Gereja yang esa
Gereja yang Esa adalah sebuah konsep teologis yang terdapat di dalam surat Paulus kepada gereja di Efesus. Konsep ini menggambarkan gereja yang sudah meninggalkan cara lamanya, dan menuju suatu perbaikan yang sentral terhadap situasi disekitarnya, termasuk juga konteks pergumulan yang dihadapi gereja.[butuh rujukan] Segala persoalan yang ada di dalam gereja dihadapi bersama, sehingga keesaan gereja muncul dan tampak bersinar bagi dunia.
Istilah Templat:"ekklesia" dalam surat Efesus ini menunjuk kepada gereja secara menyeluruh, mencakup orang beriman di segala tempat. Jadi, gereja di sini mencakup segala suku, ras atau ethnik, dan sebagainya.[butuh rujukan] Gereja ini juga bersifat universal, pertanda ia adalah Gereja yang Esa.[butuh rujukan] Menurut surat Efesus, keesaan gereja itu terletak pada maksud, tujuan, dan rencana Allah. Rencana Allah sebenarnya sudah ditetapkan sebelum semuanya terciptakan, dan telah mencapai puncaknya ketika Kristus datang.[butuh rujukan] KematianNya di kayu salib telah menghapus dosa manusia.[butuh rujukan] Ia juga mendamaikan orang Yahudi dan bukan Yahudi dengan membatalkan Hukum Taurat(2:15), dan juga mendamaikan mereka dengan diriNya, sehingga terciptalah umat baru, yaitu gereja.[butuh rujukan] Dengan kuasa Allah, gereja telah dijadikan dan digambarkan sebagai rumah tangga besar.[butuh rujukan] Gereja itu, terdiri dari orang Yahudi maupun orang yang bukan Yahudi (2:11-22), yang bersama-sama menikmati kekayaan warisan Allah (3:1-13). Allah diam di dalam gereja yang dibangun atas dasar yang kokoh dan terdiri atas banyak bagian, dan setiap bagian itu mempunyai tempatnya tersendiri dalam bangunan tersebut (2:19-22).[butuh rujukan]
Metafora
Ada 3 gambaran utama yang dipergunakan oleh penulis surat Efesus untuk melukiskan Gereja yang Esa itu:
Tubuh Kristus
Gereja dilukiskan sebagai Tubuh Kristus.[butuh rujukan] Paulus menggunakan gambaran ini dalam surat Roma dan 1 Korintus untuk melukiskan segala kepelbagaian karunia di dalam gereja, yang semuanya itu digunakan untuk kepentingan Tubuh yang satu.[butuh rujukan] Oleh karena itu, unsur yang ditekankan dalam Gereja yang Universal ini adalah hubungan antara Kristus dan Gereja.[butuh rujukan] Kristus dan tubuhNya adalah Gereja.[butuh rujukan] Dalam surat Kolose, Kristus ialah “kepala tubuh” (1:18); dalam surat Efesus, “jemaat adalah tubuhNya” (1:22,23).[butuh rujukan] Jadi, uraian dalam surat Kolose berpusat pada kedudukan Kristus yang agung, sedangkan dalam surat Efesus uraiannya berpusat pada sifat gereja, yakni Gereja yang Esa.[butuh rujukan]
Satu Bangunan
Dalam Efesus 2:19-22, Ekklesia digambarkan sebagai sebagai satu bangunan atau lebih tepatnya Bait Allah, dan Allah berdiam di dalam Roh.[butuh rujukan] Semua bagian dalam bangunan ini memiliki fungsinya masing-masing (Efesus 4:11).[butuh rujukan] Roh kudus berperan dalam menyampaikan janji-janji Allah kepada manusia (orang-orang Kristen), yakni mereka yang menerima jaminan, termasuk cicilan pertama (Yunani arrabon). [butuh rujukan]
Pengantin Perempuan
Gereja yang Esa itu digambarkan sebagai pengantin perempuan.[butuh rujukan] Gambaran ini memiliki akar dalam Perjanjian Lama, yakni Allah dinyatakan sebagai Suami dan Israel sebagai istriNya.[butuh rujukan] Namun demikian, dalam perjanjian lama, gambaran ini menunjukkan ketidaksetiaan Israel, Sedangkan dalam surat Efesus gambaran ini melukiskan Kristus sebagai kepala dari gereja.[butuh rujukan]
Kristus sebagai Kepala, Dasar dan Suami
Pemersatu gereja ialah Kristus. Kristus adalah Kepala, Dasar dan Suami. Sedangkan, gereja adalah tubuh, “bangunan atau bait Allah”. Kristus sebagai sebagai Kepala memampukan gereja untuk bertumbuh. Sebagai dasar Bait Allah, Ia menopang gereja untuk tetap kokoh. Sebagai suami, Ia akan selalu menemani gereja dan tinggal di dalamnya.
Gereja Masih Terus Berjuang
Orang beriman telah dibangkitkan bersama Kristus. Dengan kata lain, gereja memperoleh kemenangan oleh kematian dan kebangkitan Kristus. Namun sebelum mencapai kepenuhan itu, kuasa-kuasa jahat dunia akan menyatakan perang terhadap gereja. Gereja harus terus berjuang dan tetap setia akan pengharapannya. Dalam perjuangan itu, gereja harus memakai seluruh perlengkapan senjata, seperti iman dan pedang roh (firman Allah).