Pembicaraan:Adiwijaya dari Pajang

Revisi sejak 24 September 2006 12.59 oleh Naval Scene (bicara | kontrib) (info tambahan ttg P.Benawa & Pnmb.Senapati)

kepada operator wikimedia terhormat,

terima kasih saya ucapkan terlebih dahulu bagi rekan2 yang telah mengisi artikel jaka tingkir ini. yang ingin saya koreksi, bahwa sepanjang yang saya tahu jaka tingkir merupakan menantu dari sultan trenggono dan bukan menantu dari sunan prawoto. sunan prawoto merupakan anak dari sultan trenggono, artinya jaka tingkir merupakan saudara ipar dari sunan prawoto.

masalah perpindahan kekuasaan kerajaan demak ke pajang, selain karena ada konflik intern di keluarga kerajaan demak juga karena pemegang hak waris tahta kerajaan demak terakhir adalah putri sultan trenggono,istri dari jaka tingkir. setelah arya penangsang bertekad akan menyingkirkan semua keturunan raden patah yang menghalanginya dalam menguasai tahta kerajaan demak (catatan: arya penangsang merupakan cucu dari raden patah dengan ayahanda pangeran seda lepen).

kemudian yang terakhir, tentang berakhirnya kerajaan pajang. tidak ada bukti atau sumber yang pasti tentang tewasnya jaka tingkir di sutawijaya.

demikian saya sampaikan sebagai bahan masukan dan diskusi bagi kita bersama dalam menyusun sejarah.

menarik juga informasinya. bila tidak ada yg menyanggah, silahkan saja diganti di artikel nya :) Ciko bicara 04:35, 25 April 2006 (UTC)
Sebenarnya ada penjelasan tambahan tentang mengapa hagemoni Jawa pindah dari Pajang ke Mataram. Setelah Hadiwijaya meninggal, Arya Pangiri (anak Sunan Prawata) yang adipati Demak naik tahta raja Pajang. Ia memindahkan sepupunya, yaitu Pangeran Benawa anak Hadiwijaya, menjadi adipati di Jipang (yaitu bekas daerah Arya Penangsang). Benawa keberatan dgn nasibnya ini, lalu ia minta tolong iparnya Danang Sutawijaya, yang waktu itu masih bergelar Ngabehi Lor Ing Pasar (artinya penguasa di utara pasar, yaitu pasar di Kotagede Jogja), untuk menyingkirkan Arya Pangiri.

Setelah usaha mereka berhasil thn 1588, Benawa menawarkan hak raja Pajang kepada Sutawijaya, yang ditolaknya. Ia hanya minta pusaka kerajaan Pajang, ialah gong "Kiai Sekar Delima", kendali "Kiai Macan Guguh" dan pelana "Kiai Jatayu" dipindahkan ke Mataram. Menurut tradisi Jawa ini artinya sama dengan penyerahan kekuasaan. "Wahyu kedaton" telah pindah, Pajang akhirnya menjadi kadipaten belaka di bawah perlindungan Kasultanan Mataram Islam yang dipegang Sutawijaya, yang kini berdaulat penuh dan mengambil gelar Panembahan Senapati.

Kembali ke halaman "Adiwijaya dari Pajang".