Kristologi

Pokok Dogma Kritologi dalam ilmu teologi

Kristologi adalah pemikiran tentang diri Kristus, yaitu Yesus, sasaran iman umat Kristen.[2] Kristologi adalah doktrin yang membicarakan pentaaan Allah dalam diri Kristus.[3] Kata Kristologi berasal dari bahasa Yunani, Χριστός= kristos = Kristus dan λόγος =logos = logi = kata-kata = ilmu, jadi bidang ilmu atau ajaran yang membicarakan Kristus. Kristologi adalah cabang ilmu Teologi, khususnya Teologi Dogmatika.[2].[4] Pembicaraan tentang Kristus ini terkait dengan umat Kristen memahaminya dalam kehidupan sehari-hari, keyakinannya akan Yesus di masa lampau, hingga sekarang, selama perjalanan itulah maka terus digeluti karena masih relevan adanya.[2] Kristologi dan ajaran Trinitas tidak dapat dipisahkan satu terhadap yang lainnya, baik dalam sejarah dogma maupun Sistematika.[5][4] Selain itu, aspek lain yang menyertai pembicaraan ini adalah mengenai karya Yesus tentang keselamatan, soteriologi.[2]

Stained glass window of Saint Peter proclaiming Jesus, in [[]] Luke:9:20-KJV: "But who do you say that I am?" Peter answered: "The Christ of God".[1]

Pembicaraan tentang Kristus ini adalah inti iman Kristen yang mempercayai Yesus Kristus sebagai Tuhan,Allah.[6] Perdebatan tentang Ketuhanan Yesus juga masih berlangsung sampai saat ini, tidak ada yang dibakukan menjadi yang paling benar. Hal ini tampak dalam Paham Trinitas (Allah Bapa, Puteran dan Roh Kudus) yang berbeda-beda, paling nampak dalam pemikiran Ireneus, Tertulianus dan Origenus.[7]

Kristologi berkembang dari masa ke masa, dan tidak pernah mengalami tahap selesai, karena selalu dihubungkan dengan konteks umat Kristiani oleh para pemikirnya.[7][8] Tema-tema seperti "Feminisme", "Pembebasan" adalah tema-teman yang saat ini sedang populer pada zaman modern, hal ini terkait dengan banyaknya penindasan oleh perang, perkembangan isu "ekslusivisme", kesenjangan sosial di masyarakat, dan sistem negara yang terkadang tidak adil pada seluruh ciptaan.[3] Tema tentang ekologi (alam) juga berkembang seiring isu pemanasan global, [9][10]J Sudarminta. dkk., Dunia, Manusia dan Tuhan, Yogyakarta: Kanisius 2008 Hlm. 42-44</ref> Kristologi yang berfokus pada ciptaan ini disebut Kristologi Kosmik.[10] Jadi Makna Yesus sebagai Mesias mampu hadir di setiap zaman.[3][9]Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; nama tidak sah; misalnya, terlalu banyak

Kristus adalah Mesias

 
The Four Evangelists, by Pieter Soutman, 17th century.

Demikian juga kata Marta dalam Yohanes 11:27


Kata "Kristus" memiliki arti yang sama dengan mesias yang artinya adalah "Yang Diurapi". [11] Kedatangan Yesus juga sudah dinubuatkan semenjak zaman nabi-nabi dalam Kitab Perjanjian Lama: Natan, Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, Hagai dan Zakharia.[11] Mesias dalam Perjanjian Lama dinanti oleh orang Israel untuk mengentaskan bangsa Israel dari berbagai masalah, terutama politik.[11] Jadi hadirnya Mesias adalah sebagai "Solusi" dalam masa krisis.[11]

Kristologi dari Zaman ke Zaman

Abad Pertama Masehi (Kristologi Biblis)

Kristologi pada masa Yesus adalah identitas Yesus sebagaimana dikenal orang-orang saat itu, bisa kita lihat dari beberapa pernyatan orang-orang yang hidup pada masa hidup Yesus sendiri.[12][3] Jawaban-jawaban tentang siapa Yesus, adalah sebagai berikut:[3]

Paulus : Yesus adalah Kristus yang disalibkan dan dibangkitkan

Markus : Yesus adalah Mesias

Matius : Yesus adalah Musa baru, pengajar hukum baru

Lukas : Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, adalah Juru Selamat semua orang

Yohanes - Yesus adalah Sabda Allah yang menjelma sebagai manusia.

