August Theis
Sekilas Tentang August Theis
Pendeta August Theis memiliki sedikit sekali dokumen yang menceritakan tentang kehidupannya sejak lahir sampai ia beragabung dengan Rheinische Missions-Gesselschaft (RMG), sebuah misi pengabaran Injil yang berpusat di Barmen.
Dengan RMG juga ia akhirnya tiba di Sumatera Utara dan menyampaikan kabar baik keselamatan dalam Alkitab kepada penduduk di sana.
August Theis dan RMG
August Theis diberangkatkan RMG dari Belanda ke Indonesia tanggal 23 Oktober 1902 menggunakan kapal laut yang memakan waktu berbulan-bulan. August Theis pertama kali menginjakkan kakinya di Indonesia di kota Padang (kini ibukota propinsi Sumatera Barat). Dari sana ia menggunakan transportasi darat ke Sigumpar untuk kemudian menunggu surat pengutusan dari atasannya (Nommensen).
August Theis di Simalungun
Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai (Yohanes 4:35), dalam bahasa Simalungun yaitu: Mangkawah ma hanima, tonggor hanima ma juma in, domma gorsing, boi ma sabion.
Ayat inilah yang diucapkan oleh Pendeta August Theis saat beliau tiba di Simalungun.
Simalungun 1903
Simalungun saat itu seperti daerah pelosok lain di Indonesia masih berada dalam masa kegelapan. Pdt. August Theis pun harus membelah hutan dalam perjalanannya dari daerah Toba menuju ke Pematang Raya. Menurut wawancara beliau dengan A. Munthe seperti dituliskan dalam buku Pandita August Theis, Missionar Voller Hffnung (oleh A. Munthe, Kolportase GKPS, 1987) Hutan tersebut masih dipenuhi oleh hewan-hewan buas seperti Harimau sehingga beliau harus mempertaruhkan nyawanya untuk memenuhi misinya ke Pematang Raya. Adapun masyarakat Simalungun masih bercocok tanam menggunakan ladang kering, yang memaksa mereka untuk melakukan ladang berpindah di mana mereka harus mencari lahan lain sampai 4 tahun sebelum mereka dapat kembali menggunakan ladang yang sama secara optimal. Dalam kesusahan tersebut sebagian besar masyarakat Simalungun berjudi untuk mencari penghiburan, mereka menjual segala harta miliknya bahkan diri sendiri (sebagai budak) demi memenuhi nafsu mereka untuk berjudi.
Penyebaran Injil August Theis
Rombongan August Theis tiba di Pamatang Raya pada hari Rabu, 2 September 1903, tanggal yang sampai saat ini terus diperingati oleh anggota GKPS (Gereja Kristen Protestan Simalungun) di seluruh dunia sebagai hari olob-olob (sukacita dalam bahasa Simalungun) sebagai tanda syukur atas masuknya Alkitab ke Simalungun.
Adapun rombongannya saat itu terdiri juga atas Gr Ambrocius dan Theopilus Pasaribu.
Saat tiba itulah Pendeta August Theis langsung membacakan ayat kutipan dari Yohanes 4:35 di atas
dengan keyakinan bahwa orang Simalungun harus mendapat Terang dan masuk ke dalam Kerajaan Allah.