Drakula adalah vampir penghisap darah yang merupakan tokoh utama fiksi ciptaan Bram Stoker dalam novelnya Dracula yang diterbitkan pada tahun 1897.[1] Drakula adalah seorang bangsawan vampir yang diceritakan berasal dari kota Transilvania yang berada di Rumania.[1] Kelemahan Drakula ialah bawang putih, salib dan roti sakramen.[1] Dia lebih lemih lemah pada siang hari namun sinar matahari tidaklah terlalu berbahaya baginya. Tokoh ini kemungkinan terinspirasi Vlad Ţepeş, pangeran yang memerintah Wallachia pada abad ke-15 dengan tangan besi.[1]

Sebuah ilustrasi Count Dracula.

Sang Vampir

Drakula umumnya mempunyai deksripsi bertubuh tinggi, mata yang bersinar, berkulit pucat serta memakai jas lengkap dengan sarung tangan.[1] Selain itu peran Bella Lugosi dalam film klasik garapannya yang berjudul sama pada tahun 1931 memberikan pengaruh kepada publik tentang deskripsi umum Drakula.[1]

Sifat dasar Drakula adalah sifat dasar vampir pada umumnya.[1] Ia adalah makhluk yang tak bisa mati, peminum darah manusia atau binatang serta bersifat jahat.[1] Sifat-sifat ini diusung pula dalam adaptasi berbagai novel sesudah novel Dracula.[1] Beberapa diantaranya adalah The Vampyre dan Carmilla yang kebetulan adalah sumber inspirasi Bram Stoker dalam menulis novelnya.[butuh rujukan] Lantas, siapa sebenarnya Dracula itu?

Dalam buku berjudul “Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib” karya Hyphatia Cneajna ini, sosok Dracula dikupas secara tuntas. Dalam buku ini dipaparkan bahwa Dracula merupakan pangeran Wallachia , keturunan Vlad Dracul. Dalam uraian Hyphatia tersebut sosok Dracula tidak bisa dilepaskan dari menjelang periode akhir Perang Salib. Dracula dilahirkan ketika peperangan antara Kerajaan Turki Ottoman-sebagai wakil Islam-dan Kerajaan Honggaria-sebagai wakil Kristen-semakin memanas. Kedua kerajaan tersebut berusaha saling mengalahkan untuk merebutkan wilayah-wilayah yang bisa dikuasai, baik yang berada di Eropa maupun Asia .

Puncak dari peperangan ini adalah jatuhnya Konstantinopel- benteng Kristen-ke dalam penguasaan Kerajaan Turki Ottoman. Dalam babakan Perang Salib di atas Dracula merupakan salah satu panglima pasukan Salib. Dalam peran inilah Dracula banyak melakukan pembantain terhadap umat Islam. Hyphatia memperkirakan jumlah korban kekejaman Dracula mencapai 300.000 ribu umat Islam. Korban-korban tersebut dibunuh dengan berbagai cara-yang cara-cara tersebut bisa dikatakan sangat biadab-yaitu dibakar hidup-hidup, dipaku kepalanya, dan yang paling kejam adalah disula. Penyulaan merupakan cara penyiksaan yang amat kejam, yaitu seseorang ditusuk mulai dari anus dengan kayu sebesar lengan tangan orang dewasa yang ujungnya dilancipkan. Korban yang telah ditusuk kemudian dipancangkan sehingga kayu sula menembus hingga perut, kerongkongan, atau kepala. Sebagai gambaran bagaimana situasi ketika penyulaan berlangsung penulis mengutip pemaparan Hyphatia:

“Ketika matahari mulai meninggi Dracula memerintahkan penyulaan segera dimulai. Para prajurit melakukan perintah tersebut dengan cekatakan seolah robot yang telah dipogram. Begitu penyulaan dimulai lolong kesakitan dan jerit penderitaan segera memenuhi segala penjuru tempat itu. Mereka, umat Islam yang malang ini sedang menjemput ajal dengan cara yang begitu mengerikan. Mereka tak sempat lagi mengingat kenangan indah dan manis yang pernah mereka alami.”