Pada Zaman Yesus, Yesus orang Nazaret dikenal sebagai seseorang yang bertindak revolusioner. Yesus adalah orang Yahudi.[12] Melalui pendekatan biblis atau Hermeneutika Alkitab, ditemui sebutan bahwa Yesus adalah Mesias.[12] Hal ini diperoleh dari Alkitab, khususnya dalam Perjanjian Baru, Markus 8 ayat 27-29 ketika Petrus menjawab pertanyaan Yesus, "Siapakah Aku ini?", maka jawab Petrus, "Engkaulah Mesias". [12] Mesias dalam Perjanjian Lama yang artinya keluarga Daud, Raja yang selalu berjaya digantikan Mesias dalam Perjanjian Baru menjadi raja yang dibangkitkan dari kematian.[12] Raja kerajaan yang gilang gemilang di masa akhir dan lambat laun akan menjadi pemimpin religius, bukan pemimpin politik.[11] Dari berbagai istilah tentang Kristus pada orang-orang pada masa Awal Masehi sudah beragam. [12] Informasi lain, Yesus disebut sebagai Mesias dari Israel, Mesias adalah Kristus disebutkan Paulus sebanyak 270 kali dan variasi nama Yesus Kristus atau Kristus Yesus sebanyak 109 kali.[3] Nama itu menunjuk pada : Allah, Tuhan atau kata ganti yang menjurus pada Allah.[3]

Injil Yohanes dilihat sangat khusus dalam pandangan Kristologi, bahwa Firman atau λόγος, Allah sendiri menjadi manusia, dalam wujud Kristus.[6] Di sini dijelaskan bahwa Kristus yang adalah Yesus itu adalah Allah sendiri, Ketuhanan Yesus merupakan pusat Teologi Perjanjian Baru, menurut Miller, "Yesus adalah Allah"..[6]


Kristologi menurut(Abad 2 - 11)

Pada abad kedua, Kristologi belum terlalu diperdebatkan, namun sudah terdapa banyak pertanyaan ontologis tentang Ketuhanan Yesus.[12] Masyarakat waktu itu ingin sekali mengetahui siapa Yesus sebenarnya, dalam kaitannya dengan Allah.[12] Kemudian secara hakekat, terdapat tokoh bernama Arius yang mengatakan bahwa Allah tetap Allah, dan hanya ada satu, Allah tidak mungkin ada bersatu (sehakikat) dengan sesuatu yang terbatas. Menyebut Yesus "Anak Allah" sama artinya menghujat Allah karena yang ilahi dan tak terbatas disatukan dengan yang jasmani dan terbatas.[12]

Kristologi-Logos

Kristologi-Logos ini terdapat dalam Injil Yohanes 1:1-4 bahwa fungsi logos ada dua: kosmomologis yaitu sebagai penciptaan dan revelatoris-soteriologis yang artinya Penyelamat melalui Pewahyuan.[4] S. Igasius dari Antiokhia menyebutkan Yesus "Sang Logos" yang mana Logos (sabda) itu tidak lagi berdiam diri, melainkan menyatakan diri untuk menyelamatkan.[4] Jadi bagi Ignasius, Sabda adalah keseluruhan tujuan komunikasi, revelatoris-soteriologis, bukan fungsi kosmologis.[4] Ajaran Kristologis-Logos ini ada dua, yaitu yang klasik dan yang modern.[4]

Arianisme

Arianisme adalah ajaran yang dikeluarkan oleh Uskup Arius pada tahun 300.[4] Dister menganggapnya sebagai kecenderungan manusia untuk mempersempit misteri Allah.[4] Arius menganggap Yesus sebagai ciptaan saja, walaupun paling agung, hal ini dipengaruhi dengan gambaran Allah pada dirinya, lalu dia menyimpulkan "Yesus bukan Allah".[4]

