Walter Spies

pelukis, perupa, dan juga pemusik Jerman-Indonesia
Revisi sejak 19 Oktober 2010 09.12 oleh TjBot (bicara | kontrib) (bot kosmetik perubahan)

Walter Spies (15 September 1895 – 19 Januari 1942) merupakan pelukis, perupa, dan juga pemusik. Ia adalah tokoh di belakang modernisasi seni di Jawa dan Bali.

Walter Spies

Spies lahir sebagai anak seorang peniaga kaya Jerman yang telah lama menetap di Moskwa. Semenjak muda ia telah menggemari seni musik, seni lukis, dan seni rupa. Ia mengenal Rachmaninov dan mengagumi Gauguin.

Selepas Perang Dunia I, Spies sempat tinggal beberapa lama di Jerman (di Berlin) dan berteman dengan sutradara ternama masa itu, Friedrich Murnau. Kelak, Murnau-lah yang banyak membantu Spies secara finansial di perantauan. Di Jerman ia sudah cukup ternama karena lukisan-lukisannya, namun ia merasa tidak kerasan karena sebagai homoseksual ia selalu dicari-cari polisi.

Pada tahun 1923 ia datang ke Jawa dan menetap pertama kali di Yogyakarta. Dia dipekerjakan oleh sultan Yogya sebagai pianis istana dan diminta membantu kegiatan seni keraton. Spies-lah yang pertama kali memperkenalkan notasi angka bagi gamelan di keraton Yogyakarta. Notasi ini kemudian dikembangkan di kraton-kraton lain dan digunakan hingga sekarang.

Walter Spies dan Angelica Archipenko circa 1930

Setelah kontraknya selesai, ia lalu pindah ke Ubud, Bali, pada tahun 1927. Di sinilah ia menemukan tempat impiannya dan menetap hingga menjelang kematiannya. Di bawah perlindungan raja Ubud masa itu, Cokorda Gede Agung Sukawati, Spies banyak berkenalan dengan seniman lokal dan sangat terpengaruh oleh estetika seni Bali. Ia mengembangkan apa yang dikenal sebagai gaya lukisan Bali yang bercorak dekoratif. Dalam seni tari ia juga bekerja sama dengan seniman setempat, Limbak, memoles sendratari yang sekarang sangat populer di Bali, Kecak.

Sering kali dikatakan bahwa ia adalah orang yang pertama kali menarik perhatian tokoh-tokoh kesenian Eropa terhadap Bali. Ia memiliki jaringan perkenalan yang luas dan mencakup orang-orang ternama di Eropa. Sejumlah temannya banyak diundangnya ke Bali untuk melihat sendiri pulau kebanggaannya itu. Di bulan Desember 1938 Spies sempat dipenjara karena dituduh homoseksual. Ia baru dibebaskan karena bantuan beberapa temannya, di antaranya Margaret Mead, pada September 1939.

Perang Dunia Kedua membawanya pada nasib buruk. Sebagai orang Jerman, ia ditangkap pemerintah Hindia Belanda. Ia meninggal 19 Januari 1942 karena tenggelam bersama-sama dengan kapal 'Van Imhoff' yang ditumpanginya, akibat dibom armada Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di perairan barat Sumatera Utara. Kapal yang seharusnya berlayar ke Srilanka itu mengangkut orang-orang Jerman yang diusir dari Hindia Belanda akibat serangan Jerman ke Belanda.[1]

Referensi

  1. ^ [1]
  • Elke Voss: "Walter Spies – Ein Leben für die balinesische Kunst". In: Ingrid Wessel (Hg.) Indonesien am Ende des 20. Jahrhunderts. Hamburg: Abera Verlag. ISBN 3-934376-07-X
  • Nigel Barley: (2009) Island of Demons. Singapore: Monsoon books. ISBN 978-981-08-2381-8

Lihat pula

Pranala luar