Aleksandr Lukashenko
Artikel ini perlu diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. |
Alexander Lukashenko (Belarus: Алякса́ндар Рыго́равіч Лукашэ́нка, Aljaksandar Ryhoravič Lukašenka/Alyaksandar Ryhoravich Lukashenka; Rusia:Алекса́ндр Григо́рьевич Лукаше́нко, Aleksandr Grigoryevich Lukashenko; lahir 30 Agustus 1954) adalah Presiden Belarus sejak Juli 1994.[1]
Ia pertama kali dipilih pada 1994. Pemerintahannya terkenal kontroversial: pendukungnya menganggap kebijakan-kebijakannya telah menyelamatkan Belarus dari akibat-akibat terburuk dari kapitalisme pasca-Uni Soviet, sementara lawan-lawannya, di dalam dan di luar negeri, menuduhnya sebagai diktator. Kebijakan-kebijakan dalam dan luar negeri Lukashenko telah membuat Belarus dilarang bergabung dengan Dewan Eropa.
Karier awal (hingga 1994)
Lukashenko dilahirkan di desa Kopys di Vitsebsk voblast yang saat itu merupakan bagian dari Republik Sosialis Soviet Belarus. Ia lulus dari Institut Keguruan Mahilyow (Mogilev) dalam Liga Komunis 1975), memimpin sebuah cabang Komsomol (Pemuda Komunis) di Mogilev dari 1977-1978. Setelah keluar dari ketentaraan, ia menjadi wakil ketua sebuah pertanian kolektif pada 1982 dan pada 1985 ia naik pangkat menjadi direktur pertanian negara di Gorodets dan pabrik bahan-bahan konstruksi di distrik Shklov. Pada tahun 1985 ia juga lulus dari Akademi Pertanian Belarus.
Pada 1990, Lukashenko terpilih menjadi salah seorang Deputi dalam Soviet Tertinggi dari Republik Belarus. Inilah langkah pertamanya sebagai seorang politikus. Ia membentuk sebuah fraksi yang disebut Kaum Komunis untuk Demokrasi, yang menganjurkan sebuah Uni Soviet yang demokratis, yang dikelola berdasarkan prinsip-prinsip komunis. Ia mengklaim dirinya sebagai satu-satunya deputi dari parlemen Belorusia yang memberikan suara menentang pengesahan persetujuan Desember 1991 yang membubarkan Uni Soviet dan mendirikan Persemakmuran Negara-negara Merdeka (CIS) sebagai gantinya. Setelah dibubarkannya Uni Soviet, untuk waktu singkat Lukashenko kembali mengelola sebuah pertanian negara.
Setelah dikenal luas sebagai seorang lawan korupsi yang pandai bicara, Lukashenko terpilih pada 1993 sebagai ketua komisi anti korupsi parlemen Belarus. Meskipun ia mempertahankan hubungan yang erat dengan fraksi-fraksi Komunis kiri, ia tidak disukai oleh banyak tokoh Partai Komunis Belarus karena serangan-serangannya terhadap praktik-praktik korupsi dan hak-hak istimewa dari nomenklatura Komunis. Pada akhir 1993, ia menuduh 73 pejabat senior pemerintah, termasuk Stanislav Shushkevich, ketua parlemen dan penjabat presiden, melakukan korupsi, termasuk mencuri dana negara untuk maksud-maksud pribadi. Tuduhan-tuduhan Lukashenko menyebabkan diajukannya mosi terhadap Shushkevich, yang kemudian tersingkir. Belakangan tuduhan-tuduhan terhadap Shushkevich ternyata tidak terbukti.
Sebuah konstitusi baru Belarus yang diberlakukan awal 1994 membuka jalan untuk pemilihan presiden pertama yang demokratis, yang diadakan Juli tahun itu. Enam kandidat maju, termasuk Lukashenko, yang berkampanye sebagai seorang independen dengan tema populis "mengalahkan mafia." Shushkevich dan Vyacheslav Kebich juga mencalonkan diri. Kebich dianggap sebagai favorit pemenang. Kenyataannya, Lukashenko menang dengan 45% suara, sementara Kebich hanya mendapatkan 15% dan Shushkevich hanya 10%. Putaran kedua diadakan pada 10 Juli yang dimenangkan oleh Lukashenko dengan lebih dari 80% suara.
