Lokomotif E10

salah satu lokomotif uap di Indonesia
Revisi sejak 13 Maret 2011 04.00 oleh Bagazi (bicara | kontrib)

Staatspoorwegen ter Sumatara’s Westkust (SSS) pertama kali membangun jalur kereta api di pantai barat Sumatera pada tahun 1887 hingga 1896. jalur kereta api ini dipergunakan untuk menghela produk tambang batubara Ombilin ke pelabuhan Padang, yakni Teluk Bayur. Namun disadari bahwa meningkatnya produksi batubara Ombilin membuat lokomotif-lokomotif lama tidak memadai, apalagi untuk jalur yang berbukit-bukit. Maka didatangkanlah lokomotif-lokomotif yang lebih besar. E1016 adalah anggota kedua lokomotif uap bergigi untuk Sumatera Barat. Setelah datangnya tiga lokomotif seri D18 pada tahun 1913, tibalah 22 lokomotif E10 antara tahun 1921 hingga 1928, buatan pabrik Esslingen dari Jerman dan SLM (Schweizerische Lokomotiv-und Maschinenfabrik) dari Swiss. Kedua pabrik ini memang terkenal dengan lokomotif uap bergiginya. Bahkan lokomotif diesel elektik bergerigi BB204 yang belum lama ini disaksikan penggemar kereta api yang berkunjung ke Ranah Minang pun buatan SLM. Lokomotif E10 dipergunakan di jalur-jalur bergerigi di Sumatera Barat, antara Kayutanam hingga Batutabal, dan antara Padangpanjang-Bukittinggi-Payakumbuh. Medan yang berat, dengan tanjakan securam 8% ini menuntut lokomotif dengan daya yang besar. Lokomotif E10 memiliki empat silinder uap,dengan dua silinder khusus untuk menggerakan roda gigi.

Lokomotif E10
Berkas:Stoom locomotive E10.JPG
E10 / SSS100
Jenis dan asal
Sumber tenagaUap
ProdusenMaschinenfabrik Esslingen, Jerman
Nomor seriE10 / SSS100
ModelDecapod
Tanggal produksi1922-1928-1964
Jumlah diproduksi28
Data teknis
Konfigurasi:
 • AAR0-10-0T
 • UICE
Lebar sepur1.067 mm
Diameter roda1000 mm
Panjang10224 mm
Lebar2506o mm
Jenis bahan bakarKayu jati, Batubara
Jumlah silinder450 X 510 mm
Performansi
Daya mesin500 HP

Saat ini, lokomotif E10 dapat kita temui di Museum Kereta Api Sawahlunto, Sumatera Barat, dengan nomor seri E1060. Loko ini biasa digunakan untuk menarik kereta wisata.

Lihat pula

Pranala luar