Nestorianisme

Nestorianisme adalah ajaran yang dikeluarkan oleh Uskup Nestorius pada tahun 400.[4] Menurut Nestorius, Putra Allah di surga dan manusia Yesus di bumi bukanlah satu pribadi yang sama, melainkan dua pribadi.[4] Keduanya memang berkaitan satu sama lain, tapi toh tinggal tetap dua.[4] Akal budi manusia ingin mempertahankan gambaran Allah yang "murni", surgawi dan rohani.[4] Maka Allah Putra dipisahkan dari Yesus yang pernah berkeliling di dunia ini.[4]

Monofisitisme

Monofisitisme adalah ajaran yang meyakini bahwa Yesus hanya satu kodrat, yaitu ilahi.[4] Monofisit berasal dari Bahasa Yunani, νόμος yaitu satu, dan φύσης berarti kodrat, jadi Kristus hanya memiliki satu kodrat, hal ini bertentangan dengan Nestorianisme.[4] Yesus yang berjalan-jalan di bumi sebenarnya adalah Allah, kemanusiaan Yesus dianggap hanya semu saja.[4][13]

Kristologi pada Abad 4 dan 5 Masehi di mana Konsili Nikaia (Nicea), Efesus dan Khalsedon adalah doktrin Kristus yand dirumuskan pada tiga konsili itu.[12] Konsili Nicea, Efesus dan Khalsedon adalah upaya untuk membela iman mereka dari berbagai pengajaran di atas.[4]

Konsili-Konsili

 
The First Council of Nicea

Konsili Nicea (325) Dalam Konsili Nicea, para uskup dari Timur memutuskan bahwa sebutan Allah digunakan bukanlah untuk kehormatan saja.[12] Dalam Syahadat Nicea yang masih didaraskan dan dinyanyikan gereja dewasa ini, Yesus diakui sebagai "Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar; dilahirkan, bukan dijadikan, sehakekat dengan Bapa." [12] "Jika syahadat ini tidak benar, kita tidak akan diselamatkan oleh Yesus." Demikian kata mereka. [12] Konsili Nicea memelihara Gereja dari bidaah Arianisme.[4] Yesus dari Nazaret, Sang Kristus, Allah betul-betul menyatakan diri di bumi kita ini.[4] Konsili Kontantinopel pada tahun 281 juga berpikir demikian, Para Uskup dari Timur berpikir bahwa kita (umat Kristen) diselamatkan oleh Allah yang mengambil sepenuh-penuhnya apa yang menjadi sifat kodrat manusia.[12] Jika ada sesuatu yang tidak diambil dalam penjelmaan, maka sesuatu itu tidak ditebus.[12] Maka, Yesus benar-benar seutuhnya manusia menjadi kebenaran yang menyelamatkan.[12] Maka Konsili ini meneguhkan pandangannya dalam Syahadat Nicea Konstantinopel

Namun di lain pihak ada beberapa orang yang cenderung menekankan keilahian Yesus sehingga mereka tidak melihat bahwa ia benar-benar manusia.[12]

--Klemens dari Aleksandria

--Hilarus dari Poitiers

--Uskup Apollinarius


Konsili Efesus pertama Konsili Efesus tahun 431 memelihara gereja dari bidaah Nestorianisme. [4] Konsili Efesus mewartakan bahwa - betapapun besarnya kodrat Ilahi dan kodrat insani - hanya ada satu pribadi saja dalam Yesus Kristus, di dalam manusia Yesus kita menemukan Allah.[4] Untuk mengungkapkan misteri Kristus ini dengan setegas-tegasnya, maka Konsili Efesus memberikan gelar Teotokos kepada Maria, artinya "Bunda Allah".[4]

Konsili Efesus kedua

Menurut Konsili Khalsedon Konsili Khalsedon tahun 451 memelihara gereja dari bidaah monofisitisme.[4] Jika Nestorianisme mengatakan satu pribadi Yesus hanya Ilahi saja, maka Konsili Khalsedon mengggarisbawahi kemanusiaan Yesus dengan menegaskan bahwa dalam diri Yesus yang satu dan tunggal itu hadirlah bukan saja kodrat ilahi, tetapi juga kodrat insani seluruhnya.[4] Di dalam manusia yang sungguh-sungguh, nampak pula Allah yang sungguh-sungguh.[4] Sama luhurnya dengan Allah yang dekat, tergerak oleh belas kasihan, berjuang melawan kejahatan.[4] Di sini, keilahian dan kemanusiaan Yesus tidak tercampur, tidak tergantikan, tidak terpisahkan, tidak terbagi, hal ini nanti diteruskan oleh Karl Rahner.[14] Jadi, Yesus adalah simbol Allah, kata Roger Haight.[14]