Masa jabatan pertama (1994-2001)
Kemenangan Lukashenko merupakan kejutan bagi banyak orang di Belarus dan di luar negeri, karena usianya masih muda dan kurang pengalaman. Dalam manifestonya pada masa kampanye ia mencanangkan pembentukan pemerintahan yang bersih, menyingkirkan para pejabat korup dari jabatannya dan mengadili mereka yang menyalahgunakan posisi mereka, mempertahankan gaji dan kondisi kerja dalam sistem ekonomi yang hampir seluruhnya masih ditangani oleh pemerintah, dan mengusahakan integrasi yang lebih erat antara Belarus dan Rusia. Muncul desas-desus di Belorusia bahwa ia didukung oleh dinas rahasia Rusia.
Meskipun Lukashenko menang besar karena oposisinya terhadap privatisasi dan para pembaharu pasar, banyak dari tema pemilunya dipusatkan pada korupsi dalam pemerintahan Belarus. Ia mengklaim dalam kampanyenya bahwa ia terus-menerus menghadapi ancaman pembunuhan dan bahwa ia bahkan pernah ditembak. Ia menyerang lawan-lawannya dengan tegas, dan berjanji untuk membuang mereka "ke pegunungan Himalaya" bila ia terpilih. Banyak pengamat dalam dan luar negeri membandingkan pendekatannya dengan pendekatan ultranasionalis Rusia, Vladimir Zhirinovsky, meskipun politik keduanya sangat berbeda.
Tema Lukashenko sangat berlawanan dengan kebijakan-kebijakan pro-pembaruan yang didukung oleh para pemimpin negara tetangga Belarus, yang telah melakukan pembaruan radikal setelah runtuhnya Komunisme. Namun sedikit sekali pembaruan yang telah terjadi di Belarus. Hanya 2% dari ekonominya yang telah diprivatisasi pada waktu Lukashenko terpilih. Berakhirnya ekonomi komando Soviet, yang sangat diandalkan oleh Belarus, telah menyebabkan turunya produksi hingga 50% antara 1991 dan 1994 dan runtuhnya standar kehidupan pada tingkat yang sama. Pada pemilu 1994, Belarus menghadapi sebuah krisis ekonomi.
Lukashenko bertindak cepat untuk "menstabilkan ekonomi": salah satu tindakannya yang pertama adalah melipatgandakan gaji minimum. Ia juga memperkenalkan kembali pengendalian harga oleh negara dan membalikkan segelintir pembaruan ekonomi yang telah berlangsung. Namun ia menghadapi masalah-masalah besar dalam mencoba menghidupkan kembali ekonomi komando di sebuah negara dengan 10,4 juta penduduk, yang dikelilingi oleh ekonomi kapitalis yang berkembang. Belarus - hingga kini - masih seluruhnya tergantung pada gas dan listrik yang diimpor dari Rusia, tetapi kebanyakan perusahaan Belorusia tidak dapat membayar energi dengan harga pasar. Pemerintah Belarus tidak memiliki cukup devisa untuk membayar impor dari Rusia sehingga kesatuan ekonomi dengan Rusia harus dipertahankan. Ini adalah tema yang diajukan oleh Lukashenko maupun Kebich, lawannya.
Pada dua tahun pertama masa jabatannya, Lukashenko menghadapi perlawanan dalam negeri yang kian vokal. Pada 1995, Bank Dunia dan Dana Monter Internasional menunda peminjaman uang kepada Belorusia, dengan alasan kurangnya pembaruan ekonomi oleh pemerintah. Kesulitan-kesulitan ekonomi Belorusia yang terus berlanjut menimbulkan kritik tajam dari pihak oposisi. Lukashenko bereaksi dengan marah. Pada September 1995 ketika sebuah balon berudara panas dalam sebuah kompetisi pecah di wilayah udara Belarus, ia menyuruh balon itu ditembak jatuh oleh sebuah helikopter militer. Awaknya dibuat mengira bahwa mereka senang menembak sebuah balon udara yang tak berawak. Kedua penerbang Amerika di balon itu meninggal. Pada November 1995, ia menimbulkan kontroversi internasional dengan mengklaim dalam sebuah wawancara bahwa kebijakan-kebijakan dalam negeri Hitler) tidak seluruhnya jelek untuk Jerman. Banyak dari para pengecamnya menganggap ini menyiratkan bentuk kepemimpinan otoriter serupa yang dapat menguntungkan Belarus.
