Buncis
1. Pendahuluan
Buncis berasal dari bahasa Belanda, boontjes merupakan sejenis polong-polongan yang dapat dimakan. Buah, biji, dan daunnya dimanfaatkan orang sebagai sayuran. Sayuran ini kaya dengan kandungan protein. Ia dipercaya berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan daratan Cina. Daerah penyebaran tanaman buncis mula-mula terpusat di Kotabatu (Bogor), kemudian menyebar ke daerah-daerah sentra sayuran di Pulau Jawa. Saat ini buncis hampir di tanam di seluruh wilayah Indonesia. Sentra penanaman buncis di Indonesia yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali, Sumatra Utara dan Bengkulu. Peningkatan produksi buncis mempunyai arti penting dalam menunjang penyediaan pangan bergizi bagi penduduk, sekaligus berdaya guna bagi usaha mempertahankan kesuburan dan produktivitas tanah. Peningkatan produksi buncis dapat dilakukan dengan cara perbaikan dan perakitan varietas baru yang mempunyai produksi tinggi serta perbaikan pada aspek budidaya. Buncis dapat menyuburkan tanah, karena akar-akarnya dapat bersimboisis dengan bakteri Rhizobium sp. Untuk mengikat Nitrogen bebas (N2) dari udara, sehingga unsur Nitrogen dapat tersedia dalam tanah. Buncis adalah sayur yang kaya dengan protein dan vitamin ini membantu menurunkan tekanan darah serta mengawal metabolisme gula dalam darah dan amat sesuai dimakan oleh mereka yang mengidap penyakit diabetes atau hipertensi. Kandungan serat dan enzim yang tinggi dapat membantu penurunan berat badan. Tabel 1. Kandungan dan komposisi gizi polong buncis dalam setiap 100 gram bahan Kandungan gizi Komposisi Gizi (1) (2) Kalori 34,00 kal 35,00 kal Protein 2,00 gr 2,40 gr Lemak 0,10 gr 0,20 gr Karbohidrat 6,80 gr 7,70 gr Serat 1,00 mg - Abu 0,60 mg - Kalsium 72,00 mg 65,00 mg Fosfor 38,00 mg 48,00 mg Zat besi 0,80 mg 1,10 mg Natrium 2,00 mg - Kalium 182,00 mg - Vitamin A 525,00 S.I 630,00 S.I Vitamin B1 0,07 mg 0,08 mg Vitamin B2 0,10 mg - Niacin 0,70 mg - Vitamin C 15,00 mg 19,00 mg Air - 88,90 gr 2. Morfologi Tanaman Buncis Kedudukan tanaman buncis dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Sub kelas : Calyciflorae Ordo : Leguminales Famili : Leguminosae Genus : Phaseolus Species : Phaseolus vulgaris L. Buncis merupakan tanaman semusim (annual) yang dibedakan atas dua tipe pertumbuhan, yaitu tipe merambat (vine) dan tipe perdu (bush). Kacang buncis tipe merambat umumnya berbatang memanjang setinggi 2-3 meter, sedangkan buncis tipe tegak mempunyai batang pendek setinggi 50 – 60 cm. Batang tanaman buncis umumnya berbuku-buku, yang sekaligus merupakan tempat untuk melekat tangkai daun. Daun buncis bersifat majemuk tiga (trifoliolatus), dan helai daunnya berbentuk jorong segitiga. Umumnya, sistem perakaran berbagai jenis buncis tidak besar atau ekstensif, percabangan lateralnya dangkal. Akar tunggang yang terlihat jelas biasanya pendek, tetapi pada tanah remah yang dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Akar yang tumbuh mendatar dari pangkal batang, umumnya menyebar pada kedalaman sekitar 60 – 90 cm. Sebagian akarnya membentuk bintil-bintil (nodula) yang merupakan sumber undur Nitogen, dan sebagian lagi tanpa nodula yang berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara. Bunga buncis tersusun dalam karangan berbentuk tandan. Bunga berukuran besar dan mudah terlihat, berwarna putih, merah jambu, atau ungu. Bunga ini sempurna, dan, seperti halnya kapri, memiliki 10 benang sari, 9 di antaranya menyatu membentuk tabung yang melingkupi bakal buah panjang, dan satu benang sari teratas terpisah dari yang lain. Bunga menyerbuk sendiri dan umumnya jarang terjadi persilangan terbuka. Polong tanaman ini hampir selalu memanjang, bukan membesar; panjangnya berkisar dari 8 hingga 20 cm atau lebih, dengan diameter mulai kurang dari 1 cm hingga beberapa cm. Bergantung pada varietas, ujung polong - dapat meruncing atau tumpul; bentuk potongan melintangnya beragam, mulai dari bundar hingga oval memanjang, dan beberapa jenis berbentuk hati. Polong sebagian besar varietas terbaru agak lurus, walaupun beberapa jenis biasanya melengkung. Sebagian besar kultivar memiliki polong berwarna hijau muda hingga hijau kebituan tua; yang lain kuning (berlilin), ungu, atau multiwarna. Jumlah serat polong dan laju perkembangannya juga beragam. Biji buncis berbentuk bulat agak panjang atau pipih, berwarna hitam, putih, coklat atau warna lainnya.
