede (Seda sebelum Mabiseka Ratu)
  • 2. Ki Gusti Ngurah Nyoman Panji (Seda Sebelum Mebiseka Ratu), berputra :
    • 1. Ki Gusti Ngurah Agung
    • 2. Ki Gusti Ngurah Demung
    • 3. Ki Gusti Ngurah Celuk (Membangun Puri Kediri Tabanan)
  • 3. Kyayi Buruan
  • 4. Kyayi Tegeh
  • 5. Kyayi Beng (Menurunkan Jero Gede Beng, Jero Beng Kawan & Jero Putu)
  • 6. Kyayi Perean (menurunkan Jero Gede Oka, Jero Gede Kompyang)

XVI. Kiyayi Buruan, Raja XVI

XVII. Ki Gusti Ngurah Rai/Cokorda Rai

XVIII. Ki Gusti Ngurah Ubung

putra Ki Gusti Ngurah Rai/Cokorda Penebel, Raja XVIII

XIX. Ki Gusti Ngurah Agung

(Putra Ki Gst Ngr Panji), Ida Cokorda Tabanan, Raja XIX, berputra :

  • 1. Sirarya Ngurah Agung
  • 2. Ki Gusti Ngurah Gede Banjar (Membangun Puri Anom, menetap di Saren Kangin)
  • 3. Ki Gusti Ngurah Rai (Diangkat sbg Putra oleh K Gst Ngr demung di Puri Kaleran)
  • 4. Sirarya Ngurah (Diangkat sbg Putra oleh K Gst Ngr demung di Puri Kaleran)
  • 5. Ki Gusti Ngurah Nyoman (Membangun Puri Anom, menetap di Saren Kawuh / Saren Tengah sekarang)
  • 6. Ki Gusti Ngurah Made Penarukan (Membangun Puri Anyar Tabanan)

XX. Sirarya Ngurah Agung Tabanan (Bhatara Ngaluhur), Raja XX, Tahun 1868 s/d 1903

Berputra :

  • 1. Sirarya Ngurah Agung (Seda sebelum Mabiseka ratu)
  • 2. Ki Gusti Ngurah Gede Mas (Seda sebelum mabiseka ratu)
  • 3. Ki Gusti Ngurah Alit Senapahan (Seda sebelum Mabiseka Ratu)
  • 4. Ki Gusti Ngurah Rai Perang (Membangun Puri Dangin)
  • 5. Ki Gusti Ngurah Made Batan (Puri Dangin)
  • 6. Ki Gusti Ngurah Nyoman Pangkung (Puri Dangin)
  • 7. I Gusti Ngurah Gede Marga (Membangun Puri Denpasar
  • 8. I Gusti Ngurah Putu (Membangun Puri Pemecutan Tabanan), berputra :
    • 1. I Gusti Ngurah Wayan
    • 2. I Gusti Ngurah Made
    • 3. I Gusti Ngurah Ketut
    • 4. Sagung Nyoman
    • 5. Sagung Rai
    • 6. Sagung Ketut
  • 9. Sagung Wah (terkenal memimpin Bebalikan Wangaya melawan Belanda)

XXI. Ida Cokorda Rai Perang

Beliau dari Puri Dangin Tabanan, kembali masuk ke Puri Singasana setelah semua Putra mahkota wafat, merupakan Raja Tabanan ke XXI dari tahun 1903 s/d 1906, Ida Cokorda Rai Perang tewas muput raga (menusuk diri sendiri) di Denpasar pada tahun 1906 karena tidak mau tunduk kepada Belanda, Putra mahkota Raja Tabanan Ki Gusti Ngurah Gede Pegeg, juga ikut mengakhiri dirinya bersama ayah beliau. Sehingga hanya tersisa 2 dua orang Putri Raja dari permaisuri yakni Sagung Ayu Oka dan Sagung Ayu Putu, yang kemudian keduanya pindah dan menetap di Puri Anom Tabanan, karena Puri Agung Singasana Tabanan dibakar habis oleh Belanda. Sagung Ayu Oka kemudian menikah dengan Cramer seorang Klerk Kontrolir Belanda, dan Sagung Ayu Putu menikah dengan Ki Gusti Ngurah Anom, di Puri Anom Tabanan. Saat ini beberapa area bekas Kerajaan Singasana Tabanan/Puri Agung Tabanan, oleh Pemda Tabanan didirikan bangunan antara lain ; Gedung Kesenian I Ketut Marya, Gedung Bank BPD Tabanan, BRI dllnya.

Putra Putri Beliau dari permaisuri :

  • 1. Ki Gusti Ngurah Gede Pegeg (Turut Muput Raga di Badung th 1906) tidak berketurunan
  • 2. Sagung Ayu Putu (Pindah ke Puri Anom ) menikah dgn Ki Gusti Ngurah Anom di Puri Anom Tabanan. Menurunkan keturunan di Puri Anom Saren Taman atau sekarang disebut Puri Anom Saren kauh. Sagung Ayu Putu menikah dengan I Gusti Ngurah Anom mempunyai 3 orang keturunan,
    • 1. Sagung Gede (alm,tidak menikah)
    • 2. Sagung Wah (alm,tidak menikah)
    • 3. I Gst Ngr Gede Subagja (alm,menikah dengan Sagung Putra) melahirkan
      • 1. I Gusti Ngurah Agung
      • 2. I Gusti Ngurah Bagus Danendra
      • 3. A A Sagung Mirah Widyawati(menikah dengan I Gst Ngr Bagus Grya Negara)
  • 3. Sagung Ayu Oka (Menikah dengan Mr.Arthur Mauritz Cramer, Klerk kontrolir Belanda)dan memiliki 4 orang anak:
    • 1. Elizabeth(alm-Balanda) memiliki 2 orang anak.
    • 2. Johan Wilhem Cramer(alm-Sukabumi) memiliki 8 orang anak.
    • 3. Jan Cramer(alm-Belanda) memiliki 3 orang anak.
    • 4. Baldi Cramer(alm-Sulawesi Selatan).

