Gerakan Indonesia Mengajar (GIM)[1] merupakan sebuah program yang digagas oleh tokoh pendidikan Anies Baswedan. Program ini memiliki tujuan ganda, pertama, untuk mengisi kekurangan guru berkualitas Sekolah Dasar di daerah terpencil. Kedua, untuk membekali pemuda terbaik yang berpotensi menjadi world class leader with grass root understanding, yaitu pemimpin yang memiliki visi kedepan dan mengerti seluk beluk permasalahan rakyat. Para pemuda yang dikirim sebagai guru Sekolah Dasar (SD) ke daerah disebut sebagai Pengajar Muda.

Berkas:IM LOGO.jpg
Logo Indonesia Mengajar

Sejarah

Anies Baswedan adalah Ketua dari gerakan Indonesia Mengajar dan Rektor Universitas Paramadina. Sebagai inisiator, sejak pertengahan 2009 Anies mulai mengajak beberapa kawan seide untuk membentuk GIM dan mendorong kemajuan pendidikan di Indonesia, bukan melalui seminar dan diskusi tetapi melalui program kongkret mengirimkan sarjana terbaik Indonesia menjadi Guru SD.
Semasa kuliah, Anies aktif di pergerakan mahasiswa, menjadi ketua Senat Mahasiswa UGM. Dari sana Anies memiliki hubungan dekat dengan alm Prof Koesnadi Hardjasoemantri, Rektor UGM dan mantan Ketua Dewan Mahasiswa UGM. Pak Koes dan Pengerahan Tenaga Mahasiswa di era 1950an (Mahasiswa menjadi guru SMA di luar Jawa) [2] ini yang sering ia kutip sebagai salah satu inspirasi dalam mengembangkan program Indonesia Mengajar.
Selepas dari aktifitas di Senat Mahasiswa, di sekitar 1996an Anies dan kawan-kawan aktivis di Yogyakarta mendirikan Center for Student and Community Development (CSCD). Lembaga ini berkeliling mengembangkan dan mengadakan training kepemudaan di desa-desa tertinggal. Nama programnya adalah Program Pengembangan Pemuda Desa Tertinggal (PPDT) yg berbentuk training motivasi dan ketrampilan di sekitar 50 desa di Kalimantan Timur, Jawa Tengah dan berbagai wilayah lain.
Dari pengalaman dalam pergerakan dan interaksi lintas kelompok, pikiran ekspresif Anies sering muncul dengan pendekatan dan cara pandang baru dalam melihat persoalan di Indonesia. Kalimat dari Anies seperti "janji kemerdekaan kita adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka janji itu dilunasi untuk setiap warga negara"; pandangan ini menyadarkan kita bahwa mencerdaskan dan mensejahterakan itu bukan sekadar cita-cita tapi sebuah janji Republik. Atau saat dia sering mengatakan bahwa "pendidikan adalah eskalator untuk menaikan posisi rakyat jelata dari ketertinggalan dan ketergantungan jadi kemajuan dan kemandirian", ia membuat kita lebih memahami pendidikan bukan sekadar alat untuk mencerdaskan tapi alat untuk mengubah derajat sosial-ekonomi.
Meski Anies mempelajari ilmu bisnis, ekonomi, dan politik serta banyak berbicara di kancah internasional, tetapi sejak kecilnya Anies berada di wilayah pendidikan: ayah-ibunya adalah pendidik yang tidak hanya dosen tetapi penggiat pengembangan pendidikan di Yogya. Anies pernah mengatakan bahwa dia membayangkan betapa hebatnya Indonesia jika konsep kekayaan bangsa itu bisa dirubah. Jika kita ditanya orang tentang "apa kekayaan Indonesia?", maka umumnya akan menjawab bahwa kekayaan kita adalah tambang, minyak, gas, hutan. Kesadaran itu harus dirubah, seharusnya dijawab bahwa kekayaan kita adalah "manusia Indonesia". Manusia Indonesia adalah asset terutama bangsa, kekayaan terbesar kita ada pada manusianya. Itu hanya bisa tercapai bila manusia Indonesia telah terdidik. Itu sebabnya Anies meyakini bahwa mendorong kemajuan bangsa harus melalui pendidikan.

Pengajar Muda

Pengajar Muda adalah sebutan untuk para guru hasil didikan Gerakan Indonesia Mengajar. Pada batch pertama, GIM memberangkatkan 51 Pengajar Muda. Para Pengajar Muda adalah hasil seleksi dari 1.383 pelamar yang sudah melalui proses seleksi ketat sejak pertengahan tahun 2010. Untuk membekali Pengajar Muda, mereka diwajibkan mengikuti seluruh rangkaian pelatihan selama 7 minggu di Ciawi, Bogor sejak akhir September 2010 hingga awal November 2010. Program pelatihan ini adalah “kawah candradimuka” para Pengajar Muda sebelum diterjunkan ke pelosok nusantara. Selama pelatihan, Pengajar Muda melakukan kegiatan untuk pembentukan motivasi, kedisiplinan, pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kepemimpinan dan manajerial, adaptasi dengan masyarakat sekitar, dan pembentukan kemandirian.

Lokasi Penempatan

Saat ini, Indonesia Mengajar sudah menempatkan batch pertama para Pengajar Muda ke lima daerah, yaitu:
1. Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau
2. Kabupaten Tulang Bawang Barat, Provinsi Lampung
3. Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timu
4. Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat
5. Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara

 
Lokasi Penempatan Pengajar Muda: Provinsi Riau, Lampung, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, dan Halmahera

Referensi