Lilin adalah sumber penerangan yang terdiri dari sumbu yang diselimuti oleh bahan bakar padat. Sebelum abad ke-19, bahan bakar yang digunakan biasanya adalah lemak sapi (yang banyak mengandung asam stearat. Sekarang yang biasanya digunakan adalah parafin.

Pemaknaan Lilin Dalam Natal

Dalam masa Natal, Lilin menggambarkan atau memberikan gambaran tentang Kristus.[1] Kristus dilambangkan sebagai terang bagi dunia yang gelap.[1] Di dalam Alkitabpun tertulis tentang terang, di dalam Perjanjian Lama,Yesaya 9 : 1-6, “terang yang besar”, sedangkan di dalam Perjanjian Baru, Yohanes 1 : 1-18,” terang manusia”. Bukan hanya di dalam peribadahan saja, di rumah-rumah dan di toko-toko kerap di hias dengan lampu-lampu yang kelap-kelip, hal ini muncul sejak zaman patristik sebagai gambaran akan terang yang mengalahkan kegelapan. Penggunaan lilin dan lampu-lampu kelap-kelip merupakan pengaruh dari pesta cahaya Yahudi atau Hanukkah Yahudi. Hari raya Hanukkah dirayakan sekitar masa Adven dan Natal, dan terkadang sering diplesetkan dengan istilah Natal Yahudi.


Dengan menyebarnya penerangan listrik, saat ini lilin lebih banyak digunakan untuk keperluan lain, misalnya dalam upacara agama, perayaan ulang tahun, pewangi ruangan, dan sebagainya.

 
lilin

Referensi

  1. ^ a b (Indonesia)Rasid Rachman.2000. Hari Raya Liturgi. Jakarta: BPK-Gunung Mulia. Hal. 130-132.

Pranala luar

Templat:Link FA Templat:Link FA