Keempat anak Sagung Ayu Oka lahir di Jembrana-Bali. Kemudian beserta keluarganya Sagung Ayu Oka pindah ke Sulawesi Selatan. Sagung Ayu Oka meninggal dan dimakamkan di Bantaeng, Sulawesi Selatan dan sampai kini makam beliau dirawat dengan baik oleh pihak gereja.

Ida Cokorda Ngurah Rai Perang (Raja Tabanan XX) juga mempunyai putera dari istri yang lainnya :

  • I Gusti Ngurah Anom ( Puri Dangin )
  • I Gusti Ngurah Putu Konol ( Puri Dangin )
  • Ni Sagung Made

Dan berpuri di Puri Dangin Tabanan yang dibangun lagi, setelah datang dari Lombok, yang mana lokasi purinya tidak dibekas area Puri Dangin Tabanan yang telah dihancurkan Belanda. Yang kemudian selanjutnya menurunkan keluarga-keluarga di Puri Dangin Tabanan dan Puri Dangin Tabanan di Jegu sekarang.


Pada era penjajahan Belanda, Belanda kemudian membentuk suatu daerah otonomi yang dipimpin oleh seorang self bestur. daerah ini disesuaikan dengan pembagian kerajaan2 sebelumnya. untuk Tabanan dan Badung self bestur diberi gelar Ida Cokorda, Gianyar Ida Anak Agung dan sebagainya...

untuk daerah Tabanan, Belanda kemudian memilih I Gusti Ngurah Ketut Putra Bungsu dari Ki Gusti Ngurah Putu (putra Sirarya Ngurah Agung Tabanan, Raja Tabanan XIX ) dari Puri Pemecutan Tabanan sebagai Kepala Pemerintahan Otonomi Belanda. Sesuai dengan SK Belanda, beliau diberi gelar Cokorda.

XXII. Cokorda Ngurah Ketut, Raja Tabanan ke XXII (29 Juli 1938 s/d ...)

Berputra :

    • 1. I Gusti Ngurah Gede
    • 2. I Gusti Ngurah Alit Putra
    • 3. I Gusti Ngurah Raka
    • 4. Sagung Mas
    • 5. I Gusti Ngurah Agung

selanjutnya digantikan oleh putra sulungnya bernama I Gusti Ngurah Gede , bergelar Cokorda Ngurah Gede .

XXIII Cokorda Ngurah Gede, Raja Tabanan ke XXIII

(Maret 1947 s/d 1986), berputra :

    • 1. Sagung Putri Sartika
    • 2. I Gusti Ngurah Bagus Hartawan
    • 3. Sagung Putra Sardini
    • 4. I Gusti Ngurah Alit Darmawan
    • 5. Sagung Ayu Ratnamurni
    • 6. Sagung Jegeg Ratnaningsih
    • 7. I Gusti Ngurah Agung Dharmasetiawan
    • 8. Sagung Ratnaningrat
    • 9. I Gusti Ngurah Rupawan
    • 10. I Gusti Ngurah Putra Wartawan
    • 11. I Gusti Ngurah Alit Aryawan
    • 12. Sagung Putri Ratnawati
    • 13. I Gusti Ngurah Bagus Grastawan
    • 14. I Gusti Ngurah Mayun Mulyawan
    • 15. Sagung Rai Mayawati
    • 16. Sagung Anom Mayadwipa
    • 17. Sagung Oka Mayapada
    • 18. I Gusti Ngurah Raka Heryawan
    • 19. I Gusti Ngurah Bagus Rudi Hermawan
    • 20. I Gusti Ngurah Bagus Indrawan
    • 21. Sagung Jegeg Mayadianti
    • 22. I Gusti Ngurah Adi Suartawan.

Selanjutnya digantikan oleh I Gusti Ngurah Rupawan , Mabiseka Ratu 21 Maret 2008 bergelar Cokorda Anglurah Tabanan .

XXIV Cokorda Anglurah Tabanan Raja Tabanan ke XXIV

Dari tanggal 21 Maret 2008....

Sumber

  • Lontar-Lontar Kuno di Puri-Puri Tabanan ( Puri Gede Krambitan, Puri Anom Tabanan, Puri Dangin Tabanan di Jegu )
  • Lontar -lontar kuno dan Raja Purana di Puri Agung Tegal Tamu
  • Prasasti keturunan Arya Kenceng yang tersimpan di ;
    • - Puri Agung Tabanan
    • - Puri Agung Pemecutan
    • - Puri Peguyangan
    • - Puri Agung Denpasar
    • - Puri Agung Kesiman
    • - Puri Agung Tegal Tamu