3. Syarat Pertumbuhan
Tanaman buncis dapat tumbuh baik pada suhu antara 20-30◦ C, dengan tempat terbuka (mendapat sinar matahari penuh), dan kelembaban udara cukup tinggi. Beriklim kering dengan curah hujan antara 600-1500 mm/tahun. Buncis dapat tumbuh pada ketinggian 10 – 1000 m dpl, tergantung dari varietas yang di tanam. Hampir semua jenis tanah cocok untuk budidaya buncis, tetapi yang paling baik adalah tanah Latosol/lempung berpasir, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan drainasenya baik, pada pH tanah antara 5,5 – 6,0. Buncis sangat responsif terhadap tanah yang subur dan kaya akan unsur Nitrogen. Pada tanah demikian, pemupukan Nitrogen perlu dikurangi, Nitrogen berlebih pada tanah akan menyebabkan pertumbuhan vegetatif yang terlalu subur.Untuk memperoleh hasil tinggi, perlu diperhatikan pengelolaan tanah yang baik. Kondisi tanah harus mendekati kapasitas lapang, khususnya selama pembungaan; penggenangan menyebabkan anoksia (kekurangan oksigen), buncis peka terhadap kondisi ini, dan menyebabkan meningkatnya serangan penyakit busuk akar. Cekaman tanah berpengaruh terhadap hasil polong, jumlah dan ukuran biji, selain terhadap warna, kandungan serat, dan kekerasan biji.
4. Pedoman Budidaya
1. Penyiapan Benih Buncis diperbanyak secara generatif dengan biji. Biji yang akan dijadikan benih harus memenuhi syarat berikut: a. Berasal dari verietas unggul seperti Varietas Lebat 1, Lebat 3 (merambat) dan Gypsy (perdu) b. Penampilan visual biji tidak keriput atau cacat c. Tidak tercampur dengan varietas lain d. Daya kecambah tinggi, dan bebas dari hama penyakit
Dalam 1 hektar lahan, untuk buncis merambat dibutuhkan benih sekitar 20 kg sedangkan untuk tipe perdu dibutuhkan benih sekitar 35 kg.
