Gelanggang Olahraga Bung Karno

kompleks olahraga berstandar internasional di Jakarta
Revisi sejak 25 Maret 2011 16.22 oleh Gunkarta (bicara | kontrib) (Menolak perubahan terakhir (oleh 125.162.16.6) dan mengembalikan revisi 4164830 oleh IvanLanin)

Gelanggang Olahraga (Gelora) Bung Karno adalah sebuah kompleks olahraga serbaguna di Senayan, Jakarta, Indonesia. Kompleks olahraga ini dinamai untuk menghormati Soekarno, Presiden pertama Indonesia, yang juga merupakan tokoh yang mencetuskan gagasan pembangunan kompleks olahraga ini. Dalam rangka de-Soekarnoisasi, pada masa Orde Baru, nama kompleks olahraga ini diubah menjadi Gelora Senayan. Setelah bergulirnya gelombang reformasi pada 1998, nama kompleks olahraga ini dikembalikan kepada namanya semula melalui Surat Keputusan Presiden No. 7/2001[1].

Gelora Bung Karno
Gelora Senayan
Informasi stadion
PemilikSekretariat Negara R.I
OperatorSekretariat Negara R.I Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPKGBK)
Lokasi
LokasiJakarta Pusat, Indonesia
Konstruksi
Mulai pembangunan8 Februari 1960
Dibuka24 Juli 1962
Diperbesar24 Agustus 1962
Direnovasi17 Agustus 1962
Biaya pembuatan$12,500,000
Data teknis
PermukaanRumput
Kapasitas88,306
Pemakai
Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI)
Tim Nasional Sepak Bola Indonesia
Liga Indonesia
Persija Jakarta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini
Berkas:Gelora Bung Karno Stadium, Night.jpg
Gelora Bung Karno saat Asian Cup 2007

Pembangunannya didanai dengan kredit lunak dari Uni Soviet sebesar 12,5 juta dollar AS yang kepastiannya diperoleh pada 23 Desember 1958.

Latar belakang

Selain sebagai tempat berolahraga, kawasan Gelora Bung Karno oleh berbagai kelompok masyarakat sering dimanfaatkan sebagai ajang temu. Selain itu pada awal tujuan dibangunnya stadion ini, Presiden Soekarno juga menginginkan kompleks olahraga yang dibangun untuk Asian Games IV 1962 ini juga hendaknya dijadikan sebagai paru-paru kota dan ruang terbuka tempat warga berkumpul. Sebuah ciri khas stadion ini adalah atap yang disebut oleh Bung Karno sebagai "Temu Gelang", yaitu sebuah atap konstruksi baja besar yang membentuk cincin raksasa dan melindungi para penonton dari panas dan hujan.

Fase pembangunan

Sebelum Asian Games 1962

Berkas:Pembangunan Stadion Senayan.jpg
Pembangunan Stadion Senayan 1961

Sesudah Asian Games 1962

Era Yayasan Gelanggang Olahraga Senayan (YGOS)

Pada era Yayasan Gelanggang Olahraga Senayan ini, terjadi banyak penyimpangan sehingga kawasan Gelora Bung Karno yang semula luasnya 279,1 hektare ini telah menyusut hingga tinggal 136,84 hektare (49%) saja.

Dari jumlah yang 51% itu, 67,52 hektare (24,2% dari luas semula) digunakan untuk berbagai bangunan pemerintah seperti Gedung MPR/DPR, Kantor Departemen Kehutanan, Kantor Departemen Pendidikan Nasional, Gedung TVRI, Graha Pemuda, kantor Kelurahan Gelora, SMU Negeri 24, Puskesmas, gudang Depdiknas dan rumah makan.

Sisanya yang 26,7% atau 74,74 hektare disewakan atau dijual untuk berbagai bangunan seperti misalnya kepada Hotel Hilton, kompleks perdagangan Ratu Plaza, Hotel Mulia, Hotel Atlet Century Park (dahulu Wisma Atlet Senayan), Taman Ria Remaja Senayan, Wisma Fairbanks, Plaza Senayan dan berbagai bangunan komersial lainnya.

Era Badan Pengelola Gelora Bung Karno (BPGBK)

Pada masa BPGBK ini dua buah bangunan di kompleks Stadion Gelora Bung Karno akan dirubuhkan. Kedua bangunan tersebut adalah Wisma Fairbanks dan Gedung Serba Guna di belakang hotel Century. Semula Wisma Fairbanks diharapkan akan memberikan keuntungan kepada pihak BPGBK, setelah perjanjian pembangunan dan penguasaan wisma tersebut selama 30 tahun berakhir. Setelah dikembalikan, menurut pihak BPGBK bangunan itu tidak lagi memenuhi syarat huni. Menurut rencana, sebagai gantinya akan dibangun sebuah apartemen dan perkantoran, dengan 200 kamar yang akan disediakan untuk atlet.[2]

Daftar Bangunan di Area Gelanggang Olahraga Bung Karno

Referensi

  1. ^ [1]

Pranala luar