Pada musim panas 1996, 70 orang deputi dari parlemen Belarus yang terdiri dari 100 anggota menandatangani petisi untuk memecat Lukashenko dengan tuduhan melanggar Konstitusi. Lukashenko mengundang para pejabat tinggi Rusia sebagai "penengah" seperti misalnay bekas perdana menteri Rusia Viktor Chernomyrdin dan berhasil lolos dari pemecatan karena dukungan mereka. Tak lama sesudah itu Lukashenko menyerukan diadakannya referendum pada 24 November 1996 untuk memperpanjang masa jabatannya dari empat tahun menjadi tujuh tahun. Hal ini pun akan memberikan kepadanya kuasa untuk membubarkan parlemen. Pada 25 November Lukashenko mengumumkan bahwa 70,5% suara, dari 84% jumlah pemilih yang ikut referendum, telah menyetujui usulnya. Pelaksanaan referendum ini dikecam luas. Pemerintah melarang para pendukung oposisi dari siaran TV dan radio, menghalangi koran-koran oposisi dicetak dan menyita bahan-bahan terbitan kelompok oposisi. Dalam situasi ini, Amerika Serikat dan Uni Eropa menolak mengakui keabsahan referendum itu.
Lukashenko segera menggunakan kekuasaannya yang baru untuk membubarkan parlemen Belarus. Polisi bersenjata mengambil alih gedung parlemen dan melarang masuk 89 orang deputi yang dianggap pemerintah "tidak loyal". Sebuah parlemen baru yang terdiri dari 110 pendukung Lukashenko yang dipilih pemerintah, dibentuk di sebuah gedung di sebelahnya. Tindakan-tindakannya dikecam secara luas oleh berbagai pemerintah di dunia dan kelompok hak-hak asasi manusia. Perdana Menteri Belarus dan dua menteri lainnya mengundurkan diri sebagai protes, demikian pula tujuh dari sebelas orang anggota Pengadilan Konstitusional. Mereka digantikan oleh para pendukung Lukashenko yang segera menolak petisi pemecatan. Lukashenko mengonsolidasikan kekuasaannya dengan secara paksa menutup sejumlah koran oposisi dan meningkatkan kekuasaan KGB Belarus (yang, uniknya, di bekas Uni Soviet, tetap mempertahankan nama dan statusnya yang lama).
Pada awal 1998, Bank Sentral Rusia menunda perdagangan rubel Belarus, yang menyebabkan runtuhnya nilai mata uang itu. Lukashenko menjawabnya dengan mengambil alih kendali atas Bank Sentral Belarus, memerintahkan tingkat pertukaran dikembalikan ke tingkat sebelumnya, membekukan rekening-rekening bank dan mengurangi aktivitas-aktivitas bank komersial. Tidak mengherankan bahwa hal ini menyebabkan diserbunya bank-bank Belarus dan arus belanja yang panik. Lukashenko pun mempersalahkan masalah-masalah negara itu pada "para penyabot ekonomi" di dalam dan di luar negeri. Tiga puluh pejabat pemerintah ditahan - sebagian dipertontonkan di televisi negara - dan ratusan lainnya "dihukum". Ia menuduh pemerintah-pemerintah asing bersekongkol melawan dirinya, dan pada April 1998 ia mengusir para duta besar dari Amerika Serikat, Britania Raya, Prancis, Jerman, Yunani, Italia dan Jepang dari kompleks tempat tinggal mereka dekat Minsk. Hal ini membangkitkan protes internasional, karena tempat tinggal diplomatik mestinya tidak boleh dilanggar, sesuai dengan Konvensi Wina. Negara-negara yang dilanggar kedaulatannya itu semua menarik duta besarnya. Demikian pula Rusia, untuk sementara waktu.
Meskipun para duta besar itu akhirnya kembali lagi setelah kontroversi itu mereda, Lukashenko meningkatkan serangan-serangan retoriknya terhadap Barat, bahkan menggambarkan lawan-lawannya di dalam negeri sebagai kaki tangan kekuatan asing yang bermusuhan. Ia mengklaim bahwa pemerintah-pemerintah Barat berusaha menggerogoti Belarus pada semua level, termasuk ekonomi -- (ia mengusir sebuah delegasi IMF dan mengecap mereka sebagai "penipu") -- bahkan olah raga. Ia mengklaim bahwa negara-negara Barat bersekongkol untuk merampok medali-medali Belarus pada Olimpiade Musim Dingin 1998 di Nagano, Jepang.
