Padi emas

Revisi sejak 30 November 2010 10.58 oleh Luckas-bot (bicara | kontrib) ([r2.5.2] bot Menambah: th:ข้าวทอง)

'Golden Rice' adalah kultivar (varietas) padi transgenik hasil rekayasa genetika yang berasnya mengandung beta-karotena (pro-vitamin A) pada bagian endospermanya.[1] Kandungan beta-karotena ini menyebabkan warna berasnya tersebut tampak kuning-jingga[2] sehingga kultivarnya dinamakan 'Golden Rice' ("Beras Emas"). Pada tipe liar (normal), endosperma padi tidak menghasilkan beta-karotena dan akan berwarna putih hingga putih kusam. Di dalam tubuh manusia, beta-karotena akan diubah menjadi vitamin A.[2]

Kultivar padi ini dibuat untuk mengatasi defisiensi atau kekurangan vitamin A yang masih tinggi prevalensinya pada anak-anak, terutama di wilayah Asia dan Afrika. Nasi menjadi pangan pokok bagi sebagian besar warga di sana, dan kemiskinan sering kali tidak memungkinkan penyediaan sayuran atau buah-buahan yang biasa menjadi sumber provitamin-A dalam menu makanan sehari-hari.[1]

Proses rekayasa genetika

Berkas:Carotenoid.svg
Jalur biosintesis beta-karoten beserta gen-gen yang terlibat di dalam pembentukkannya. Hanya likopena siklase (Lycopene cyclase) yang tidak diintroduksi dari sumber asing.

Padi emas dikembangkan oleh Ingo Potrykus dari ETH Zurich dan Peter Beyer dari Universitas Freiburg.[2] Untuk merakit padi ini, digunakan dua gen asing yang diambil dari bakteri Erwinia uredovora (gen crt1) dan dari narsis (Narcissus pseudonarcissus) (gen psy). Kultivar 'Golden Rice 2' mengganti narsis dengan jagung (Zea mays) sebagai salah satu sumber gennya.[3][4][5]

Pada sekitar tahun 1990 sekelompok ilmuwan Jepang berhasil mengisolasi gen penyandi biosintesis (pembentukan) karotenoid, crt1, dari suatu bakteri tanah, Erwinia uredovora.[1] Dari penelitian tersebut diketahui bahwa enzim fitoena (phytoene) desaturase yang dihasilkan bakteri tersebut dapat mengubah fitoena menjadi likopena. Fitoena merupakan senyawa antara pada biosintesis beta-karotena.[1] Beberapa tahun setelah itu diketahui bahwa endosperma pada bulir padi mengandung geranilgeranil-difosfat (GGDP), bahan dasar (prekursor) untuk biosintesis beta-karotena.[6] GGDP dapat diubah menjadi fitoena dengan bantuan enzim fitoena sintase yang disandi oleh gen psy. Sayangnya, secara alami pada padi ekspresi gen psy tersebut teredam sehingga tidak terbentuk fitoena.[1] Dengan menyisipkan konstruk gen Crt1 dari E. uredovora dan gen psy dari narsis (sejenis tanaman hias yang bunganya berwarna kuning atau jingga) ke dalam genom padi geranilgeranil difosfat diubah menjadi fitoena dan selanjutnya diubah lagi menjadi likopena.[1] Gen penyandi likopena siklase (Lcl) yang bertugas mengkatalisis perubahan likopena menjadi beta-karotena telah tersedia pada padi.

Kontroversi

Kehadiran padi emas tidak diterima sepenuhnya oleh masyarakat dunia.[7] Sebagian masyarakat tidak menyetujui budidaya padi emas karena adanya kekhawatiran akan terjadinya perubahan lingkungan atau ekosistem.[7] Mereka takut padi emas yang ditanam dapat menularkan sifat mutasinya ke tanaman alami lain.[7] Hal ini mungkin terjadi bila padi emas ditanam bersama padi jenis lain dalam satu lahan yang berdekatan sehingga polen (benang sari) padi emas dapat membuahi padi lain.[7] Hal lain yang ditakutkan adalah apabila sifat yang diciptakan oleh ilmuwan ternyata bisa berubah dan melenceng jauh dari yang diharapkan.[7] Masyarakat juga takut mengkonsumsi padi emas karena takut akan membahayakan kesehatan.[7]

Referensi

  1. ^ a b c d e f M. Suudi. "Golden Rice: Dulu, Kini, dan Nanti". LIPI. Diakses tanggal 17 Mei 2010. 
  2. ^ a b c "Informasi Ringkas Teknologi Padi: Padi Emas" (PDF). IRRI Rice Knowledge Bank (bahan oleh Gerard Barry). Juni 2007. Diakses tanggal 17 Mei 2010. 
  3. ^ (Inggris)Golden Rice Humanitarian Board (2001). "Golden rice: Sustainable bbiofortification for the poor rular population" (PDF). Diakses tanggal 17 Mei 2010. 
  4. ^ (Inggris)Peter Beyer, Salim Al-Babili, Xudong Ye, Paola Lucca, Patrick Schaub, Ralf Welsch, Ingo Potrykus. "Golden Rice: Introducing the Beta-Carotene Biosynthesis Pathway into Rice Endosperm by Genetic Engineering to Defeat Vitamin A Deficiency". Journal of Nutrition: 506–510. Diakses tanggal 17 Mei 2010. 
  5. ^ Paine, JA (27 Maret 2005). "Improving the nutritional value of Golden Rice through increased pro-vitamin A content". Nature Biotechnology. 23 (4): 482–5. DOI:10.1038/nbt1082 10.1038/nbt1082. 
  6. ^ Suprihati (15 Agustus 2008). "Golden Rice untuk Kesejahteraan Petani". Suara Merdeka. Diakses tanggal 17 Mei 2010. 
  7. ^ a b c d e f Richardus Widodo (23 April 2008). "Kontroversi Pangan Rekayasa Genetik". Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Diakses tanggal 17 Mei 2010. 


Pranala luar