Kabupaten Pulau Morotai
Pulau Morotai (695 mil persegi/1.800 km²) adalah nama sebuah pulau sekaligus kabupaten definitif baru yang terletak di kepulauan Halmahera, Kepulauan Maluku, Indonesia. Sebagai bagian dari Provinsi Maluku Utara, ia merupakan salah satu pulau paling utara di Indonesia.
Kabupaten Pulau Morotai | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Motto: - | |
Koordinat: 2°N 128°E / 2°N 128°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Maluku Utara |
Tanggal berdiri | 26 November 2008 |
Dasar hukum | UU RI Tahun 2008 Nomor 53 |
Ibu kota | Morotai Selatan |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | - |
Luas | |
• Total | 2,476 km² km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi) |
Populasi | |
• Total | 54,876 (2.007) |
• Kepadatan | 22/km2 (60/sq mi) |
Demografi | |
Zona waktu | UTC+09:00 (WIT) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | - |
Kode Kemendagri | 82.07 |
APBD | - |
DAU | - |
Situs web | - |
Kabupaten Pulau Morotai diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008, sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Halmahera Utara.
Daftar Kecamatan
Batas Wilayah
Utara | Laut Halmahera |
Timur | Laut Halmahera |
Selatan | Selat Morotai |
Barat | Laut Halmahera |
Sejarah
Selama abad ke-15 dan 16, Morotai berada di bawah pengaruh Kesultanan Ternate yang berkuasa. Merupakan inti sebuah kawasan besar bernama Moro yang termasuk pulau dan pesisir Halmahera yang dekat dengan Morotai ke selatan.
Pada pertengahan abad ke-16, pulau ini menjadi tempat misi Yesuit Portugis. Kesultanan Muslim Ternate dan Halmahera merasa tersinggung akan pelopor aktivitas penyebaran agama itu dan berusaha mencegah misi itu dari pulau ini pada 1571, sebagai akibatnya Portugis hengkang dari kawasan itu. Pada abad ke-17, Ternate menggunakan kekuasaannya atas Morotai dengan memerintahkan berulang-ulang pada penduduknya agar pindah dari pulau itu. Pada awal abad itu para penduduknya pindah ke Dodinga, sebuah kota kecil di titik strategis pesisir barat Halmahera. Lalu pada 1627 dan 1628, Sultan Hamzah dari Ternate memerintahkan pindahnya penduduk Kristen ke Malayu, Ternate, agar lebih mudah dikendalikan.
Pulau ini menjadi lapangan terbang bagi Jepang selama PD II. Pulau ini diambil alih oleh angkatan Amerika Serikat pada September 1944 dan digunakan sebagai landasan serangan Sekutu ke Filipina pada awal 1945 serta ke Borneo timur pada Mei dan Juni tahun itu. Merupakan basis untuk serangan ke Jawa pada Oktober 1945 yang ditunda setelah penyerahan diri Jepang pada bulan Agustus.
Ekonomi
Pulau ini sebagian besar berupa hutan dan memproduksi kayu serta damar.
Daerah-daerah otonomi yang diresmikan pada tanggal yang sama
- Kabupaten Mesuji, di Lampung.
- Kabupaten Tulang Bawang Barat, di Lampung.
- Kabupaten Pringsewu, di Lampung.
- Kota Gunung Sitoli, di Sumatera Utara.
- Kabupaten Nias Utara, di Sumatera Utara.
- Kabupaten Nias Barat, di Sumatera Utara.
- Kabupaten Tambrauw, di Papua Barat.
- Kabupaten Pulau Morotai, di Maluku Utara.
- Kabupaten Intan Jaya, di Papua.
- Kabupaten Deiyai, di Papua.
- Kabupaten Sabu Raijua, di Nusa Tenggara Timur.
- Kota Tangerang Selatan, di Banten.
Referensi
- http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2008/10/29/brk,20081029-142906,id.html
- http://www.kontan.co.id/index.php/Nasional/news/2900/Daerah_Kian_Berkembang__12_Kabupaten_Berdiri_
- http://beritasore.com/2008/10/29/dpr-setuju-pembentukan-12-kabupatenkota-baru/
- (Indonesia) JP: Disetujui DPR, Pulau Morotai Jadi Kabupaten 29 Okt 08
Lihat pula
Rujukan
- Andaya, Leonard (1993). The world of Maluku: eastern Indonesia in the early modern period. Honolulu: University of Hawaii Press.
- Villiers, John (1988). Las Yslas de Esperar en Dios: The Jesuit Mission in Moro 1546-1571. Modern Asian Studies 22(3):593-606.