Dari ketiga pernyataan Magisterium Gereja mengenai kristologis, maka misteri Allah menjadi terbuka, tidak dipersempit oleh akal budi, orang Kristen menemukan inti sari misteri Allah yang sebenarnya.[4] Hati manusiawi Yesus itu hati Allah.[4]


Abad 11 - Reformasi

Konsili Trente

Kristologi pada Konsili Trente lebih bersifat defensif terhadap gelombang reformasi.[12]


Modern

  1. PostModern


Dimensi Kristologi

  1. Ketuhanan Yesus
  2. Kemanusiaan Yesus
  1. Pendamaian Krisus
  2. Kristus Sang Pembebas

Tokoh-tokoh Kristologi

Para pemikir yang menghuni pada 'ruang' pemikiran Kristologi ini sangat banyak, terbentang dari Bapa-bapa Gereja abad kedua, Abad ke empat, reformasi bahkan hingga sekarang.

  1. Anselmus dari Cantebury

Anselmun adalah [teolog]] dan filsuf yang hdip pada Abad Pertengahan.[15] Berasal dati Italia, terkenal dengan pemikiran Skolastiknya. [15] Karya yang paling terkenal berjudul [[Cur Deus Homo (Mengapa Allah menjadi Manusia).[15]Di dalam konteks sosiologis feodalisme, Anselmus menelaah mengapa Allah menjadi manusia dan harus mati untuk menyelamatkan kita? Sebab, tidak adalah cara lain untuk meyelamatkan? [12][15] Menurut Anselmus, bahwa Yesus Kristus wafat untuk melakukan silih (ganti) atas dosa; tanpa penyilihan itu tatanan alam semesta akan kacau balau untuk selamanya.[12][15] Dengan jalan itu, baik keadilan, rahmat maupun kasih Allah dipenuhi dan disempurnakan.[15] Anselmus memulai teologinya dari keyakinannya bahwa seseorang bisa berteologi hanya setelah dia beriman [15] fides quarens intellectum. Iman ini mencakup sikap iman fides qua creditur maupun isi iman fides quae creditur. [16] Dengan demikian, obyek teologi sebenarnya adalah peristiwa perjumpaan dan komunikasi Allah dan manusia berlangsung melalui Yesus Kristus dalam Roh Kudus merupakan realitas dinamik yang terus berlangsung di seluruh sejarah Gereja.[16]

  1. Thomas Aquinas (1225-1274)

Thomas Aquinas adalah tokoh Skolastik yang terbesar di abad pertengahan dari Italia.[15] Ia adalah seorang Katolik yang saleh, mengenyam pendidikan di berbagai sekolah Katolik dan mengajar Filsafat dan Teologi di Paris.[15] Pemikirannya tentang kodrat manusia adalah, bahwa manusia menjadi tidak sempurna ketika jatuh dalam dosa, dan diselamatkan Allah melalui rahmat adikodrati yang ditawarkan Gereja.[15]

  1. Martin Luther (1483-1546)

Martin Luther adalah seorang imam Katolik di Jerman pada era Reformasi, dialah yang membawa pembaharuan agama, sehingga Gereja Lutheran terbentuk.[15] Ajarannya tentang Kristus adalah bahwa setiap orang Kristen tidak bebas dari Kristus, melainkan bebas dalam Kristus.[15]

  1. Yohanes Kalvin (1509-1564)

Yohanes Kalvin adalah seorang pemimpin reformasi gereja di Swiss.[15] Dia dilahirkan di kota Noyon, Perancis. Dia ahli hukum dan teologi, dia banyak membantu gereja di Jenewa ketika reformasi, dia djuga dikenal dalam sumbangannya terhadap pembaharuan Mazmur Jenewa.[15] Seperti halnya Luther, dia mengajarkan bahwa manusia dibenarkan hanya oleh iman atau Sola Fide.[15] Keselamatan didapat dari Allah sebagai karunia di dalam Kristus.[15]

