Pengrawit
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Artikel ini tidak memiliki kategori atau memiliki terlalu sedikit kategori. Bantulah dengan menambahi kategori yang sesuai. Lihat artikel yang sejenis untuk menentukan apa kategori yang sesuai. Tolong bantu Wikipedia untuk menambahkan kategori. Tag ini diberikan pada 22 September 2010. |
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada 22 September 2010. |
Pengrawit adalah penabuh gamelan atau musik karawitan atau orang yang profesional di bidang olah musik gamelan. Pengrawit juga sering disebut nayaga atau Yogo. Yogo sendiri menurut Ki Mujoko Joko Raharjo (alhm) dalang terkenal dari Klaten, menyebutkan berasal dari kata wiyoga yang berarti semedi atau meditasi. Seorang Nayoga bila sedang menabuh gamelan biasanya dengan konsentrasi penuh untuk memberi ruh terhadap gending yang sedang ia mainkan. Keseriusan dalam menabuh gamelan ibarat orang semadi /meditasi, dimana bila rusak tabuhannya ibaratnya gagal sembahnya terhadap yang Maha Kuasa. Dalam gaya Surakarta yang di sebut Pengrawit ini juga menunjuk pada penabuh karawitan mandiri/klenengan, pengiring tari dan pengiring wayang.
Pengrawit dari kata rawit, yang berarti rumit, atau yang berhubungan dengan hal-hal halus, lembut. Pengrawit memang berhubungan dengan hal-hal rumit, misalnya harus menghafal ratusan gending yang berbentuk not-not angka diluar kepala dan menyajikannya dengan "garap" yang benar. Di Surakarta pengrawit juga harus pandai menafsir notasi-notasi atau gending tersebut, bagaimana garap Kendangnya, Gendernya, Rebabnya, bonangnya dan tafsir tabuhan ricikan gamelan lainya.
Bahkan pengrawit yang "mumpuni" terhadap garap ratusan bahkan ribuan gending, disebut "Empu". Empu karawitan ini biasanya abdi dalem pengrawit keraton yang memang ahli di bidangnya. Dimasa lalu nama-nama seperti Marto Pengrawit, Mloyo Widodo adalah empu karawitan yang banyak cantriknya, dan menjadi panutan atau menjadi nara sumber garap gending-gending kuna yang sudah jarang di tabuh atau dibunyikan oleh generasi dibawahnya.
Pengrawit gaya Surakarta dalam menabuh biasanya memakai kain, beskap landhung, blangkon, atau kerisan dengan beskap krowok. Jika acara santai biasanya memakai batik atau baju yang sopan.