Penafsiran Alegoris

Revisi sejak 8 Februari 2011 05.56 oleh Stepanus (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi '{{inuse}} '''Penafsiran Alegoris''' adalah sebuah model tafsir yang populer pada awal kekristenan hingga Abad Pertengahan. <ref name="Dianne">Dianne Bergant & Robert J. K...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Penafsiran Alegoris adalah sebuah model tafsir yang populer pada awal kekristenan hingga Abad Pertengahan. [1] Pendekatan ini merupakan sebuah upaya menyingkap pesan teks Kitab Suci secara alegoris, yaitu dengan mencari makna di balik kata-kata yang tertulis di dalam teks.[2].

Latar Belakang

Tafsir alegoris diperkenalkan oleh orang-orang Yunani.[3][4] Pendekatan ini dinilai sebagai solusi untuk menjembatani ketegangan antara mitologi-mitologi Yunani dan perkembangan filsafat. Dengan demikian, tafsiran alegori umumnya bersifat pembelaan (apologetis).[5]

Tafsir Alegoris untuk Kitab Suci

Pendekatan alegoris untuk menyingkap pesan teks-teks Kitab Suci dipelopori oleh Philo, seorang penafsir Yahudi pada abad pertama.[4][3] Keberadaan teks-teks kuno tidak lagi dianggap sebagai sebuah kebetulan, tetapi menyimpan pesan moral dan nilai-nilai kebenaran yang dari masa lampau.[6] Dengan pendekatan alegoris, Philo yakin pesan-pesan spiritual yang tidak dapat diungkapkan oleh teks secara harafiah dapat diungkap.[3] Selanjutnya, Philo mendaftarkan 10 alasan mengapa teks perlu ditafsir secara alegoris:[4]

  1. . Jika makna literer teks tidak mengatakan apa yang benar megenai Tuhan.[4]
  2. . Jika teks bertentangan dengan teks yang lain.[4]
  3. . Jika teks tampaknya harus ditafsir alegoris.[4]
  4. . Jka teks menampilkan kata-kata yang bermaknya ganda.[4]
  5. . Jika teks memuat pengulangan yang telah diketahui sebelumnya.[4]
  6. . Jika teks memuat penggambaran yang beragam.[4]
  7. . Jika muncul kata-kata yang sinonim.[4]
  8. . Jika ada hal-hal yang tidak normal muncul di dalam teks.[4]
  9. . Jika teks memuat permainan kata.[4]
  10. . Jika teks memuat simbol-simbol.[4]

Perkembangan Penafsiran Alegoris

Kekristenan perdana yang banyak berjumpa dengan filsafat Yunani menjadikan tafsir alegoris sebagai solusi untuk memahami pesan-pesan Alkitab. [1] Secara khusus, penafsiran Alegoris diwarikan oleh gereja-gereja Barat yang memang banyak begumul dengan filsafat Yunani.[7]. Contoh konkret terlihat pada zaman Patristik ketika Bapa-bapa gereja memahami bahwa Perjanjian Lama sebagai Kitab Suci orang Kristen harus digunakan untuk mendukung Perjanjian Baru.[4] Dengan demikian metode yang digunakan adalah metode alegoris. Secara khusus Origenes mengatakan bahwa Kitab Suci adalah tempat berkumpulnya alegori-alegori yang penuh dengan simbol.[4]. Sama seperti manusia yang terdiri dari tubuh, jiwa, dan roh maka Kitab Suci juga dibagi dalam tiga makna, yaitu literal (dipadankan dengan tubuh), moral (jiwa), alegoris (roh).[4] Dari ketiga tingkatan ini, menurut Origenes, Alegorislah yang paling penting.[4]

Perkembangan Kemudian

Setelah Abad Pertengahan, khususnya sejak zaman Reformasi, tafsir alegoris mulai ditinggalkan.[4] Alkitab diyakini dapat menafsir dirinya sendiri ("scriptura scripturae interprets").[7] Sikap reformasi ini memang tidak mematikan pendekatan terhadap kitab suci, termasuk pendekatan alegoris.[7] Akan tetapi, sikap tersebut mendorang para penafsir untuk lebih berfokus persoalan gramatika dan sejarah teks.[7]


Referensi

  1. ^ a b Dianne Bergant & Robert J. Karris. 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius. 21.>
  2. ^ Bernard Ramm. 1970. Protestant Biblical Interpretation. Grand Rapid: Baker. 24.>
  3. ^ a b c R. J. Zwi Werblowsky & Geoffrey Widoger (eds.). 1997. The Oxford Dictionary of the Jewish Religion. New York: Oxford. 37-38.>
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r Henry A. Virkler. 1988. Hermeneutic: Principles and Processes of Biblical Interpretation. Grand Rapid: Baker. 52.>
  5. ^ <Cecil Roth. 1959. The Standard Jewish Encyclopedia. New York: Doubleday. 78>
  6. ^ P. R. Ackroyd & G. F. Evans. 1993. Cambrigde History of Bible: From the Beginnings to Jerome Vol. 1. 379-380>
  7. ^ a b c d Forum Biblika: Jurnal Ilmiah Populer No. 8. Jakarta: LAI. 2.>

id:Alegori