  1. Karl Rahner (1904-1984)

Karl Rahner dalam berkristologi ingin menekankan pada "sesuatu" yang berasal dari dialektis (perjumpaan) antara simbol dan penyimbulan, terkhusus pada simbol Yesus.[14] Simbol menurut Rahner adalah "sesuatu yang menjadi perantara sesuatu lain dari dirinya sendiri.[14] Petunjuk penting adalah bahwa Yesus adalah benar-benar dari Allah untuk dunia.[14] Kristologi Thomas Aquinas berpusat pada inkarnasi Allah pada diri Yesus.[17] Rahner menyebut Yesus sebagai "Tuhanku dan Allahku".[17]

  1. Kristologi Karl Barth (1886-1968)

Karl Barth adalah teolog dari Swiss pada era reformasi di abad 20, dia membawa pembaharuan yang besar dari teologi abad 19.[15] Dia belajar teologi di Jerman.[15] Teologinya disebut dialektis, sebab berawal dari Allah yang ada di Sorga dan suci, dia mengirimkan Kristus yang begitu dekat di dunia yang hina, sehingga pertemuan dua hal yang bertentangan ini disebut dialektis.[15]

Kristologi Barth dimulai dari pra-eksistensi Kristus, Kristus menjadi sentral teologinya.[15] Tuhan Allah menyatakan anugerahnya dalam Kristus sekaligus mengikatkan diri-Nya pada Kristus.[15] Pemulihan manusia ditentukan pada pemilihan Tuhan Allah terhdap Kristus,. Allah memilih Kristus sekaligus Tuhan Allah memilih manusia sebagai sekutu-Nya.[15]

  1. Kristologi Gestavo Guteres



Referensi

  1. ^ Who do you say that I am? Essays on Christology by Jack Dean Kingsbury, Mark Allan Powell, David R. Bauer 1999 ISBN 0664257526 page xvi
  2. ^ a b c d (Indonesia)C Groenen., Pustaka Teologi Sejarah Dogma Kristologi,Yogyakarta: Kanisius, 1998 Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Groenen" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  3. ^ a b c d e f g (Inggris) Martin Hengel., Studies in Early Christology, Scotland: T&T Clark Ltd, 1995 Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Hengel" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac (Indonesia)Nico Syukur Dister., Kristologi - Sebuah Sketsa, Yogyakarta: Kanisius Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Dister" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  5. ^ (Indonesia) Bernard Lohse., Pengantar Sejarah Dogma Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006 Hlm 90
  6. ^ a b c (Indonesia)Mangapul Sagala. ., Firman Menjadi Daging, Jakarta: Perkantas 2009
  7. ^ a b (Indonesia) Louis Berkhof., Teologi Sistematika - Doktrin Allah, Surabaya: Pusat Literatur Kristen Momentum (LRII) 1993 Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Berkhof" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  8. ^ Nico Syukur Dister., Teologi Sistematika - Allah Penyelamat, Yogyakarta: Kanisius, 2004
  9. ^ a b Celia Drummond Deane., Teologi Dan Ekologi, Yogyakarta: BPK Gunung Mulia, diterjemahkan oleh Robert P. Borong- Cetakan ketiga 2006
  10. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Sudarminta
  11. ^ a b c d e (Indonesia)S.M. Siahaan., Pengharapan Mesias dalam Perjanjuan Lama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001 Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Siahaan" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  12. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t (Inggris)Johnson. Elizabeth., Kristologi di Mata Kaum Feminis,Yogyakarta: Kanisius, 2003 Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Johnson" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  13. ^ V Zamoyta., Theology of Christ: Sources, Milwaukee, 1967 Hlm 27-58
  14. ^ a b c d e (Inggris)Anne M. Clifford., di tulis oleh Robert Masson - The Clash of Christologcal Symbols dalam Christology; Memory, Inquiry, Practice, USA: The College Theology Society 2003 Hlm. 63-86 Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Clifford" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  15. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v (Indonesia)F.D. Wellem., Riwayat Hidup Singkat tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987 Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Wellem" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  16. ^ a b (Indonesia)Jurnal Filsafat Iman., Menguji Omongan Agama, Yogyakarta: Kanisisus, 1997
  17. ^ a b (Inggris)Brian Davies., The thought of Thomas Aquinas,New York: Oxford University Press, 1992

Teologi Sistematika|Kristologi|Dogmatika|Teologi|Konsili|Filsafat|