2. Persiapan lahan Lahan dibersihkan dari rumput-rumput liar, dicangkul/dibajak sedalam 30 cm hingga tanah menjadi gembur. Buat parit keliling dengan cangkul. Pembuatan bedengan dapat dilakukan dengan tinggi 30 cm, lebar bedengan 80 – 100 cm, dengan jarak antar bedeng 60 – 80 cm, sedangkan panjang bedeng menyesuaikan dengan panjang lahan. Jika lahan dirasa terlalu panjang, maka panjang bedengan dapat diperpendek, hal ini untuk mempermudah dalam perawatan tanaman, terutama pengairan. Bedengan yang sudah terbentuk perlu ditambahkan dengan pupuk NPK sebagai pupuk dasar sebanyak 700 kg/ha dan kompos sebanyak 10.000 kg/ha atau 125 sak/ha. Campurkan pupuk dan kompos secara merata pada bedengan. Pemasangan mulsa dilakukan saat ada panas, hal ini agar mulsa yang di pasang lebih rapi, karena sifat mulsa yang elastis. Pemotongan panjang mulsa diusakan kurang dari panjang bedengan, sehingga saat dilakuakan pemasangan, ujung mulsa ditarik agar sesuai dengan panjang bedeng. Pada pinggir mulsa, dipasang irisan bambu sebagai penguat. Pembuatan lubang tanam dilakuan sesuai dengan ukuran atau jarak tanam yang dikehendaki. Untuk jarak optimum pada buncis merambat yaitu 50 x 60 cm, sedangkan pada buncis perdu 40 x 40 cm. Pembuatan lubang tanam dapat dilakukan dengan alat yang telah ada atau dari kaleng bekas yang di dalamnya diberi arang yang telah dipanaskan.
3. Penanaman Penanaman dilakukan sesuai dengan jarak tanam yang dikehendaki, penanaman buncis dilakuan secara langsung (direct planting), dengan jumlah 2 biji tiap lubang. Sebelum dilakukan penanaman, lubang tanam terlebih dahulu di beri wingran. Penyulaman dilakukan 7 hari setelah tanam terhadap tanaman yang belum tumbuh.
4. Pemupukan Tanaman buncis merupakan tanaman yang responsif terhadap pemupukan Nitrogen, sehingga jika selama pertumbuhan vegetatif pertumbuhan buncis sudah optimal, maka tidak perlu dilakukan pemupukan. Pemupukan susulan dapat dilakukan pada saat awal pembungaan dengan pemberian NPK sebanyak 5 gr/tanaman. Dapat juga dilakukan pemberian pupuk daun seperti NPK special dengan dosis 2 gr/liter. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka setelah dilakuan pemanenan, perlu dilakukan pemupukan kembali dengan interval 7 – 10 hari dari aplikasi pertama.
5. Penyiangan Penyiangan dilakukan pada waktu tanaman berumur 2-3 minggu setelah tanam, tergantung pertumbuhan gulma di lahan. Penyiangan dengan cara mencabut rumput liar/membersihkan dengan alat kored, ataupun dicangkul. Untuk menghilangkan gulma dapat pula dilakukan dengan penyemprotan herbisida kontak seperti Noxone. Penggunaan herbisida dilakukan dengan baik agar herbisida tidak mengenai tanaman buncis. Penyemprotan herbisida dapat dilakukan di pagi hari.
6. Pemasangan Lanjaran Pemasangan lanjaran dilakukan sedini mungkin sebelum buncis merambat. Pemasangan lanjaran yang optimal dilakukan pada 7 – 15 hari setelah tanam. Panjang lanjaran yang digunakan yaitu 150 – 200 cm, dengan panjang optimum 150 cm. Lanjaran dibenamkan dalam tanah sedalam 25 – 30 cm. Bentuk lanjaran dapat disesuaikan dengan selera bisa tegak atau berbentuk huruf V terbalik.
7. Pengairan Pengairan dilakuan untuk menjaga kelembaban tanah, pada musim kemarau pengairan dilakukan dengan interval 7 hari sekali dengan cara di leb atau digenangi, pada sekitar lubang tanam juga perlu dilakukan penyiraman.
8. Hama dan Penyakit Berikut di tampilkan hama yang sering menyerang tanaman buncis: Ulat grayak, Ulat penggerek polong, Penghisap polong, Trips (Thrips sp.), Kutu daun / cabuk, Karat daun (penyakit) 9. Panen Panen dapat dilakukan pada umur 45 HST atau pada polong buncis ada ciri-ciri yaitu mudah dipatahkan, diameter 0.8-1 cm, dan warna lebih cerah atau 12 – 15 hari setelah bunga mekar. Panen dilakukan di pagi hari dengan interval panen dapat dilakukan selama 4 – 5 hari sekali, tergantung dari kondisi polong buncis yang siap dipetik. Pemetikan polong diusahakan tidak terlambat karena kualitasnya akan menurun yaitu tonjolan biji kelihatan dan banyak mengandung serat.