Tidak hanya orang dewasa saja yang menjadi korban penyulaan, tapi juga bayi. Hyphatia memberikan pemaparan tetang penyulaan terhadap bayi sebagai berikut: “Bayi-bayi yang disula tak sempat menangis lagi karena mereka langsung sekarat begitu ujung sula menembus perut mungilnya. Tubuh-tubuh para korban itu meregang di kayu sula untuk menjemput ajal.” Kekejaman seperti yang telah dipaparkan di atas itulah yang selama ini disembunyikan oleh Barat. Menurut Hyphatia hal ini terjadi karena dua sebab.

Pertama,

Pembantaian yang dilakukan Dracula terhadap umat Islam tidak bisa dilepaskan dari Perang Salib. Negara-negara Barat yang pada masa Perang Salib menjadi pendukung utama pasukan Salib tak mau tercoreng wajahnya. Mereka yang getol mengorek-ngorek pembantaian Hilter dan Pol Pot akan enggan membuka borok mereka sendiri. Hal ini sudah menjadi tabiat Barat yang selalu ingin menang sendiri.

Kedua,

Dracula merupakan pahlawan bagi pasukan Salib. Betapapun kejamnya Dracula maka dia akan selalu dilindungi nama baiknya. Dan, sampai saat ini di Rumania , Dracula masih menjadi pahlawan. Sebagaimana sebagian besar sejarah pahlawan-pahlawan pasti akan diambil sosok superheronya dan dibuang segala kejelekan, kejahatan dan kelemahannya.

Guna menutup kedok kekejaman mereka, Barat terus-menerus menyembunyikan siapa sebenarnya Dracula. Seperti yang telah dipaparkan di atas, baik lewat karya fiksi maupun film, mereka berusaha agar jati diri dari sosok Dracula yang sebenarnya tidak terkuak. Dan, harus diakui usaha Barat untuk mengubah sosok Dracula dari fakta menjadi fiksi ini cukup berhasil. Ukuran keberhasilan ini dapat dilihat dari seberapa banyak masyarakat-khususnya umat Islam sendiri-yang mengetahui tentang siapa sebenarnya Dracula. Bila jumlah mereka dihitung bisa dipastikan amatlah sedikit, dan kalaupun mereka mengetahui tentang Dracula bisa dipastikan bahwa penjelasan yang diberikan tidak akan jauh dari penjelasan yang sudah umum selama ini bahwa Dracula merupakan vampir yang haus darah.

Selain membongkar kebohongan yang dilakukan oleh Barat, dalam bukunya Hyphatia juga mengupas makna salib dalam kisah Dracula. Seperti yang telah umum diketahui bahwa penggambaran Dracula yang telah menjadi fiksi tidak bisa dilepaskan dari dua benda, bawang putih dan salib. Konon kabarnya hanya dengan kedua benda tersebut Dracula akan takut dan bisa dikalahkan. Menurut Hyphatia pengunaan simbol salib merupakan cara Barat untuk menghapus pahlawan dari musuh mereka-pahlawan dari pihak Islam-dan sekaligus untuk menunjukkan superioritas mereka.

Siapa pahlawan yang berusaha dihapuskan oleh Barat tersebut? Tidak lain Sultan Mahmud II (di Barat dikenal sebagai Sultan Mehmed II). Sang Sultan merupakan penakluk Konstantinopel yang sekaligus penakluk Dracula. Ialah yang telah mengalahkan dan memenggal kepala Dracula di tepi Danua Snagov. Namun kenyataan ini berusaha dimungkiri oleh Barat. Mereka berusaha agar merekalah yang bisa mengalahkan Dracula. Maka diciptakanlah sebuah fiksi bahwa Dracula hanya bisa dikalahkan oleh salib. Tujuan dari semua ini selain hendak mengaburkan peranan Sultan Mahmud II juga sekaligus untuk menunjukkan bahwa merekalah yang paling superior, yang bisa mengalahkan Dracula si Haus Darah.

Dan, sekali lagi usaha Barat ini bisa dikatakan berhasil. Selain yang telah dipaparkan di atas, buku “Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib” karya Hyphatia Cneajna ini, juga memuat hal-hal yang selama tersembunyi sehingga belum banyak diketahui oleh masyarakat secara luas. Misalnya tentang kuburan Dracula yang sampai saat ini belum terungkap dengan jelas, keturunan Dracula, macam-macam penyiksaan Dracula dan sepak terjang Dracula yang lainnya.

