Lokomotif F10
Dengan tuntutan teknis yang disodorkan oleh Staatspoorwegen, pabrik Hanomag, jerman, dibawah pimpinan Dr.h.c. Ing. Erich Metzeltin, berhasil merancang lokomotif unik yang berhasil menarik perhatian kalangan perkeretaapian dunia. Oleh Hanomag lokomotif hasil rancangannya mendapat julukan JAVANIC.
Lokomotif F10 | |
Data teknis | |
---|---|
Sumber tenaga | Uap |
Produsen | Hanomag, jerman |
Nomor seri | F12 / SS 800 |
Model | Javanic |
Tanggal dibuat | 1896 |
Jumlah dibuat | 28 |
Spesifikasi roda | |
Susunan roda AAR | 2-12-2T |
Klasifikasi UIC | 1F1 |
Dimensi | |
Lebar sepur | 1.067 mm |
Diameter roda | 1102 mm |
Panjang | 13880 mm |
Lebar | 2506 mm |
Tinggi maksimum | 3700 mm |
Berat | |
Berat kosong | 78,68 ton |
Bahan bakar | |
Jenis bahan bakar | Kayu jati |
Kapasitas air | 8,5 m² |
Kapasitas tender | 3 ton |
Sistem mesin | |
Ukuran silinder | 380/580 X 509 |
Kinerja | |
Kecepatan maksimum | 87km/h |
Daya mesin | 1000 ipk |
Jari-jari lengkung terkecil | 170 m |
Lain-lain |
Sejarah
Pada awal abad ke 20 sebagian besar anggkutan barang yang diangkut oleh Staatspoorwegen (SS), melalui jalur pegunungan yang cukup berat di Jawa Barat. Karena itu SS selalu mengupayakan penyempurnaan armada lokomotif agar mampu menjawab tantangan kebutuhan angkutan barang yang semakin meningkat.
Lokomotif tipe Mallet yang ada (SS500) sudah menjawab sebagian tantangan. Namun lokomotif ini memiliki kekurangan yaitu pada bagian pipa uap flexible yang menyalurkan tenaga uap ke silinder tekanan rendah, masalahnya pipa ini sering bocor, yang mengakibatkan tenaga lokomotif berkurang. Karena itu untuk mengantisipasi pembangunan jalur kereta api terutama di wilayah pegunungan, SS memesan lokomotif uap baru yang lebih bertenaga. Dengan spesifikasi diantaranya memiliki 6 roda penggerak seperti halnya lokomotif seri CC, tetapi tanpa menggunakan pipa flexible dan tentunya bisa melahap jalur pegunungan di Jawa Barat dengan radius minimal 150 m. Tantangan itu dijawab oleh pabrik Hanomag Jerman dengan memperkenalkan lokomotif tender yang memiliki 6 roda penggerak yang dikopel menjadi satu serta dilengkapi satu roda penghantar muka dan belakang (1F1). Karena ke-6 roda penggerak memiliki jarak sumbu yang cukup panjang (6250 mm) maka untuk memenuhi tuntutan bisa melahap radius minimal 150 m, roda penggerak pertama dan ke-6 memiliki toleransi gerakan dalam arah lateral sebesar 30 mm, sedangkan roda-roda penghantar sebesar 100 mm. Roda-roda penghantar memiliki perlengkapan per tolak balik (terugstelinrichting) dengan tegangan awal sebesar 350 kg dan maksimum 1300 kg. Perlengakapan per itu untuk menjaga agar roda-roda secara otomatis kembali ke posisi semula setelah melahap tikungan tajam. Dengan bahan batubara Ombilin yang memiliki nilai kalor 6800 kcal/kg maka lokomotif JAVANIC yang dilengkapi dengan oververhiter memperoleh tenaga sebesar 1000 ipk pada silindernaya. Total tenaga lokomotif JAVANIC setara dengan 1,8 kali tenaga lokomotif Mallet yang ada (SS500). Untuk kalangan perancang lokomotif, Jenis lokomotif 1F1 ini tiada duanya di dunia, sehingga menarik segenap kalangan ahli perkerataapian.
Antara tahun 1912 hingga 1920 didatangkan 28 lokomotif jenis F10 ini, dari pabrik Hanomag di Jerman dan Werkspoor di Belanda. Setibanya di Indonesia, lokomotif JAVANIC mendapat nomor seri SS800. Javanic segera beraksi di jalur pegunungan Jawa Barat dengan Dipo Lokomotif Bandung. Walaupun perhitungan “di atas kertas” sudah bagus, namun setelah dioperasikan, JAVANIC tidak begitu cocok untuk jalur barat ini. Pasalnya roda penggerak pertama memiliki tingkat keausan yang luar biasa. Sehingga setelah berjalan sekitar 2 bulan roda penggeraknya harus diganti. Akhirnya Staatspoorwegen memutuskan untuk memindahkan operasinya dari Jawa Barat ke jalur-jalur kereta api di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang radius minimumnya lebuh besar. Loko JAVANIC menghuni dipo lokomotif Purwokwrto, Blitar, Malang dan Jember. Sejak saat itu hingga zaman PJKA, mayoritas lokomotif ini menghuni Jawa Timur.
Khusus untuk jalur kereta api Prupuk-Purwokerto, dimana di lintas tersebut kecepatan maksimum rata-rata 75km/h, JAVANIC secara teknis disempurnakan lagi sehingga mampu dipacu dengan kecepatan 85 km/h tanpa masalah. Hal ini terutama diperlukan bila JAVANIC digunakan untuk menghela kereta api ekspres.
Namun karena persedian air loko tender tidak sebanayak lokomotif dengan tender lepas, maka daya jelajah lokomotif ini juga terbatas. Sehingga begitu lokomotif Mallet SS1600 (de Bergkoningin) mulai berdinas, Peranan JAVANIC untuk menghela kereta api ekspres mulai tergeser. Selain beroperasi di Jawa, JAVANIC juga berdinas di Sumatera Barat untuk angkutan batubara. Di zaman kemerdekaan lokomotif JAVANIC mendapat nomor seri F10 (01 – 28) sampai akhir masa tugasnya. JAVANIC bertugas menarik rangkaian kereta barang maupun penumpang, diantaranya “Dhoho Express” (Rapih Dhoho) (Surabaya-Kertosono-Blitar). Pada tahun 1986 F1015 diboyong ke Expo ’86 di Vancouver, Kanada, mewakili Indonesia. Seperti halnya saudara-saudaranya yang lain, JAVANIC tak luput dari pembantaian juragan besi tua. Tapi anda jangan khawatir, anda masih bisa mengagumi sosok lokomotif JAVANIC di Museum Kereta Api Ambarawa (F10-02) dan di Museum Transportasi-TMII, Jakarta (F10-15).
Lihat pula
Pranala luar
- (Indonesia) Data teknik lokomotif BB 203
- (Indonesia) Daftar lokomotif BB 203 yang diubah menjadi CC 201
- (Indonesia) Alokasi Lokomotif PT. KAI di Indonesia Saat Ini
- (Indonesia) Situs web resmi PT Kereta Api Indonesia (Persero)