Patih

jabatan setara menteri di zaman kerajaan nusantara kuno
Revisi sejak 7 Desember 2010 02.55 oleh Banyadu (bicara | kontrib)

Patih adalah jabatan Perdana Menteri pada kerajaan Nusantara kuno. Selanjutnya istilah tersebut menyebar ke beberapa daerah Nusantara, dengan sebutan Pateeh (Brunei), Patti (Maluku) dengan pengertian baru. Sekarang ini, jabatan ini dalam suatu provinsi lebih kurang sama dengan jabatan Sekdaprop (Sekretaris Daerah Provinsi).

Jabatan Patih dalam Kerajaan

Kerajaan Dayak kalbar

Seorang Rajakng (baca: Rajang, yang bearti Raja) pada Kerajaan Dayak dimasa pra hindu ( sebelum Menganut agama hindu ) umumnya bergelar Nek yaitu singkatan kata Nenek ( Istilah : Dayak Kendayan ) yang dalam bahasa Jawa bearti Mbah. Selain Nek ada Gelar Riya yang bearti " Pangeran", seperti Raja Nek Rio ( Riuh ) dari kerajaan Lara, Nek Rumaga dari Kerajaan Bangkulle Rajang, dan lain-lain, lalu yang bergelar Riya seperti Riya Jambi dari kerajaan Jering Darit, Riya sinir dan lain-lain. Ketika pengaruh Agama hindu masuk Gelar-Gelar Raja Dayak berubah menjadi " Patih" seperti pada Patih Gumantar, Patih Nyabang, Patih Paramula, Patih Singaria, Patih Janang, Patih Singabansa, dan patih-patih lainnya. Lalu selain Patih ada gelar Panembahan seperti Panembahan Senggauk, panembahan sintang.

Jadi....pada Masyarakat Dayak Kalbar patih itu adalah gelar seorang Raja Dayak yang telah terpengaruh Hindu, bukan bawahan Raja sebagaimana yang ada di daerah lain. Selanjutnya dimasa Islam ( melayu ) Berubah lagi menjadi Sultan seperti pada raja-raja di Landak, sanggau dan lain-lain.

Kesultanan Banjar

Di Kerajaan Banjar pada abad ke-15, istilah Patih juga berarti nama jabatan Kepala Negeri (Patih Kuin, Patih Rumbih) dan menteri (Patih Baras, Patih Luhu, Patih Dulu).

Kesultanan Brunei

Patih Berbai adalah Sultan ke-2 Brunei yang dikenal sebagai Sultan Ahmad. Naik tahta 1408, sebelumnya terkenal dengan nama Pateh Berbai. Pangeran Bendahara yang pertama bagi Brunei dan yang mula-mula mengasaskan nama Brunei yang berasal dari perkataan Baru nah[butuh rujukan]. Menikah dengan adik Ong Sum Ping. Menjadi mertua Sultan Sharif Ali. Pernah menjadi kepala utusan Brunei ke Cina. Wafat 1425.

Lihat pula