Kesimpulan

Suatu penjajahan sejarah tidak kalah berbahayanya dengan bentuk penjajahan yang lain-politik, ekonomi, budaya, dll. Penjajahan sejarah ini dilakukan secara halus dan sistematis, yang apabila tidak jeli maka kita akan terperangkap di dalamnya. Oleh karena itu, sikap kritis terhadap sejarah merupakan hal yang amat dibutuhkan agar kita tidak terjerat dalam penjajahan sejarah. Sekiranya buku karya Hyphatia ini-walaupun masih merupakan langkah awal-bisa dijadikan pengingat agar kita selalu kritis terhadap sejarah karena ternyata penjajahan sejarah itu begitu nyata ada di depan kita. Wikipedia pun mengkonfirmasikan eksistensi historis Dracula yang membantai ribuan Muslim dengan cara menusuk/mensula (impale

Adaptasi

Layar Lebar

Drakula banyak diadaptasi dalam bentuk film.[2] Salah satu yang mengawalinya adalah Nosferatu oleh F.W. Murnau pada tahun 1922.[2] Selain itu masih ada beberapa film yang juga menjadi ikon di masanya adalah London After Midnight karya Tod Browning yang dirilis pada tahun 1927 yang merupakan penggagas film bersuara.[2] Kesusksesan film ini adalah Lon Chaney Sr., pemeran utama dari film itu yang tentunya mempunyai sepasang gigi taring serta mata yang tajam lengkap dengan jas dan jubah ala Drakula.[2]

Drakula pun pernah diadaptasi sebelum Nosferatu yaitu pada tahun 1920 di Rusia dan 1921 di Hongaria].[2] Keduanya diberi judul Drakula.[2] Zaman setelah Nosfertu pun muncul Dracula's Daughter karya Gloria Holden pada tahun 1931 dan Dracula di Meksiko.[2] Mulai tahun 1940an terjadi ledakan luar biasa dalam rilis film bertemakan Drakula.[2] Beberapa yang menjadi legenda adalah Son of Dracula dimana Lon Chaney kembali menjadi pemeran utama sebagai Count Allucard.[2] Selain Chaney, dekade ini menandakan lahirnya House of Dracula dimana John Carradine pertama bermain.[2] Carradine sendiri adalah pemeran Drakula yang memiliki mimik yang seram.[2]

Pada ahun 1958 Christopher Lee muncul lewat film Horror of Dracula .[2] Selain Christoper Lee, dekade ini memperkenalkan Barbara Steele dalam filmnya Blood of Vampire (1958) yang kemudian melambungkan namanya sebagai Ratu Horror dekade itu.[2] Tahun 1960an Christopher Lee kembali bermain dalam film Dracula: Prince of Darkness (1966).[2] Selain itu ikon Drakula zaman itu pun hadir lewat film The Brides of Dracula.[2] Sederet film Drakula pun bermunculan pada tahun 1970, kali ini dengan suara dan efek yang lebih meyakinkan.[3]

Beberapa film Drakula terkenal dekade 1980-1990 adalah film komedi Once Bitten (1985) oleh komedian Jim Carrey.[3] The Lost Boy (1987) dibintangi Kathryn Bigelow merupakan box office, meraup keuntungan lebih dari 32 juta dolar Amerika.[3] Tahun 1990an Bram Stoker's Dracula karya Francis For Coppola beredar, film ini dibintangi Gary Oldman dan Keanu Reeves.[3] Diikuti dengan film aksi Blade yang dibintangi Wesley Snipes .[3]

Di tahun 2000an Drakula kembali dipopulerkan melalui film Van Helsing (2004) yang dibintangi oleh Hugh Jackman yang mengubah petualangan Abraham Van Helsing (tokoh protagonis di novel Dracula (Novel)) menjadi penuh dengan aksi.[3] Film romantis populer Twilight juga mengambil sosok vampir aristokrat seperti dalam Drakula.[3]

Rujukan

  1. ^ a b c d e f g h i (Inggris)Karg, Barb and Others.(2009). The Everything Vampire Book Hal.2-5. Avon: F+W Media
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o (Inggris)Karg, Barb and Others.(2009). The Everything Vampire Book Hal.208-215. Avon: F+W Media
  3. ^ a b c d e f g (Inggris)Karg, Barb and Others.(2009). The Everything Vampire Book Hal.228-238. Avon: F+W Media

Lihat pula