Krakatau (grup musik)

grup musik asal Indonesia

Krakatau adalah nama sebuah kelompok musik jazz-worldmusic Indonesia.

Krakatau (grup musik)
Berkas:Krakatau-live-1.jpg
Informasi latar belakang
GenreFusion Jazz, Ethnic & World Music
Tahun aktif1985–sekarang

Krakatau, yang namanya terinspirasi dari Gunung Krakatau, dimotori oleh Dwiki Dharmawan, Pra Budi Dharma, Ade Rudiana, Yoyon Dharsono, Zainal Arifin, Gerry Herb dan Nya Ina Raseuki (Ubiet). Kelompok ini telah melanglang buana ke berbagai negara di Eropa, Amerika, Kanada, Asia bahkan ke Amerika Latin.

Awal Terbentuk

Di sebuah kamar kecil kediaman Pra Budi Dharma, empat orang pemuda tengah bermimpi. Keempat pemuda ini adalah Pra Budi Dharma, Dwiki Dharmawan, Budhy Haryono dan Donny Suhendra. Sambil tiduran dan menghayal, mereka tengah bermimpi untuk membentuk sebuah grup musik.[1]

Musik bagi keempat pemuda itu sudah mendarah daging. Pra Budidharma pandai bermain bass. Dwiki Dharmawan, lulusan dari sekolah musik di Bandung bagian instrumen keyboard. Budhy Haryono juga mantan anggota Jamrock, kini bernama Jamrud sebagai drummer dan Donny Suhendra dikenal akrab di kalangan pemusik Bandung sebagai pemain gitar jazz rock. “Bagaimana dengan Delta,” teriak yang lain “Mesopotamia saja,” dibalas “Ah, enggak pas. Cari nama yang Indonesia saja,”ujar Budhy Haryono memberi ide.[1]

Pra Budi Dharma mencari referensi nama. Ia mengambil buku peta dunia dan mencari halaman peta Indonesia. “Krakatoa!,” kata Pra Budidharma mengusulkan nama. “Setuju. Dekat dengan Jawa Barat lagi,” balas yang lainnya. Obrolan berakhir dan mereka sepakat bahwa Krakatoa atau Krakatau akan mengusung musik aliran jazz-pop-fusion. Formasi awal Krakatau telah terbentuk. Ketika masa paruh akhir tahun 1970 hingga awal 1980, kaum muda di kota-kota besar di Indonesia tengah tergila-gila aliran musik rock. Keempat pemuda melawan arus di tengah dominasi band-band rock yang berjamuran.[1]

Pada era 80-an, terdapat kelompok rock seperti El Pamas, Power Metal dan Slank. Termasuk sejumlah lady rocker baru seperti, Ita Purnamasari, Nicky Astria, Atiek CB, Nike Ardila dan Anggun C. Sasmi. Bandung mulai merangkak dan menjadi barometer kuat dalam musik di Indonesia. Festival rock terus mencari bibit-bibit baru. Di sela hingar bingar festival rock itu, Bandung juga memiliki ruang bagi kalangan musisi dan penikmat jazz. Ini semacam ritual rutin acara musik jazz. Jazz Corner yang kerap berlangsung di Bumi Sangkuriang, sebuah tempat di Ciumbuleuit, Bandung.[1]

Krakatau tampil untuk pertama kalinya di Bumi Sangkuriang. Dengan format awal tanpa keberadaan seorang vokalis. Kehadiran Krakatau juga membawa warna lain. Memainkan jazz dalam format band tak biasa. Satu-satunya band jazz yang pernah terbentuk dari Bandung adalah D’Marzio. Namun band ini hanya pernah tercatat dalam kurun waktu era tahun 1970-an saja.[1]

Dari pojok jazz di Bumi Sangkuriang itu, Krakatau terus mengamati dan mencari sosok musisi muda Bandung. Untuk mengisi formasi vokalis pada tubuh Krakatau. Pada tahap awal vokalis Krakatau diisi nama Hari Moekti. Vokalis dengan warna rock serak ala Rod Stewart. Namun Hari Moekti tak berlangsung lama.[1]

Kemudian Ruth Sahanaya sempat mendapatkan tawaran untuk mengisi kekosongan pada posisi vokalis. “Saya melihat sosok Trie Utami di sana, sepertinya menarik dan berbakat,” kata Pra Budidharma. Waktu itu, Trie Utami belum seratus persen kosentrasi sebagai vokalis. Ia lebih dikenal oleh musisi Bandung sebagai pemain piano dan penyiar radio bersegmen remaja.

Krakatau makin lama makin unjuk gigi. Pada malam tahun baru 1985 Krakatau menunjukkan permainan terbaiknya saat bermain pada acara Jazz Break di Bumi Sangkuriang. Krakatau belum berani membawakan eksperimen jazz sendiri. Di pertunjukkan itu, Krakatau hanya memainkan jenis jazz fusion ala Miles Davis. Dan berhasil memikat dan memukau pengunjung penikmat jazz.

Perjalanan Karir

Musikus lain yang pernah menjadi anggota Krakatau antara lain adalah Indra Lesmana, Gilang Ramadhan, Donny Suhendra, Trie Utami dan Budhy Haryono.

Diskografi

Referensi

  1. ^ a b c d e f Krakatau di Sejak Doeloe, Sejak Doeloe, diakses 20 April 2011