Dalam sebuah wawancara dengan Markus Ziner untuk edisi Desember 1995 dari koran Jerman Handelsblatt, Lukashenko membangkitkan kontroversi internasional ketika ia membuat komentar positif tentang Hitler. Dalam wawancara itu, ia berkata:
"Sejarah Jerman dalam segi tertentu mirip sekali dengan sejarah Belarus. Pada saat itu Jerman diangkat dari kehancuran, berkat tangan yang kuat. Bukan segala sesuatu yang terkait dengan seorang Adolf Hitler di Jerman itu buruk. Ingatlah pemerintahannya di Jerman. Pemerintahan Jerman telah berkembang selama berabad-abad. Di bawah Hitler proses ini mencapai puncaknya. Hal ini persis sama dengan pemahaman kami tentang sebuah republik presidensial dan dengan peranan presidennya. Saya ingin menekankan bahwa satu orang tidak bisa melulu jelek atau melulu baik. Ada juga sisi-sisi positifnya. Jerman suatu kali pernah dibangun dari reruntuhan di bawah pertolongan seorang presiden yang kuat. Jerman bangkit berkat kekuatan yang hebat ini, berkat kenyataan bahwa seluruh bangsa bersatu di sekitar pemimpinnya. Kini kami juga mengalami periode yang serupa, ketika kami harus bersatu di sekitar satu orang atau satu kelompok orang agar dapat bertahan, bersatu dan kembali bangkit di atas kaki kami lagi..." (Handelsblatt, Desember 1995)
Lukashenko melangkah lebih dari retorika untuk mengambil sikap yang lebih aktif dalam mendukung negara-negara yang berkonflik dengan Barat. Pada akhir 1990-an, Belarus mengekspor senjata senilai sekitar $400 juta setiap tahunnya ke berbagai negara termasuk Iran, Sudan, Irak - yang menerima senjata-senjata anti pesawat udara dan latihan - dan Yugoslavia. Pecahnya Perang Kosovo pada 1999 menyebabkan Lukashenko mengusulkan sebuah "Uni Slavia" yang terdiri atas Rusia, Belarus, Ukraina dan Yugoslavia. Gagasan ini mendapatkan sambutan dingin dan karena itu diam-diam ditinggalkan. Setelah Perang Irak pada 2003, Amerika Serikat mengumumkan bahwa sejumlah pejabat tinggi Irak telah memperoleh paspor Belarus.
Kebijakan-kebijakan ini membuat pemerintah-pemerintah Barat mengambil posisi yang lebih keras terhadap Lukashenko. Amerika Serikat khususnya menjadi marah karena perdagangan senjata Belarus dengan apa yang disebutnya sebagai negara-negara "Poros Kejahatan" dan para pemimpin politik Amerika mulai menyebut Belarus sebagai "pemerintahan diktatur Eropa yang terakhir", sambil membandingkan Lukashenko dengan pemimpin terguling Serbia Slobodan Milošević. Uni Eropa prihatin terhadap keamanan pasokan gasnya dari Rusia, yang dikirim lewat pipa melalui Belarus, dan secara aktif menarih perhatian terhadap urusan-urusan negara itu ketika akses ke Polandia, Latvia dan Lituania memberikan Uni Eropa sebuah perbatasan yang panjang dengan Belarus. Bahkan Rusia, yang membangun uni ekonomi yang kendur dengan Belarus pada April 1998, menjadi tidak sabar dengan cara Belarus mempraktikkan uni tersebut. Meskipun Lukashenko tetap bermanfaat bagi Rusia dalam arti mempertahankan negaranya tetap di dalam orbit Rusia, hubungannya yang tegang dengan Barat semakin mempersulit pemerintahan Presiden Vladimir Putin.
Rujukan
- ^ M J A Standish. "Editor's notes." Jane's Intelligence Digest. 11 Januari 2006.
Kutipan
“Gaya otoriter dalam kekuasaan ialah karakteristik saya, dan saya selalu telah mengakuinya.”
Pranala luar
Rujukan
Didahului oleh: Myechyslau Ivanovich Hryb (Ketua Dewan Agung Soviet) |
Presiden Belarus 1994- |
Diteruskan oleh: masih menjabat |